1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hasil Kunjungan Komisaris HAM Jerman ke Indonesia

26 Februari 2009

Meski banyak kemajuan, masih banyak yang harus dilakukan terutama di Aceh dan Papua. Demikian Komisaris Hak Azasi Manusia Jerman, Günter Nooke yang pekan ini kembali dari kunjunganya ke Indonesia dan Timor Leste.

https://p.dw.com/p/H24z
Komisaris Hak Azasi Manusia dan Bantuan Darurat Jerman, Günter Nooke.Foto: GMF

Meski sudah banyak kemajuan, masih banyak yang harus dilakukan terutama di Aceh dan Papua. Demikian penilaian Günter Nooke, Komisaris Hak Azasi Manusia Jerman, yang belum lama ini melakukan pemantauan di Indonesia. Disebutkannya, Indonesia cukup stabil dan melangkah ke arah penghormatan nilai-nilai hak azasi dan demokrasi. Meski begitu tambahnya, tidak semua baik-baik saja.

Nooke yang gagal mendapatkan ijin untuk mengunjungi Papua karena alasan-alasan keamanan, amat kritis menilai situasi di pulau paling timur Indonesia itu. “Perlakuan terhadap masyarakat Papua, misalnya, bahwa mereka bisa dijatuhi hukuman antara 10 sampai 15 tahun hanya untuk mengibarkan bendera, berbicara tentang kemerdekaan atau menyerukan kemerdekaan, itu sama sekali tidak bisa diterima”, begitu ungkap Günter Nooke, yang memuji solusi perdamaian di Aceh.

Disebutkannya, bentuk Otonomi Khusus yang digulirkan untuk Aceh merupakan model yang bisa dijadikan contoh bagi konflik-konflik lain. Namun menurut dia, yang amat penting adalah bagaimana menjaga perdamaian agar bisa langgeng, karena belum ada jaminan untuk hal ini. Di Aceh, Nooke mendengar banyak keluhan bahwa Jakarta belum memenuhi janjinya dengan baik. Masyarakat Aceh belum mengenyam penghasilan propinsi, bahkan ribuan mantan pejuang GAM menganggur.

Terkait kekerasan pemilu di Aceh, Günter Nooke mengatakan bahwa militer tampaknya bertanggung-jawab atas beberapa serangan terhadap mantan pemberontak GAM dan sejumlah pejabat. Bahkan juga dalam aksi pembunuhan. Günter Nooke menganggap Indonesia sebagai negara mitra yang penting. Meski begitu tuturnya, “Kami juga berharap, bahwa Indonesia memperhatikan hak azasi manusia dan tidak membiarkan militer dan polisi melakukan pelanggaran. Jerman mendukung Indonesia, termasuk dalam pendidikan kepolisian.”

Nooke menilai perlu adanya pemantau pemilu internasional di berbagai propinsi, agar pelaksanaan di Papua misalnya tak berbeda dengan di propinsi lain. Selain itu, Nooke menegaskan perlunya diskusi terbuka dan sorotan terhadap pelanggaran hak azasi manusia.

Ia mengatakan, “Tema masa lalu dan bagaimana mengatasi konfik perlu dibicarakan, terutama karena banyak sekali jendral yang tampil dalam pemilihan mendatang ini, termasuk menantu Suharto, seorang komandan yang bertanggung jawab atas penyiksaan tahanan di Timor Leste. Bila pelaku pelanggaran Hak Azasi Manusia maju dalam pemilihan presiden, maka harus ada diskusi, perdebatan mengenai hal ini di ruang publik.”

Komisaris Hak Azasi Manusia Jerman, Günter Nooke berada di Indonesia dan Timor Leste dari tanggal 9 hingga 20 Februari2009. Di Indonesia, ia berbicara dengan wakil-wakil dari pihak pemerintahan, anggota Mahkamah Konstitusi, Komisi HAM dan LSM untuk mengetahui kondisi hak azasi manusia di Indonesia.(ek)