1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan India-Pakistan Sesudah Teror di Mumbai

Dewi Gunawan-Ladener2 Desember 2008

Hampir semua harian memberikan tanggapan senada.

https://p.dw.com/p/G76c
Kebekuan baru antra India dan Pakistan


Yakni, bahwa para pelaku serangan teror itu memang menginginkan memburuknya hubungan India dan Pakistan.

Harian LA CROIX yang terbit di Paris menyoroti latar belakang rangkaian serangan di Mumbai dan berkomentar:

"Di mata kelompok ekstremis, harus dilakukan lagi sesuatu. Setelah pada akhir tahun 2001 hampir terjadi peperangan, dalam tahun-tahun terakhir India dan Pakistan berhasil meredakan ketegangan. Bahkan setelah Asif Ali Zardari menjadi presiden Pakistan, hubungan itu boleh dikatakan menghangat. Berbeda dengan pendahulunya, Jendral Pervez Musharraf, Zardari tidak berurusan dengan permainan gelap militer Pakistan."

Menanggapi krisis antara India dan Pakistan setelah serangan di Mumbai, harian Italia LA STAMPA yang terbit di Turin menulis:

"Rupanya di India dan Pakistan sendiri banyak yang kurang suka dengan pendekatan yang terjadi. Mereka itu adalah pemberontak di Kashmir yang mendapat dukungan dari dinas rahasia Pakistan, kemudian India sendiri yang tidak bersedia melepaskan Kashmir, serta Al Qaida dan Taliban, yang menganggap persengketaan antara India dan Pakistan akan memperkuat kekuasaan mereka di Afghanistan."

Bagi harian Austria DER STANDARD yang terbit di Wina:

"India dan Pakistan sama-sama menjadi korban dan keduanya hanya dapat menangani masalah itu bersama-sama. Peluang untuk bekerjasama sekarang ini jauh lebih baik dari dulu dan hendaknya tidak dihancurkan oleh reaksi berlebihan. Justru karena serangan teror di Mumbai sering disamakan dengan peristiwa 11 September di AS, hendaknya tidak dilakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan AS. Yakni dengan anggapan bahwa terorisme dapat ditundukkan dengan perang konvensional. Masalahnya, yang menjadi lawan bukanlah sebuah negara, melainkan aktor-aktor lepas dalam konflik yang tidak simetris."

Harian Austria lainnya DIE PRESSE menganggap serangan di Mumbai itu merupakan pukulan bagi AS, karena ketegangan antara India dan Pakistan merugikan perjuangan Washington dalam menumpas kelompok radikal Islam di Afghanistan. Selanjutnya dapat dibaca:

"Di atas kertas strategi yang dijalankan tampak sempurna. Dengan membuat India dan Pakistan rujuk, pertama tersingkirlah bahaya sengketa yang lebih besar antara kedua negara atom. Kedua berakhirnya 'perang dingin' dengan India, akan membuat tersedianya tentara yang dapat dikerahkan Pakistan untuk memerangi kelompok-kelompok radikal Islam di perbatasan dengan Afghanistan. Dengan demikian itu akan meringankan pula pasukan NATO yang bertugas di Hindukush. Serangan-serangan di Mumbai nampaknya merusak rencana Washington."

Mengenai peranan Pakistan setelah rangkaian teror di Mumbai harian liberal kiri Inggris INDEPENDENT menulis:

"Serangan-serangan serupa itu selalu berujung pada politik. Itu merupakan serangan bermotifkan politik terhadap negara India. Kunci untuk mencegah kekejaman serupa itu di masa depan adalah mencari penyelesaian politik bagi Islam yang militan. Keterkaitan para teroris dengan Pakistan menjadi semakin jelas. Apakah nantinya akan terlihat ada atau tidaknya keterlibatan Pakistan dalam serangan serangan di Mumbai itu, satu hal sudah jelas: di Asia Selatan, dari Afghanistan sampai India, tidak akan ada perdamaian selama Pakistan tidak dapat dicegah untuk terus mendukung dan mengekspor teroris." (dgl)