1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jabatan Dirjen IAEA Muhamed el-Baradei Berakhir

25 Maret 2009

Setelah 12 tahun dan tiga masa jabatan, Dirjen IAEA Mohammed el Baradei kini meletakkan jabatannya.

https://p.dw.com/p/HJQs
Mohamed El-Baradei (kiri), Dirjen IAEAFoto: picture-alliance /dpa

Ke-23 negara anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaksanakan pemilihan dirjen barunya pada 26 dan 27 Maret ini di Wina, Austria. Warga Mesir ini pada tahun-tahun terakhir acap kali terlibat silang pendapat dengan pemerintahan AS di bawah pimpinan bekas Presiden George W. Bush. Berikut ini profil dari el-Barade.

Menjelang perang Irak tahun 2003 pada bulan-bulan yang berlalu dengan dramatis, Muhamed el-Baradei, Dirjen Badan Energi Atom Internasional adalah tokoh yang tidak putus-putusnya menunjukkan sikap menentang perang tersebut. Ia berupaya membuktikan bahwa argumen dari Washington adalah salah. Bersama pendahulunya dari Swedia, Hans Blix, ia menegaskan berulang kali, para inspekstor IAEA sama sekali tidak menemukan bukti bahwa Irak memiliki senjata nuklir maupun senjata kimia. Tapi presiden Amerika Serikat saat itu, George W Bush tidak memperdulikannya dan bersikeras menjalankan rencana perang.

El Baradei nach Eskalation im Atomstreit in Teheran
Mohamed El Baradei dengan utusan Iran untukIAEA Ali-Asqar Soltaniyeh (kanan)Foto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Dirjen IAEA dan lembaga itu dianugerahi hadiah Nobel perdamaian tahun 2005. Sementara George W. Bush tidak mau dan tidak bisa menunjukkan sikap bersahabat terhadap el Baradei. Apalagi mengingat, ia juga tidak ingin membuat Bush senang dalam sengketa Iran dengan membenarkan tuduhan AS dan Israel bahwa Teheran melaksanakan program senjata nuklir.

Penelitian kembali perjanjian Non-Proliferasi Nuklir

El-Baradei ingin agar perjanjian Non-Proliferasi Nuklir atau kesepakatan yang membatasi kepemilikan senjata nuklir, diperbarui. Menurutnya ini sangat penting mengingat dunia semakin tergantung pada pembangkit listrik tenaga nuklir akibat meningkatnya biaya energi dan perlindungan lingkungan. Karena itu reaktor atom harus dijamin agar hanya digunakan bagi kepentingan damai:

„Kebutuhan akan elemen bakar untuk mengoperasikan reaktor pasti akan meningkat, juga jaminan pasokan. Saya pikir, sudah tiba saatnya untuk meneliti kembali perjanjian Non-Proliferasi Nuklir yang diberlakukan mulai tahun 1970 dengan tujuan menciptakan dunia tanpa senjata nuklir."

Tapi dengan usulan semacam ini pun, el-Baradei yang lahir di Mesir tahun 1942 itu, tidak mendapatkan simpati dari pemerintahan Bush. Penolakan terhadap pakar hukum Mesir itu bahkan telah menimbulkan aksi penyadapan terhadap pembicaraan Dirjen IAEA itu yang difitnah bahwa isterinya sebetulnya berasal dari Iran. Hubungan el-Baradei dan Washington baru membaik sejak Barack Obama menjadi presiden AS. Karena Washington kini juga berbicara tentang pengurangan senjata yang sejalan dengan pemikiran Dirjen IAEA. Sayangnya, el-Baradei sudah sejak lama memutuskan untuk pensiun. Tapi ini tidak menghalanginya untuk menegaskan proritas kerja IAEA:

„Yang harus kami tangani secara bersamaan adalah pengurangan senjata nuklir, pengawasan dan perlindungan fisik material nuklir serta jaminan pasokan dalam tatanan multinasional."

IAEO Tagung in Wien Iran Atom Mohammed el Baradei
Foto: AP

Terlalu banyak negara adidaya nuklir

Mohamed el-Baradei berpikir dan bertindak sesuai prinsip dasar IAEA. Tahun 1957 presiden AS saat itu Dwigt D. Eisenhower menyatakan doktrin "atom bagi perdamaian". Negara adidaya nuklir saat itu secara bertahap diserukan untuk menghapuskan senjata nuklirnya dan memberikan kemungkinan bagi negara-negara lain untuk mengakses penggunaan damai nuklir. IAEA yang setelahnya dibentuk, saat itu aktif terutama dalam proyek-proyek penelitian atom dalam sektor sipil dan tidak mengutamakan pengawasan senjata nuklir.

Namun IAEA telah berkembang menjadi aparat birokrasi, di mana keputusan diambil oleh dewan gubernur yang bertindak mewakili pemerintahannya masing-masing. El-Baradei bahkan pernah mengancam akan mengundurkan diri jika pengaruh politik terlalu besar. Kasus Irak dan Iran merupakan contoh untuk itu. Meskipun demikian El-Baradei tetap berpendapat, Iran masih jauh dari pemilikan bom atom. Ia juga menegaskan, saat ini ada sembilan negara adidaya nuklir dan sembilan jelas terlalu banyak. (cs)