1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Islamabad Berupaya Padamkan Serangan Taliban Pakistan

15 November 2021

Ahli menyebut kelompok militan di Pakistan semakin dikuatkan dengan kebali berkuasabya Taliban di Afganistan. Kini, Pakistan berusaha memadamkan kembalinya pemberontak TTP di negara itu.

https://p.dw.com/p/430HM
Warga mencoba menyeberangi perbatasan ke Afganistan, di perbatasan di Chaman, Pakistan
Warga terdampar mencoba menyeberangi perbatasan ke Afganistan, di perbatasan di Chaman, PakistanFoto: Jafar Khan/AP Photo/picture alliance

Sejak Taliban mengambilalih Afganistan, kelompok Islam garis keras di Pakistan meningkatkan serangan di sisi perbatasannya, membuat Islamabad berjuang untuk mencapai kesepakatan damai.

Para ahli mengatakan, kelompok militan telah dikuatkan oleh keberhasilan Taliban mengusir pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afganistan. Kelompok-kelompok itu kini aktif di daerah suku terpencil di Pakistan.

Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), adalah sebuah gerakan terpisah yang memiliki sejarah yang sama dengan Taliban Afganistan, yang menjerumuskan negara itu ke dalam periode kekerasan yang mengerikan setelah terbentuk pada 2007.

Sebagian besar terdiri dari etnis Pashtun, kelompok ini melakukan ratusan serangan bom bunuh diri dan penculikan di seluruh negeri, menguasai wilayah perbatasan dan memberlakukan hukum Islam versi radikal di wilayah yang mereka pegang kekuasaannya.

Kelompok TTP ini adalah penembak siswi Malala Yousafzai - pemegang anugerah Nobel Perdamaian - di Lembah Swat asalnya. Kelompok itu juga terkait dengan pembunuhan mantan perdana menteri Pakistan Benazir Bhutto.

Baru setelah pembantaian terhadap hampir 150 anak di sebuah sekolah Peshawar pada tahun 2014, militer akhirnya menghancurkan gerakan itu dan memaksa para pejuangnya untuk mundur ke Afganistan.

Sekarang, hampir satu dekade kemudian dan dengan Taliban Afganistan kembali memegang kendali di Kabul, Pakistan berusaha memadamkan kembalinya TTP.

"Para (pejuang) merasa lebih nyaman setelah jatuhnya Kabul ke tangan Taliban, mereka sekarang dapat bergerak bebas di Afganistan," kata seorang pemberontak TTP kepada AFP tanpa menyebut nama.

"Mereka tidak takut akan serangan pesawat tak berawak AS. Dan mereka dapat berkumpul dan berkomunikasi dengan mudah." 

Menyerang pasukan keamanan

TTP mengklaim 32 serangan pada bulan Agustus, 37 serangan pada September dan 24 serangan pada Oktober. Serangan ini menjadi total serangan bulanan tertinggi setidaknya selama lima tahun, menurut data yang mereka publikasikan sendiri.

Sepanjang tahun 2020, ketika Amerika Serikat pertama kali berjanji untuk mulai menarik pasukannya dari Afganistan, kelompok ini mengklaim 149 serangan, yang berarti tiga kali lebih banyak dari tahun 2019.

'Kesempatan kedua'

Bagi Islamabad, salah satu strategi untuk menahan ancaman TTP adalah dengan mengakomodir mereka.

Pembebasan sekitar 100 pemberontak TTP merupakan tuntutan utama bagi para militan untuk menyetujui gencatan senjata, sebuah sumber dari kelompok itu mengatakan kepada AFP.

Para pemberontak juga menghimbau untuk bisa keluar dari persembunyian dan kembali ke daerah suku.

"Akan sulit bagi mereka untuk kembali tanpa meletakkan senjata karena mereka memiliki musuh di sana, mereka telah membunuh orang," ujar Baadshah, seorang tetua suku, kepada AFP di Peshawar.

Chaudhry mengatakan mereka yang terkena dampak pemberontakan berdarah akan dilibatkan dalam pembicaraan.

pkp/yf (AFP)