Honduras Setahun Setelah Kudeta
27 Juni 2010Setahun setelah penggulingan Presiden Manuel Zelaya (28/06/09), satu hal tampak jelas di Honduras. Negara itu tetap berada dalam kekacauan. Analis politik Yllescas Oliva menggambarkannya demikian: perekonomian ambruk dan konflik sosial tetap membara. Ia menjelaskan lebih lanjut, sejak berakhirnya masa diktator tahun 1980 tidak ada pemerintahan yang berhasil memberikan jawaban bagi masalah Honduras.
Sebagai akibatnya, 1,5 juta warga Honduras tinggal di luar negeri, dalam pengasingan karena alasan ekonomi. Ironisnya, mereka yang miskin tersebut mengirimkan uang bagi keluarga di tanah air, dan itu menjadi 25% pendapatan negara. Masalah ini sampai sekarang tidak ditangani.
Perkembangan Terhenti
Di Honduras perkembangan terhenti. Rejim yang menggulingkan kekuasaan tetap berkeras pada posisinya hingga pemilu presiden November lalu. Pemilu itu tidak ada urusannya dengan pemilihan yang demokratis. Sensor atas pers, larangan keluar berhari-hari dan pelanggaran HAM tidak memungkinkan kampanye yang bebas. Pengusaha yang akhirnya mendapat kekuasaan, Porfirio Lobo, hanya diakui oleh beberapa negara sebagai presiden Honduras.
Sementara itu kekerasan terus berlangsung. Organisasi COFADEH mencatat 314 pelanggaran besar sejak awal 2010. Misalnya penyiksaan, penangkapan dan razia ilegal serta pembunuhan. Delapan wartawan tewas, tetapi tidak satupun kasus ini diselidiki. Direktur COFADEH Bertha Oliva, yang berkali-kali mendapat ancaman pembunuhan tidak melihat perubahan besar sejak Porfirio Lobo mulai menjabat Januari lalu.
Kejahatan dan Kekerasan
"Satu-satunya perbedaan, politisi dan pelaku kudeta lebih sinis lagi daripada sebelumnya," begitu dikatkaan Oliva. Ia menambahkan, sekarang situasi lebih berbahaya daripada dulu, beberapa hari setelah kudeta militer, karena sekarang pelanggaran HAM dilakukan sistematis dan terarah. "Dulu orang dapat melihat anggota militer saling pukul. Di mana-mana jalan ditutup, dan ada larangan keluar. Sekarang aksi militer disarukan menjadi pemberantasan kejahatan.“
Kejahatan dengan kekerasan, korupsi dan gerombolan remaja yang melakukan tindak kriminal mendominasi masyarakat Honduras. Pembunuhan bermotif politik sukar dibedakan dengan kejahatan biasa yang terjadi setiap hari. Hukum dan kehakiman tidak berperan, sehingga pelaku kejahatan tidak diganjar.
Supaya Rakyat Terwakili
Gerakan perlawanan bersidang di gedung serikat pekerja. Tujuan mereka, seperti sebelumnya, adanya sidang yang merumuskan konstitusi. Tujuannya, agar semua kelompok dalam masyarakat dapat ikut membentuknya, bukan hanya 10 keluarga terkaya di negeri itu.
Rafael Alegria sejak awal menjadi salah satu pemimpin gerakan yang disebut "resistencia“, yang tidak berhasil mengembalikan Zelaya kembali ke jabatan presiden. Ia yakin, akhirnya gerakan perlawanan akan menang. Pihaknya telah memutuskan untuk mengadakan perjuangan sosial secara damai. Ia menambahkan, "Kami mencapai keberhasilan, sehingga keluarga-keluarga kaya pelaku kudeta bersengketa dengan Presiden Lobo, sementara rakyat Honduras bersatu.“
Mengidentifikasi Pengekang
Miriam Miranda, yang mewakili warga berkulit hitam di daerah pantai Karibia juga optimis. Ia mengatakan, "Kami tidak frustasi, karena sekarang terungkap, siapa yang menguasai ekonomi di negara ini. Di seluruh negara kini berkembang gerakan perlawanan yang aktif dan permanen. Cara berpikir sudah berubah, juga pada masyarakat kelas bawah. Akibat kudeta kami dapat mengidentifikasikan dengan jelas kelompok-kelompok yang mengekang dan kami memerangi mereka.“
Ia mengobarkan semangat setahun setelah kudeta. Tetapi tetap ada kesan, bahwa pelaku kudeta berhasil mencapai tujuan mereka. Mereka berhasil mengenyahkan Manuel Zelaya yang semakin condong ke kubu kiri, dan kembali memegang kekuasaan. Setidaknya sampai saat ini.
Michael Castritius / Marjory Linardy
Editor: Edith Koesoemawiria