1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Israel Memperluas Operasi Darat dan Klaim Kepung Gaza

3 November 2023

Militer Israel mengeklaim telah "menuntaskan pengepungan Kota Gaza", saat mereka melancarkan serangan untuk memerangi militan Hamas.

https://p.dw.com/p/4YLk4
Operasi darat IDF di Jalur Gaza
Israel telah memperluas operasi daratnya di Gaza utara dalam beberapa hari terakhirFoto: Israel Defense Forces via AP/ Photo/picture alliance

Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya telah berhasil masuk lebih jauh ke wilayah utara Gaza untuk "menuntaskan pengepungan Kota Gaza.”

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari menambahkan bahwa tantara Israel telah menghancurkan instalasi dan infrastruktur militer Hamas, saat berhasil masuk ke Kota Gaza dari berbagai arah.

Kota Gaza telah menjadi fokus operasi utama Israel untuk membasmi kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza.

Diperkirakan masih ada ratusan ribu warga sipil yang terkepung di wilayah utara Jalur Gaza. Israel telah berulang kali mengeklaim bahwa pasukan dan aset militer Hamas berada di bawah infrastruktur sipil.

Warga Serbu Gudang Bantuan Kemanusiaan di Jalur Gaza NP

IDF: Israel perang melawan Hamas, bukan warga sipil

Juru bicara IDF tersebut juga menekankan bahwa perang Israel ini semata-mata adalah untuk melawan para militan Hamas.

"Saya ingin menegaskan satu hal," katanya. "Israel berperang dengan Hamas. Israel tidak berperang dengan warga sipil di Gaza," tegas Hagari.

Hamas melakukan serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober lalu dan menewaskan setidaknya 1.400 warga Israel dan menyandera lebih dari 230 orang. Sejak saat itu, Israel melakukan serangan udara bertubi-tubi dan memperluas operasi daratnya di Gaza.

Sementara, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan bahwa jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 9.000 orang. Namun laporan ini tidak bisa diverifikasi. Israel, Jerman, Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), dan sebagian besar Eropa telah menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris.

PBB memperingatkan bahwa akan terjadi krisis kemanusiaan di Gaza dan menyerukan agar Israel-Hamas segera melakukan gencatan senjata agar bantuan kemanusiaan dapat menjangkau warga sipil.

RSF: Gaza bisa menjadi 'lubang hitam informasi'

DW berbicara dengan Christopher Resch, seorang jurnalis dari organisasi Reporter Tanpa Batas Negara, RSF, tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi wartawan dalam melakukan peliputan dari Jalur Gaza.

Sebelum serangan 7 Oktober ini, jurnalis harus mendapat izin dari Israel untuk bisa masuk ke Jalur Gaza. Namun, sejak konflik terbaru Israel-Hamas ini, "Otoritas Israel sama sekali tidak mengizinkan wartawan masuk ke Jalur Gaza," ungkap Resch.

"Peliputan sebetulnya membantu memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia internasional dan hukum kemanusiaan," sembari mencegah terjadinya pelanggaran lebih lanjut, jelas Resch. "Hal ini bisa menjadi sangat penting dan menyelamatkan banyak nyawa saat konflik terjadi," tambahnya.

"Kami membutuhkan pelaporan independen dari dalam wilayah itu," tegas Resch.

Juru bicara RSF itu juga mengatakan bahwa Israel memiliki tanggung jawab untuk tidak menargetkan warga sipil di Gaza, termasuk para jurnalis.

"Inilah sebabnya mengapa kami baru saja mengajukan pengaduan dua hari yang lalu ke Mahkamah Pidana Internasional ICC, yang merinci kemungkinan, saya ulangi, kemungkinan adanya kejahatan perang ketika menargetkan wilayah-wilayah sipil," dan juga "menargetkan, yang pada akhirnya membunuh jurnalis Palestina."

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken
Blinken berdiskusi dengan Israel, desak segera dilakukannya 'jeda' kemanusiaanFoto: Liu Jie/Xinhua News Agency/picture alliance

Blinken desak 'jeda' kemanusiaan

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken mengatakan bahwa pembicaraannya dengan para pemimpin Israel pada hari Jumat (03/11), mencakup "langkah-langkah konkret yang dapat dan harus diambil untuk meminimalkan dampak" bagi warga sipil di Gaza.

"Saat saya melihat seorang anak Palestina... diangkat dari reruntuhan bangunan yang hancur, itu sangat menyentuh hati saya, sama halnya dengan melihat seorang anak di Israel atau di tempat lain," kata Blinken.

"Ini merupakan kewajiban kita untuk meresponsnya dan kami akan memastikan itu," ungkap Blinken, saat berbicara kepada para wartawan sebelum meninggalkan Washington pada hari Kamis (02/11) untuk melakukan perjalanan keduanya ke Timur Tengah, sejak konflik Israel-Hamas memanas pada 7 Oktober lalu.

AS telah menjanjikan dukungan penuh kepada Israel, sementara pada saat yang sama juga menyerukan "jeda" kemanusiaan, untuk memberikan kesempatan bagi bantuan masuk dan memungkinkan adanya evakuasi korban.

"Apa yang kami coba lakukan adalah menjajaki gagasan adanya jeda sebanyak yang mungkin diperlukan, untuk dapat menyalurkan bantuan dan terus berusaha mengeluarkan orang-orang dengan selamat, termasuk para sandera," kata juru bicara keamanan nasional John Kirby kepada para wartawan.

(kp/ha/hp)