1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jelang Pertemuan G-20, Inggris Hadapi Tekanan Berat

13 Maret 2009

Sejak beberapa pekan terakhir, utusan khusus pemerintah Inggris untuk pertemuan puncak G-20, Lord Malloch Brown, melakukan perjalanan dinas ke penjuru dunia. Misi yang dibawanya adalah mensukseskan pertemuan puncak G-20.

https://p.dw.com/p/HBQC
PM Inggris Gordon BrownFoto: AP

“Ini merupakan uji coba utama. Jika semua media internasional memberitakan G-20 yang sukses, serius, dan masuk akal. Jika tidak, maka konsekuensinya akan dirasakan semua pihak.” Ungkap Lord Malloch Lord kepada media di London.

Sasaran yang ditetapkan memang cukup tinggi. Karena itu tuan rumah Inggris menghadapi tekanan berat. Janji dari perdana menteri Inggris itu di tingkat Eropa jauh lebih dihargai ketimbang di negaranya. Ini bukan acuan yang menguntungkan, menurut Sir Christopher Meyer, mantan duta besar Inggris di Amerika Serikat.

Lebih lanjut Meyer mengatakan: "Hal yang paling saya khawatirkan adalah harapan yang sangat tinggi yang dinyatakan Lord Malloch Brown. Karena menurut saya lebih baik harapan dan pengharapan yang disandarkan tidak terlalu tinggi. Hasil pertemuan itu bisa jadi akan mengejutkan, juga jika hasil yang dinyatakan dalam deklarasi penutupnya tidak tercapai. Tema diskusi tersulit adalah bagaimana konsep tingkat tinggi ini diterapkan ke dalam aksi nyata. Itulah tantangan pertemuan mendatang.“

Terutama pemerintah baru Amerika Serikat hingga saat ini belum benar-benar melakukan tugasnya. Belum ada mitra bicara dari Kementerian Perekonomian Amerika Serikat, demikian keluhan diplomat Inggris di London. Dengan begitu, belum ada informasi dari Amerika Serikat dan persiapan secara substansial masih tertinggal jauh.

Tapi, tidak semua anggota kabinet Inggris juga mengikuti haluan dari perdana menterinya. Misalnya Menteri Perdagangan Inggris Peter Mandelson menuntut pemberian bantuan segera untuk produsen otomotif Inggris. Sebaliknya, Gordon Brown menolak tegas pemberian suntikan dana bantuan bagi salah satu sektor saja. Sementara itu, Menteri Keuangan Inggris Alistair Darling memilih untuk bungkam.

Tema sensitif lainnya adalah membuat negara-negara tempat pelarian pajak tidak lagi atraktif. Perdana Menteri Inggris menjanjikan hal yang belum tentu dapat dipenuhi. Menteri Keuangan Inggris Alistair Darling juga tidak mengeluarkan penyataan rinci mengenainya, hanya pernyataan bersifat umum: "Jika kita tidak menyelesaikan masalah ini, resesi akan berlangsung lebih lama dan parah. Kita harus bertindak, ini merupakan masa sulit dan pemerintah negara-negara harus bertindak mengatasi lesunya perekonomian.“

Secara resmi Alistair Darling menunggu laporan dari sebuah komisi yang sejak Desember tahun 2008 lalu mengaudit institusi pusat penyimpanan dana milik Inggris di luar negeri. Tapi hingga kini hasilnya belum dilaporkan. Menurut mantan duta besar Inggris di Amerika Serikat, Christopher Meyer, bagi tuan rumah dan PM Gordon Brown terdapat banyak hal yang dipertaruhkan.

“Brown sendiri terlalu mengharapkan pertemuan ini. Jika dia tidak dapat memenuhi janjinya kepada dunia, dia akan kehilangan simpati, juga dari pemilih Inggris. Brown harus melakukan banyak hal.”

Artinya, di satu pihak Gordon Brown harus membuat pertemuan puncak G-20 berhasil. Di lain pihak, Brown harus dapat meyakinkan para pemilih Inggris, bahwa dia bukan tokoh berlidah bercabang. Karena dia ingin bertindak tegas terhadap negara lain tempat pelarian uang pajak seperti Swiss, sementara di dalam negari dia menunda tindakan keras.(ls)