1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ironi Bencana Banjir Pakistan-India

11 Agustus 2010

Bencana alam yang terjadi di berbagai belahan dunia dan kritik terhadap rencana diluncurkannya Google Street View di 20 kota di Jerman, menjadi sorotan media cetak Eropa.

https://p.dw.com/p/OitD
Bencana banjir di Pakistan yang meluas ke negara tetangganya IndiaFoto: AP

Bencana banjir yang melanda Pakistan dan India menjadi sorotan harian Italia Corriere della Sera

"Ironi dari kisahnya adalah, menurut perkiraan ilmuwan Pacific Institute di Kalifornia, sebetulnya antara India dan Pakistan terjadi perang memperebutkan air. Sebuah perang akibat masalah pembagian saluran air di Kashmir pada masa kemarau global, dan bukan menyangkut provinsi mana yang tergenang oleh saluran air tersebut. Yang terjadi saat ini adalah kedua negara yang bermusuhan itu sekarang sama-sama mengalami bencana kebanjiran. Orang akan berpikir, sebuah peluang historis untuk memulai dialog politik yang baru. Tapi tampaknya kedua pihak tidak memanfaatkan peluang berharga ini. India lebih suka mengawasi bendungan, Pakistan tetap melancarkan protes. Dan di Kashmir bagian India, seperti juga di Tibet bagian Cina, tetap terjadi korban tewas akibat ketidakpedulian umum. Mungkin lebih sering akibat ulah manusia, daripada akibat bencana alam.“

Bencana alam yang terjadi saat ini juga menjadi sorotan harian Perancis L’Humanitè

„Gempa bumi, banjir, gunung berapi, ribuan bahkan pada tahun-tahun tertentu, puluhan ribu korban tewas akibat bencana alam. Tapi jumlah bencana ini menunjukkan bahwa kita tidak dapat menguasai alam. Banyak keputusan besar diambil tanpa melibatkan kita. Keputusan-keputusan itu diambil di rapat menteri, di dewan pengawas, dimana rahasianya begitu dijaga ketat seperti halnya keuntungannya. Tapi menjadi masalah masing-masing individu apakah itu di Perancis, negara bagian AS Louisiana, Rusia China, Pakistan atau di manapun, tidak hanya meminta pertanggung-jawaban melainkan ikut ambil bagian dalam keputusan yang meliputi kepentingan semua orang.“

Rencana diluncurkannya Google Street View di 20 kota di Jerman akhir tahun ini, kembali mengundang kritik dari kalangan politisi, pelindung data pribadi dan pemilik rumah. Google Street View, jasa mesin pencari Google berupa peta perencana rute dan pencari letak bisnis yang merekam data jaringan WLAN pribadi, sebelumnya sudah menimbulkan protes.

Harian Jerman Frankfurter Rundschau berkomentar

"Google seharusnya dapat bekerja sama mengolah versi Street View Jerman sedemikian rupa, agar memperoleh citra terbaik. Itulah cara mengiklankan diri yang lebih baik. Tapi perusahaan itu malah membuat berang pihak pelindung data dengan batas waktu mengajukan keberatan yang dimajukan dan terlalu singkat, apalagi di masa liburan seperti sekarang. Dengan demikian perusahaan itu melewatkan peluang untuk membuktikan niatnya melindungi lingkup pribadi sesuai standar Jerman. Inilah yang lebih memperburuk nama jasa penawaran peta lokasi tersebut, ketimbang semua pengkritiknya."

Komentar harian Jerman lainnya Badische Zeitung

"Kepentingan apa yang dimiliki masing-masing warga agar rumahnya dilihat di seluruh dunia? Bahwa pihak lain ingin memanfaatkan jasa Google Street View, apakah itu untuk tujuan bisnis atau kriminal, sudah jelas. Di sisi lain tampaknya justru Jerman yang gemar melihat pemandangan kota-kota di Amerika Serikat atau Perancis. Internet memang mencakup keduanya, daya tarik tapi juga bisnis besar. Dalam hal itu keberatan yang diajukan pemilik rumah di Jerman, tidak akan mengubahnya."

Dyan Kostermans/AFP/dpa

Editor: Chrisa Saloh