1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hukuman Mati Karena Artikel Internet

25 Juli 2008

Di Berlin digelar aksi protes menentang keputusan hukuman mati terhadap seorang wartawan Afghanistan. Ia didakwa karena menyebarkan sebuah artikel dari internet.

https://p.dw.com/p/Ej7F
Akankah Presiden Karsai mengubah sikapnya?Foto: AP

Tepat di depan gerbang Brandenburg di tengah ibu kota Berlin terlihat sebuah mobil derek sedang menempatkan sebuah tiang gantung . Sebuah simpul diuntaikan. Pejalan kaki berhenti sejenak dan terheran-heran, mungkinkah mereka tidak menyadari bahwa sistem demokrasi Jerman sudah digulingkan? Namun akhirnya mereka melihat sebuah spanduk bertuliskan seruan untuk membebaskan seorang wartawan Afghanistan yang divonis hukuman mati.

Pengadilan di Mazari Sharif memutuskan hukuman mati bagi Parvez Kaambaksh. Kaambaksh yang berusia 23 tahun dijatuhi hukuman mati karena menyebarkan sebuah artikel dari internet. Artikel itu mempertanyakan, mengapa laki-laki di Afghanistan bisa menikah dengan empat wanita, sebaliknya wanita tidak boleh bersuami banyak. Sekelompok warga Afghanistan yang ikut dalam aksi protes tersebut berargumen, mengunduhkan sebuah artikel dari internet bukan suatu kejahatan.

“Itu bukan kejahatan, bukan, bukan, bukan! Kita hidup dalam perdamaian!"

Tillmann Schmalzried dari Perhimpunan Orang Terancam menjelaskan, vonis hukuman mati terhadap Kaambakhsh adalah hasil sebuah sistem perhukuman yang dibuat oleh panglima perang Afghanistan di masa silam. Schmalzried mengatakan: “Sistem hukum Afghanistan diambil-alih oleh hakim Islam di tahun 2002. Sayaf dan Karsai membuat sebuah perjanjian - Sayaf mengatakan, saya tidak akan menganggu kamu dan kamu jangan menganggu saya!"

Sabu Zamani dari Pusat Kebudayaan dan Masyarakat Afghanistan mendukung penjelasan Schmalzried. Zamani menuturkan: “Saya pikir situasi di Afgahnistan adalah bencana. Sejumlah penjahat di masa lalu bertanggung-jawab atas matinya ribuan orang. Tapi siapa yang sekarang menduduki posisi penting. Kini ada seorang wartawan tidak bersalah dan ia tetap dijatuhi hukuman mati. Apakah ini yang disebut keadilan?"

Presiden Afghanistan Hamid Karsai tampaknya segan untuk bertindak dalam kasus ini. Namun Mazari Sharif merupakan kawasan dimana Jerman membantu pemerintah Afghanistan dalam program pembangunan kembali. Demikian papar aktivis HAM Ulrich Delius.

Delius menambahkan, jika Jerman dan negara barat lainnya mendesak, mungkin Presiden Karsai akan berubah pikiran: "Mereka berpengaruh besar terhadap pemerintah Karsai. Karena pemerintah Irak memperoleh jutaan Euro dari mereka. Itu tidak hanya dari Jerman, akan tetapi juga dari Uni Eropa serta Amerika Serikat. Mereka mitra penting pemerintahan Karsai. Jika negara barat dapat meyakinkan Karsai, bahwa pembebasan wartawan Afghanistan itu merupakan prioritas utama, Karsai pasti akan mempertimbangkan kembali sikapnya." (an)