1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hidup Aktivis HAM Cina Berbahaya

21 Januari 2006

Di Cina, aktivis hak asasi manusia sering mengalami tekanan oleh pemerintah. Mereka dibuntuti, diancam dan disiksa aparat keamanan.

https://p.dw.com/p/CJeu
"Kasus yang belum selesai, harus dituntaskan." Seorang warga Cina menuntut haknya di Beijing
"Kasus yang belum selesai, harus dituntaskan." Seorang warga Cina menuntut haknya di BeijingFoto: AP

Seperti misalnya pengacara Gao Zhisheng. Penuturannya terdengar seperti cerita detektif televisi. Sudah lebih dari 80 hari, ia dan keluarganya dibuntuti terus oleh aparat keamanan. Tanggal 17 Januari lalu, mereka akhirnya bergerak untuk mengeliminasi Gao Zhisheng.

Gao Zhisheng: “Dua mobil yang platnya ditutupi mengikuti saya. Saya diapit, tiba-tiba mobil di depan saya mengerem, padahal itu jalan tol dan laju mobil sekitar 70 kilometer per jam. Jarak mobil saya dengan mobil di depan mungkin cuma satu sentimeter. Waktu saya mau mencatat nomer plat mobil yang berhenti itu, pengemudinya menginjak gas dan saya berhasil meloloskan diri.”

Gao bekerja sebagai pengacara di Peking. Kliennya kebanyakan dissiden atau warga yang diburu karena agamanya, misalnya pengikut aliran Falungong. Sejak bertahun-tahun, Gao memberi harapan bagi warga biasa yang meminta bantuan advokasi hukum. Misalnya petani yang dipaksa menjual lahannya kepada pemerintah lokal dengan harga sangat rendah. Atau penduduk kota yang dialokasi paksa oleh pemerintah.

Gao membela mereka dan dengan begitu menjadikan dirinya musuh pemerintah. Akhir tahun lalu, izin prakteknya sebagai pengacara dicabut karena alasan sepele. Gao memperkirakan sekitar 12 mobil dan sejumlah aparat keamanan membayangi setiap langkahnya, 24 jam sehari. Kini, Gao mulai kehilangan akal:

Gao Zhiseng: “Untuk negara barat, situasi saya sulit dimengerti. Di sini, saya tidak tahu harus melapor pada siapa? Malah mungkin polisi tidak mau menerima laporan saya. Agen-agen rahasia itu membatasi kebebasan saya, tapi saya tidak bisa melaporkan mereka. Sebenarnya, pos polisi terdekat hanya 200 meter dari rumah saya. Saya pernah ke sana dan menceritakan masalahnya. Mereka mengatakan, itu di luar wewenang mereka.”

Manfred Novak, pejabat khusus untuk urusan penyiksaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Desember lalu ingin bertemu Gao. Novak mencari informasi mengenai situasi di penjara Cina. Namun, pertemuan tersebut terpaksa dibatalkan, karena Gao terus dibuntuti.

Kasus Gao yang paling terkenal adalah kasus perlawanan petani di Taishi, di provinsi Guangdong, Cina Selatan. Juli tahun lalu, 400 warga desa menurunkan petisi yang menuntut pengunduruan diri kepala desa Taishi mengundurkan diri karena dugaan korupsi. Sebuah prosedur yang sama sekali tidak bertentangan dengan perundang-undangan. Namun, pemerintah daerah menolak petisi tersebut dan malah menjebloskan sejumlah warga desa ke penjara.

Gao bertindak sebagai pengacara mereka. Bersama akivis HAM Guo Feixiong ia menyediakan advokasi hukum bagi para petani itu. Feixiong ditangkap dua bulan kemudian dan baru dibebaskan akhir tahun lalu. Ia memang menyadari sepenuhnya risiko pekerjaan sebagai pengacara.

Guo Feixiong:Dalam masyarakat di bawah rezim diktatur seperti ini, setiap pengacara harus bersedia menanggung risiko kliennya. Terutama pembela hak asasi seperti kami, kami langsung berhadapan dengan rezim kekejaman di Cina. Sering kali, klien kami ditakut-takuti, tapi risiko itu memang harus kami pikul.“

Gao Zhinsheng dan Guo Feixiong tidak sendiri dalam perjuangan mereka. Aktivis Aids Hu Jua berulang kali ditahan dan disiksa polisi Cina. Begitu juga Chen Guangcheng, aktivis yang menentang aborsi dan sterilisasi paksa. Hidup mereka dibayangi ancaman dan intimidasi. Gao Zhisheng mengatakan, ia siap menghadapi situasi apa pun. Menurutnya, apa pun yang terjadi, gerakan menentang rezim kekerasan di Cina tidak dapat dihentikan. (zer)