1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

ISIS Terkepung di Kantong Terakhir di Suriah

18 Februari 2019

Militan kelompok teror ISIS di Suriah terkurung di kantong terakhir "khalifat Islam" mereka di desa Baghouz. Mereka diberitakan menahan sekitar 2000 warga sipil sebagai "tameng hidup".

https://p.dw.com/p/3DYks
Irak angehörige des IS in Gefangenschaft
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed

Para militan ISIS di Suriah kini terkepung di wilayah seluas kurang dari 500 meter persegi di desa Baghouz di Suriah timur dekat perbatasan ke Irak. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung militer AS mengatakan hari Minggu (17/2), mereka mencegah warga sipil melarikan diri dengan memblokir jalan keluar dari desa.

Seorang pejuang SDF mengatakan kepada kantor berita AFP, frekuensi yang digunakan para jihadis untuk berkomunikasi telah mati. "Sekarang mereka benar-benar terjepit dan mereka tidak memiliki banyak walkie talkie. Mereka tidak banyak berbicara satu sama lain," tambahnya.

Juru bicara SDF Mustefa Bali mengatakan, ISIS sekarang telah memblokir jalan-jalan keluar dari desa dan mencegah hingga 2.000 warga sipil melarikan diri. "Daesh sudah menutup semua jalan," katanya, menggunakan nama Arab untuk ISIS.

Warga sipil yang berhasil melarikan diri dari Baghouz memberitakan, militan ISIS menggunakan perempuan dan anak-anak "sebagai tameng hidup," kata Sean Ryan, juru bicara koalisi pimpinan AS.

Ribuan orang mengungsi dari Baghouz dalam beberapa pekan terakhir, namun tidak ada pengungsi baru yang tiba di tempat penampungan hari Minggu. Puluhan tenda yang disiapkan terlihat kosong. "Sudah sejak dua hari tidak ada lagi yang keluar," kata seorang anggota SDF kepada AFP.

Menlu UE bahas krisis Suriah dan tuntutan AS

Hari Senin (18/7), para menteri luar negeri Uni Eropa bertemu di Brussels untuk membahas krisis Suriah, terutama soal anggota ISIS asal dari Eropa yang berangkat ke Suriah dan sekarang ditahan berada dalam tahanan kelompok Kurdi. Para pemimpin Kurdi beberapa kali meminta pemerintah Eropa untuk menjemput warganya kembali ke negara asal mereka. Kebanyakan yang ditahan berasal dari Inggris, Prancis, Jerman, Irlandia, Kanada dan Italia, banyak juga yang ditahan  adalah perempuan dengan anak-anaknya.

Hingga kini negara-negara Eropa bereaksi lambat dan ingin memastikan lebih dulu identitas mereka yang ditahan di Suriah dan memastikan apakah kasus mereka bisa dibawa ke pengadilan di negara asalnya.

Presiden AS Donald Trump melalui Twitter mendesak negara-negara Eropa untuk segera menjemput sekitar 800 warganya yang bergabung dengan ISIS dan tertangkap di Suriah. "Amerika Serikat meminta Inggris, Prancis, Jerman dan sekutu Eropa lainnya untuk mengambil kembali lebih dari 800 pejuang ISIS yang kami tangkap di Suriah dan mengadili mereka," kata Donald Trump dan mengancam: jika tidak, "kita terpaksa akan membebaskan mereka."

Reaksi dari Paris dan Berlin

Di Jerman, sumber-sumber kementerian luar negeri mengatakan "pemerintah sedang memeriksa opsi untuk memungkinkan warga negara Jerman meninggalkan Suriah, terutama dalam kasus kemanusiaan". Namun Menteri Luar Negeri Heiko Maas menolak tuntutan Donald Trump. Selama tidak ada informasi dan proses penyidikan di Suriah, "sangat sulit untuk mewujudkan" tuntutan AS, kata Heiko Maas di televisi Jerman ARD hari Minggu (17/2).

Dia menegaskan, setiap warganegara Jerman pada prinsipnya punya hak untuk kembali ke negaranya. Namun di Suriah sulit untuk membuktikan kewargamegaraan seseorang. Jika ada anggota ISIS yang kembali, di Jerman harus segera dimulai penyelidikan, kata Maas. Untuk itu diperlukan cukup informasi dari Suriah.

Deutschland Aussenminister Heiko Maas
Menlu Jerman Heiko MaasFoto: picture-alliance/dpa/T. Hase

Pejabat Kementerian Dalam Negeri Perancis Prancis, Laurent Nunez menolak tuntutan Trump dan mengatakan, di Suriah, "pihak Kurdi yang menahan mereka dan kami percaya pada kemampuan mereka untuk mengadili."

Jika mereka kembali, "mereka semua akan diadili dan dipenjara," sambungnya. Sebuah sumber Prancis mengatakan sekitar 150 warga negara Perancis, termasuk 90 anak-anak, sudah dipulangkan ke negaranya.

hp/ap (afp, rtr, dpa)