1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

190209 GB D Afghanistan

19 Februari 2009

Dari London selalu terdengar keluhan bahwa Inggris menanggung beban terlampau berat di Afghanistan. Jerman dituntut berbuat lebih banyak dan ikut bertempur di wilayah selatan yang berbahaya.

https://p.dw.com/p/GxNG
Sekelompok pria Afghanistan memperhatikan tentara Jerman yang tergabung dalam ISAF , saat berpatroli di pinggiran Feyzabad, utara Afghanistan.Foto: AP

Inggris mengantar korban dalam jumlah besar ke Afghanistan. Tuduhan ini sudah lama terdengar di London. Selain tentara Amerika, serdadu Inggris lah yang terutama bertempur di wilayah selatan yang berbahaya, tandas Menlu Inggris David Miliband.

Miliband mengatakan, “Kami menanggung bagian besar dari beban itu, dengan lebih dari 8.000 tentara. Jika AS meminta lebih banyak tentara, maka sebagai kontributor kedua terbesar, hal pertama yang akan kami katakan adalah kami tidak ingin menanggung beban yang dibagi secara tidak adil.“

Bagi politisi Inggris dari kubu demokrat liberal Paddy Ashdown, tuntutan untuk menambah pasukan ke Afghanistan, terutama mengarah ke Jerman.

Ashdown mengatakan, "Saya kira jari itu tidak diarahkan ke Inggris tapi ke negara-negara NATO lain yang kontribusinya sejauh ini tidak memadai. Khususnya pasukan Jerman di utara Afganistan, agar mereka ikut bertempur juga.“

Wakil Menteri Pertahanan Jerman Christian Schmidt yang mengunjungi London beberapa hari lalu, berupaya meredam harapan Inggris.

"Memang, Inggris menanggung beban besar, Inggris kehilangan banyak tentara, dan asal tahu saja, Kanada juga sama. Tetapi orang tidak bisa lagi menuduh bahwa di utara Afganistan, Jerman ibarat di kawasan liburan musim panas. Tidak. Kami juga menghadapi kekerasan, pertempuran dan kematian“, kata Schmidt.

Ia menekankan, strategi keamanan baru yang sedang disiapkan pemerintah AS, yang saling terhubung satu sama lain, juga menyertakan hal seperti pelatihan polisi dan pembangunan kembali sektor sipil. Karena itu, seruan Inggris tentang penambahan tentara Jerman harus dijawab 'tidak'.

"Tidak, karena di tingkat NATO kita sudah setuju bahwa titik berat pelatihan aparat keamanan Afghanistan yang sesuai dengan struktur keamanan Afghanistan. Dan bahwa perang memberantas ladang opium, korupsi dan nepotisme, sama pentingnya“, kata Schmidt.

Entah bobot yang baru ke sini atau ke sana, kekuatan militer tetap merupakan syarat agar sebuah konsep politik dapat diterapkan, begitu sebaliknya pendapat Michael Clarke, Direktur RUSI, sebuah tangki pemikiran di London.

Bukan tambahan pasukan yang menentukan tetapi lebih banyaknya negara anggota NATO yang bertempur di selatan Afghansitan.

Clarke mengatakan, “Jika sejumlah pembatasan negara dicabut, maka tentara yang sudah dikirim ke sana jauh lebih berharga. Mereka bisa ditempatkan dengan lebih fleksibel. Saya kira ini yang akan dituntut AS dalam KTT NATO April mendatang."

Toh, jika pada akhirnya pemerintah AS meminta penambahan tentara, akan sulit untuk mengatakan tidak. Ini juga disadari Wakil Menteri Pertahanan Jerman Christian Schmidt.

"Saya kira tuntutan itu akan muncul. Kami juga ingin ikut membentuk, dan syukur lah hal itu ditawarkan pemerintah baru Amerika. Ini misi NATO dan barang siapa ikut serta, harus ikut memberi kontribusi. Ini juga berlaku untuk kami“, tambah Schmidt. (rp)