1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gen-Z, Achtung! Ini Tips Sukses Negosiasi Wawancara Kerja

16 Juli 2024

Dari gaji ke fasilitas. Negosiasi atau tawar-menawar adalah hal yang normal sebelum seseorang setuju untuk menerima pekerjaan. Bagaimana tips suksesnya?

https://p.dw.com/p/4iNNp
Ilustrasi negosiasi antara pelamar dan pemberi kerja
Ilustrasi negosiasi antara pelamar dan pemberi kerjaFoto: Vasily Pindyurin/Westend61/imago images

Negosiasi adalah saat akan menerima atau ditawarkan posisi baru di sebuah perusahaan adalah hal yang normal untuk mendapatkan kesepakatan. Baik negosiasi soal jumlah gaji bulanan atau beragam fasilitas lain yang didapatkan dari calon perusahaan.

Gen-Z dan first jobber atau orang yang baru kali pertama bekerja, sejak beberapa tahun lalu juga mengaku sudah melakukan negosiasi gaji dengan calon pemberi kerja.  

Savara Kautsar, salah satu karyawati swasta di Jakarta dan termasuk dalam gen-Z yang sudah melakukan negosiasi dengan HRD saat wawancara kerja. "Pasti nego sih terutama soal gaji," katanya kepada DW Indonesia.

"Saat ini sudah lima tahun kerja, jadi karena sudah ada pengalaman makanya saya rasa saya punya hak untuk bisa nego dengan HRD. Tapi biasanya sih saya nego gaji saja."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Sementara Eqqi Syahputra mengaku tak terlalu keukeuh soal ini. Pria yang sudah 3 tahun bekerja ini mengungkapkan, kalau dia tetap bernegosiasi dengan HRD saat wawancara kerja.

"Dari awal fresh graduate, saya udah nego gaji. Karena saya berpikir, dan saya serta teman-teman sudah membuktikan sih dari pengalaman sendiri kalau sekarang ini banyak perusahaan yang memang enggak mau memberikan benefit lebih buat kami para gen Z, jadi ya harus dong nego gaji dan fasilitas," katanya kepada DW Indonesia.

Ayo, biasakan negosiasi 

Wulan Ranny, pkatisi dan konsultan human resources mengungkapkan bahwa negosiasi perkara gaji dan fasilitas yang akan didapatkan di kantor antara calon karyawan dengan HRD adalah hal yang wajar.

"Wajar banget, karena kita mengukur dari sisi diri sendiri," katanya kepada DW Indonesia. "Jadi itu boleh banget, malah bagus kalau ternyata kita sudah tahu kita ini sebagai kandidat, sebagai talent itu posisi kita bagaimana, kira-kira nilai kita berapa, itu bagus." 

Hanya saja, perempuan yang akrab disapa Ranny ini mengatakan bahwa calon kandidat harus tahu batas dan bisa menilai dirinya dengan baik. Penilaian diri ini, kata dia, bisa dilihat melalui beberapa hal yaitu lama pengalaman, kesesuaian pendidikan dengan posisi pekerjaan, kelebihan dan kelemahan diri.

Berani bertanya dan menawar

"Kita kenali diri 100 persen, kemudian bandingkan gaji dan skill kita dengan yang ada di perusahaan lain. Jadi, harus benaran bisa tahu worth-nya kita berapa dan bukan yang based on menurut diri sendiri, tapi harus tahu di market itu seperti apa kondisi dan posisi kita di luar perusahaan."

Ranny juga menyebut bahwa melalui negosiasi saat wawancara kerja kandidat juga bisa mengetahui kondisi perusahaan.

"Menurut saya, perusahaanya sendiri juga sebisa mungkin harus cukup jelas menunjukkan di level mana mereka sanggup memberikan gaji kepada kandidat."

"Dan kandidatnya, terlepas dari Gen Z, milenial atau lainnya, harus punya keberanian untuk bertanya, dan kemudian bargaining, kita negosiasi soal gaji atau fasilitas lainnya. Yang harus diingat, semua perusahaan kan punya standar masing-masing.”

Karenanya, untuk bisa sukses dalam negosiasi kerja, Ranny memberikan beberapa tips sukses.

Pahami tugas dan tanggung jawab

Dalam hal ini, kandidat harus benar-benar memahami tugas dan tanggung jawab di posisi yang akan diembannya. Kandidat harus benar-benar bisa menyakinkan pewawancara bahwa mereka bisa melakukan tugas dengan baik, bahkan di atas syarat yang ditetapkan.

 "Bisa disampaikan dengan kalimat: ‘Dengan kemampuan dan pengalaman yang saya punya, saya yakin bisa melakukan tugas dengan Key performance indicator (KPI) terbaik.' Ini menunjukkan dia percaya diri tapi tidak terkesan sombong."

"Jadi harus mampu untuk menunjukkan bahwa dia pasti bisa untuk men-deliver pekerjaan ini, dan ingin bernegosiasi terkait gaji dan lainnya."

Rasional, salah satu kunci sukses

"Namanya negosiasi jangan terus kemudian datang dengan range yang kalau kata anak sekarang di luar nurul. Harus mampu, intinya harus injak bumi juga deh kalau mau negosiasi." 

Tak cuma itu, perempuan yang aktif selama 23 tahun di dunia human resources ini juga menyarankan untuk tak menyebutkan perbandingan spesifik dengan perusahaan tertentu soal gaji.

"Di internet banyak pengajaran yang menyarankan untuk langsung sebut angka sekian di posisi yang sama di perusahaan A. Jangan, itu tidak akan berhasil."

Berpikiran terbuka

Menurut Ranny, setiap perusahaan sudah memiliki standar gaji, fasilitas, dan aturannya masing-masing, yang bisa jadi berbeda antara satu dengan lainnya.

Mengingat bahwa setiap kandidat juga punya standar sendiri, Ranny menyarankan tiap kandidat untuk tetap berpikiran terbuka.

"Kita juga harus mau dengarkan dari organisasinya. Dari situ pasti akan muncul diskusi. Jadi harus berpikiran terbuka kalau kita mau nego ulang. Tetapi kita juga harus menyadari bahwa bisa jadi negosiasinya tidak berhasil."

"Tapi sekali lagi, kalau kemampuan kamu sangat baik dan melebihi dari yang dibutuhkan ke perusahaan, kesempatan untuk bisa negosiasi akan sangat terbuka, ditambah dengan fasilitas-fasilitas lain."

Jadi diri sendiri

Banyak orang yang selama proses wawancara dan negosiasi tidak menjadi dirinya sendiri lantaran sangat ingin mendapatkan pekerjaan tersebut. Banyak calon pekerja yang berpikir bahwa mereka harus mengubah diri untuk posisi tersebut.

"Yang dicari itu adalah orang yang unik dan bisa berkontribusi dengan kelebihannya itu untuk perusahaan."

Bagaimana, apakah pembaca DW siap untuk lebih berani bernegosiasi saat wawancara kerja berikutnya? (ae)

C. Andhika S. Detail, humanis, dan tidak ambigu menjadi pedoman saya dalam membuat artikel yang berkualitas.