1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan Korut-Korsel Tunjukkan Indikasi Perbaikan

20 Agustus 2009

Hubungan antara Korea Utara dan Selatan tampaknya ditandai indikasi perbaikan. Hubungan itu sempat memburuk sejak pemerintah konservatif berkuasa di Seoul Februari 2008. Namun kini Korut menunjukkan sikap yang melunak.

https://p.dw.com/p/JEep
Serdadu Korsel mengamati wilayah Korut dari perbatasan.Foto: AP

Setelah menunjukkan sikap perseteruan pada bulan-bulan terakhir ini, Korea Utara kini melunak. Hari Kamis (20/08) pemerintah negara itu menegaskan akan mengirim sejumlah pejabat papan atasnya untuk memberikan penghormatan terakhir dan menyampaikan rasa duka cita atas wafatnya mantan presiden Korea Selatan Kim Dae-Jung dan sekaligus memperbarui upaya pembicaraan dengan Amerika Serikat.

Kantor berita resmi Korea Utara KCNA melaporkan, kunjungan itu akan dipimpin oleh Kim Ki Nam, sekretaris Komite Pusat Partai Komunis yang berkuasa dan telah direstui oleh Kim Jong Il, penguasa negara tersebut. Delegasi Korea Utara akan tiba di Korea Selatan hari Jumat (21/08), kembali hari Sabtu (22/08) dan dengan begitu tidak akan menghadiri upacara pemakaman Kim Dae-Jung yang akan dilaksanakan hari Minggu ini (23/08).

Kim Dae-Jung meninggal Selasa lalu (18/08) pada usia 85 tahun. Ia dikenal sebagai seorang pendukung demokrasi dan merupakan politisi yang memprakarsai pertemuan puncak pertama antara kedua negara Korea tahun 2000 di saat ia menjabat sebagai presiden Korsel. Kim Dae-Jung adalah perintis apa yang dinamakan kebijakan politik "Sinar Matahari". Melalui kebijakan ini ia berhasil melakukan pendekatan dengan negara tetangganya Korea Utara yang komunis.

Delegasi duka dari Korea Utara itu dinilai sebagai petanda pendekatan baru dari Pyongyang, menyusul bulan-bulan yang menegangkan di Semenanjung Korea yang dikhawatirkan akan menimbulkan konflik militer. Selain kunjungan duka, Korea Utara juga menegaskan keinginannya untuk melakukan pembicaraan, tetapi hanya dengan Amerika Serikat guna mengakhiri pertikaian seputar program senjata nuklir Korea Utara.

Sementara itu setelah melakukan pertemuan dengan sejumlah diplomat Korut untuk PBB, Bill Richardson, gubernur negara bagian AS, New Mexico melihat adanya sinyal-sinyal positif dari Pyongyang. Ia mengatakan bahwa Korut menunjukkan dengan jelas kesediaan melakukan dialog dengan AS. Ia untuk pertama kalinya melihat sikap yang melunak dan positif, ujar Richardson kepada pemancar televisi AS CNN seusai pertemuannya dengan para diplomat Korut di Santa Fe.

Richardson yang dikenal sebagai mediator sejumlah perundingan dengan Pyongyang menegaskan, Korea Utara dengan jelas mengatakan keinginannya melakukan diskusi bilateral dan tidak dalam kerangka perundingan enam negara yang juga mencakup Korea Selatan, Cina, Jepang dan Rusia.

Korut meninggalkan forum perundingan enam negara dan menggemborkan untuk melancarkan kembali program plutoniumnya bulan April lalu setelah Dewan Keamanan PBB mencela peluncuran rudal jarak jauhnya. Negara komunis itu kemudian melaksanakan ujicoba nuklir yang kedua pada 25 Mei lalu yang memicu sanksi baru dari PBB.

Sedangkan pihak AS mengutarakan, pembicaraan bilateral dengan Korea Utara dapat dilakukan tetapi hanya dalam kerangka kerja perundingan enam negara. Pejabat AS dan Korea Selatan menyebut aksi Korut terakhir ini sebagai upaya menunjukkan kekuatan dari pemimpin Kim Jong-Il yang ingin mendapatkan dukungan bagi calon penggantinya.

Kementrian Penyatuan Kembali Korea Selatan yang mengatur hubungan kedua negara bertetangga itu menyatakan, hingga kini belum ada rencana untuk melakukan pembicaraan politik. Namun seorang pengamat politik di Seoul mengutarakan, pembicaraan rahasia tampaknya mungkin akan dilakukan selama delegasi duka Korut berada di Korsel.

CS/HP/afp/reuters