1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan Schröder Dengan Gazprom

4 April 2006

Keputusan mantan kanselir Jerman Gerhard Schröder untuk menerima jabatan dewan pengawas Gazprom, dipandang sebagai hal yang tidak bijaksana.

https://p.dw.com/p/CPKj
Foto: AP

Harian internasional dan Jerman, menyoroti dengan tajam hubungan antara mantan kanselir Jerman Gerhard Schröder dengan perusahaan gas Rusia-Gazprom. Mantan kanselir Jerman itu, sekarang dinilai menjadi beban politik bagi kedua belah pihak. Pihak Rusia juga mengalami kerugian, demikian komentar harian Rusia, Nesawissimaja Gazeta yang terbit di Moskow.

"Tidak ada kredit, melainkan sebuah skandal. Hubungan bisnis antara Schröder dengan Gazprom kelihatannya semakin memuakkan. Dengan itu, citra dari proyek terpenting bersama untuk Eropa, ikut menjadi rusak. Posisi para pengkritik Schröder di Jerman, yang menuduh mantan kanselir itu mempersiapkan kepentingan pribadinya semasa ia berkuasa, kini semakin kuat."

Sementara harian liberal kiri Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar, mantan kanselir Jerman itu sekarang menjadi beban politik.

"Hubungan Schröder dengan Gazprom berkembang dari cerita buruk menjadi skandal berat. Mencampur-adukkan kekuasaan dengan uang, menimbulkan citra amat buruk bagi sebuah partai, yang kini masih tetap memegang kekuasaan. Keributan mengenai skandal jaminan keuangan miliaran Euro, mungkin saja dapat menggerakkan Schröder untuk mundur dari jabatannya di Gazprom. Angela Merkel, kanselir Jerman saat ini, harus menutup final politik pendahulunya yang terikat secara emosional dengan Rusia."

Sedangkan harian Swiss Basler Zeitung menulis komentar berjudul, jangan berbisnis tanpa pilih bulu.

"Schröder memang ingin selalu tampil dalam badai sejarah. Dialah tokoh pembela perdamaian, yang merangkul Putin dan menolak seruan ikut perang dari Bush. Seorang kepala pemerintahan yang tidak terikat pada kursi jabatannya, dan berani menyerukan pemilu baru. Mungkin saja mantan kanselir Jerman itu, tidak benar-benar mata duitan, seperti yang dilihat sebagian besar warganya. Akan tetapi, sebagai seorang negarawan tulen, yang ingin nama harumnya dihormati dalam jangka panjang, seharusnya ia tidak berbisnis tanpa pilih bulu. Sebab, dengan itu citra baiknya akan rusak. Dan itu dapat dibaca dalam setiap buku sejarah di kemudian hari."

Terakhir harian Jerman Stuttgarter Zeitung juga mengkritik keputusan Schröder memegang jabatan di perusahaan Rusia Gazprom.

"Dengan peralihan amat cepat dari seorang kanselir Jerman menjadi petinggi perusahaan yang dikendalikan Kremlin, Schröder merusak citranya sendiri serta citra politik dan negaranya. Sebagai pribadi, ia memetik keuntungan dari bisnis miliaran Euro yang dibantunya secara besar-besaran. Memang keputusan untuk memberikan jaminan belum terbukti. Akan tetapi amatlah buruk bila muncul anggapan, seorang negarawan sekelas Schröder, menyiapkan keputusan kekanseliran demi kepentingan pribadinya."