1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hasil Referendum Perkuat Posisi Erdogan

14 September 2010

Pemerintah Turki di bawah pimpinan PM Erdogan berhasil meyakinkan sebagian besar pemilih tentang pentingnya reformasi konstitusi. Ini modal kuat untuk menghadapi pemilu berikutnya.

https://p.dw.com/p/PBzz
PM Erdogan menyerahkan suara saat referendum konstitusi (12/09)Foto: AP

Harian konservatif Perancis Le Figaro menulis:

Pemimpin pemerintahan Turki menyebut hasil referendum sebagai titik balik bersejarah yang menyelaraskan demokrasi dan modernisasi. Hasil ini adalah argumen kuat untuk keanggotaan Turki di Uni Eropa. Di Brussel, Uni Eropa memuji hasil referendum. Jadi di atas kertas, Turki sudah melakukan langkah besar menuju Uni Eropa. Tetapi masalah yang dihadapi Turki jauh lebih kompleks dari itu. Karena referendum ini juga menegaskan hambatan-hambatan bagi pasar Turki untuk masuk Uni Eropa. Secara resmi, harapan menjadi anggota di Uni Eropa adalah motivasi kuat untuk melakukan langkah demokratisasi. Tapi karena Uni Eropa tidak sepakat dan terus menerus menolak Turki, publik Turki makin lama makin pesimis. Pemerintah Turki menyadari, pembaruan-pembaruan yang akan dilakukan menuntut biaya politik yang tinggi.

Harian Belanda de Volkskrant menilai, Eropa tetap harus mengamati perkembangan di Turki:

Para pengkritik di Turki, terutama dari kalangan penduduk perkotaan yang berorientasi ke barat, kuatir Perdana Menteri Erdogan punya rencana terselubung mengislamkan negara itu. Apakah kekuatiran ini beralasan atau tidak, itu tergantung dari cara penerapan konstitusi yang baru. Erdogan berharap, dengan pengangkatan para hakim, ia bisa mematahkan dominasi kelompok sekuler di lembaga peradilan. Langkah ini tidak punya dampak pada pengadilan kejahatan kriminal. Tapi apa dampaknya bagi hak-hak perempuan? Bagi hak keluarga dan hak beragama? Uni Eropa harus tetap jeli mengamati cara kerja lembaga peradilan di Turki.

Harian konservatif Denmark Berlingske Tidende yang terbit di Kopenhagen menulis:

Perdana Menteri Turki Recep Erdogan sekarang memegang senjata yang kuat di tangannya. Sebuah konstitusi yang bisa menjadi fundamen untuk demokrasi menurut model barat, sebagaimana yang ia inginkan. Pada saat yang sama, ini menjadi ujian bagi pemahaman demokrasi Erdogan. Hampir setengah warga Turki masih belum percaya padanya, karena mereka kuatir akan terjadi islamisasi dalam masyarakatnya. Sekarang ada di tangan Erdogan sendiri, apakah ia bisa menunjukkan hasratnya pada demokrasi. Ia boleh jadi memenangkan pemilu berikutnya. Ini membuka peluang untuk melakukan perubahan selanjutnya di Turki. Semoga perubahan ini mengarah pada demokrasi dan lebih berorientasi ke barat.

Harian Austria der Standard berkomentar:

Ini adalah referendum tentang paket perubahan undang-undang. Paketnya jauh lebih kecil daripada yang direncanakan semula. Ini bukan pemilihan umum yang bisa mengubah konstelasi politik dan menjatuhkan suatu pemerintahan atau memberinya mandat baru. Sekalipun demikian, ini adalah salah satu etape terpenting dalam sejarah Republik Turki. Di luar pertarungan sengit partai-partai, untuk pertama kalinya terlihat mayoritas politik bagi sebuah proyek demokratis. Kali ini, tidak hanya pemilih partai AKP saja yang mengikuti panggilan Tayyip Erdogan.

Hendra Pasuhuk/dpa
Editor: Robina