Hubungan antara Korea Utara dan Selatan Tetap Sulit
14 Juli 2008Hanya beberapa menit sebelum berbicara di depan parlemen Korea Selatan, Presiden Lee Myung-bak mendapat laporan tentang tewasnya seorang wisatawan Korea Selatan di Korea Utara. Tetapi ia tidak mengubah naskah pidatonya dan tetap mengusulkan dimulainya dialog dengan Korea Utara.
Ubah Haluan Politik
Dengan demikian Lee Myung-bak dengan jelas mengubah haluan politik. Saat mulai menjadi presiden Februari lalu, ia masih mengatakan akan meneliti ulang semua kesepakatan dengan Korea Utara, selama negara itu tidak menunjukkan semua program atomnya dan menyingkirkan semua senjata nuklir.
Tetapi perkembangan di dunia menuju ke arah lain. Akhir Juni lalu Korea Utara menyerahkan sebuah daftar tentang program nuklirnya, dan setelah itu AS mengumumkan akan menghapus Korea Utara dari daftar negara yang dianggap mendukung terorisme internasional. Dengan demikian tiba-tiba hanya Presiden Korea Selatan itulah yang memiliki politik, yang menentang Korea Utara.
Menyelamatkan Popularitas
Karena Lee Myung-bak menghadapi tekanan berat dalam masalah politik dalam negeri, ia berharap, dengan mengubah haluan terhadap Korea Utara ia dapat menyelamatkan popularitasnya. Ia mengatakan, karena Korea Utara bersedia membuka program nuklirnya, maka kerjasama dapat ditingkatkan, sehingga kemajuan ekonomi dapat tercapai. Korea Selatan bersedia mengadakan pembicaraan serius dengan Korea Utara.
Sejak perang Korea berakhir 1953, antara kedua negara yang bermusuhan itu berlaku kesepakatan gencatan senjata, tetapi bukan kesepakatan perdamaian. Ketegangan tetap berlangsung, hingga mantan presiden Kim Dae Jung memulai pendekatan, yang memungkinkan diadakannya KTT antar kedua negara tahun 2000 lalu.
Politik Baru
Apa yang disebut politik sinar matahari itu menentukan hubungan kedua negara selanjutnya. Selain itu, kebijaksanaan ini juga menetapkan kerjasama perekonomian antara Korea Utara dan Selatan dan membuka sebagian wilayah Korea Utara untuk wisatawan dari Selatan. Termasuk di antaranya daerah sekitar gunung Kumgang, di dekat perbatasan bersama di pantai timur Korea Utara. Jumat lalu seorang wisatawan dari Korea Selatan secara tidak sengaja memasuki daerah yang ditutup militer.
Menurut keterangan pihak Korea Utara, setelah dituntut berkali-kali untuk berhenti, ia tetap berjalan, bahkan mulai berlari. Seorang tentara kemudian melepaskan dua tembakan, sehingga perempuan berusia 53 tahun itu terluka berat. Ia kemudian meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Seorang juru bicara dari kementrian persatuan Korea menyatakan, penelitan sejelas mungkin tentang insiden tersebut sangat penting. Berkaitan dengan itu pemerintah akan mengambil tindakan sesuai.
Sikap Korea Utara
Demikian pernyataan dari kementrian Korea Selatan tersebut. Tetapi Korea Utara segera melancarkan tuduhan terhadap Korea Selatan, dan menuntut permintaan maaf karena tingkah laku wisatawan tersebut, yang dianggap tidak pantas. Tuduhan itu dibantah dengan keras oleh Korea Selatan. Pemerintah negara itu juga menuntut ijin bagi penyelidiknya untuk memasuki lokasi penembakan.
Akibat insiden ini, tawaran presiden Korea Selatan untuk mengadakan pembicaraan dengan Korea Utara akhirnya tidak ditanggapi sebagaimana layaknya. Dalam komentar yang dimuat harian Rodong, yang menjadi sarana pemberitaan pemerintah Korea Utara, dikatakan tawaran pemerintah Korea Selatan hanya omong kosong saja. Dan Presiden Korea Selatan kembali disebut pengkhianat. (ml)