1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTimur Tengah

Iran Kirim Proposal atas Rancangan Kesepakatan Nuklir UE

16 Agustus 2022

Iran kirim "tanggapan tertulis" terkait menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, kantor berita resmi Iran melaporkan. Namun, poin-poin penting yang menghambat kesepakatan membutuhkan klarifikasi, kata para pejabat.

https://p.dw.com/p/4Fa5m
Pejabat Uni Eropa dan Iran di Teheran
Pejabat Uni Eropa dan Iran kembali ke jalur diskusi pada Juni laluFoto: ATTA KENARE/AFP

Iran telah mengajukan "tanggapan tertulis" untuk kesepakatan nuklir baru yang diusulkan oleh Uni Eropa, kantor berita resmi Iran IRNA melaporkan Selasa (16/08). Namun, IRNA belum memberikan rincian tentang substansi tanggapan, hanya mengabarkan bahwa ada perbedaan pada tiga masalah.

"Perbedaannya ada pada tiga masalah, di mana Amerika Serikat telah menyatakan fleksibilitas verbalnya dalam dua kasus, tetapi itu harus dimasukkan dalam teks," lapor IRNA.

"Masalah ketiga terkait dengan jaminan kelanjutan (kesepakatan), yang tergantung pada Amerika Serikat," tambah IRNA.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian memperingatkan Senin (15/08) bahwa ada rincian dalam pengaturan yang memerlukan klarifikasi lebih lanjut. "Kami telah mengatakan kepada mereka bahwa garis merah kami harus dihormati ... Kami telah menunjukkan fleksibilitas yang cukup memadai ... Kami tidak ingin mencapai kesepakatan di mana setelah 40 hari, dua bulan, atau tiga bulan gagal terwujud di lapangan," katanya.

Tiga masalah yang menghambat kesepakatan

Meskipun negosiasi antara AS dan Iran telah terjadi dalam jangka waktu 16 bulan, tampaknya ada tiga poin utama yang mencuat, yakni jejak uranium di mana Iran telah meminta Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, untuk membatalkan klaim tentang jaringan nuklir Teheran.

Pada Juni lalu, IAEA mengkritik Iran karena gagal menjelaskan jejak uranium yang ditemukan di tiga situs yang tidak diumumkan. AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan negara-negara lain, mengeluarkan resolusi yang mengutuk pengayaan uranium bawah tanah Iran.

Iran bereaksi dengan persediaan uranium yang diperkaya dan pada dasarnya menyingkirkan perangkat pemantauan IAEA yang dipasang di bawah kesepakatan 2015.

Kedua, Iran mencari jaminan utama AS. Teheran mengincar bahwa "tidak ada pemerintahan Washington" yang akan mengingkari pakta yang dihidupkan kembali. Namun, kesepakatan nuklir adalah perjanjian politik yang tidak mengikat dan bukan perjanjian yang mengikat secara hukum, yang berarti bahwa Presiden Joe Biden tidak dapat memperpanjang jaminan semacam itu.

Ketiga, IRGC dihapus dari daftar teror. Iran ingin Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dihapus dari daftar teror AS, permintaan yang sejauh ini ditolak Washington.

Garis besar kesepakatan baru pada dasarnya disepakati pada Maret lalu, setelah 11 bulan pembicaraan di Wina, tetapi gagal sebagian besar karena permintaan Teheran untuk penghapusan IRGC.

IRGC adalah kekuatan militer paling kuat Iran yang melapor langsung kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Belum ada keputusan yang diambil

Pernyataan Amir-Abdollahian pada Senin (15/08) muncul seminggu setelah putaran terakhir pembicaraan yang dimediasi Uni Eropa di Wina berakhir dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Josep Borrell berbicara tentang "kompromi yang baik."

"Apa yang bisa dinegosiasikan telah dinegosiasikan, dan sekarang dalam teks final. Namun, di balik setiap masalah teknis dan setiap paragraf terletak keputusan politik yang perlu diambil di ibu kota. Jika jawaban ini positif, maka kami dapat menandatangani kesepakatan," cuit Borrell pada 8 Agustus.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pada Senin (15/08) bahwa Amerika Serikat akan menyampaikan tanggapannya terhadap teks yang diusulkan UE secara pribadi, tetapi tidak memberikan batas waktu.

Perwakilan dari AS dan Iran, serta dari Eropa, telah berusaha untuk mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan penghapusan sanksi AS, UE, dan PBB dengan imbalan pemulihan pembatasan program nuklir Teheran.

ha/vlz (AP, Reuters, AFP, dpa)