1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

190809 Welttag humanitäre Hilfe

19 Agustus 2009

Menolong bisa membuat seseorang kehilangan nyawa. Tahun 2008, lebih dari 100 orang yang bertugas untuk PBB di kawasan krisis, tewas. 19 Agustus diperingati sebagai Hari Internasional untuk Bantuan Kemanusiaan.

https://p.dw.com/p/JE3w
Para pengungsi konflik Darfur dirikan tenda yang disediakan UNHCRFoto: picture-alliance/ dpa

Elaine Caux tak bisa melupakan dahsyatnya ledakan bom itu. Perempuan Perancis yang bekerja pada badan PBB Urusan Pengungsi itu berada di Pakistan tanggal 9 Juni ketika sebuah bom meluluhlantakkan Hotel Pearl Continental di Peshawar. Elaine beruntung tidak ditempatkan di hotel itu. Tapi nasib lain menimpa rekan kerjanya Aleksandar Vorkapic.

"Saya ambruk dan menangis karena peristiwa itu betul-betul di luar dugaan, dan saya syok mendengar rekan saya tewas. Lalu saya harus menyampaikan pada semua rekan kerja lainnya bahwa Alexander tewas, dan situasinya menjadi dramatis bagi saya. Rasanya aneh sekali, di satu pihak Anda sangat sedih dan trauma, tapi Anda harus bertahan, menguasai perasaan dan berupaya melanjutkan hidup“, kenang Caux.

Aleksandar Vorkapic adalah satu dari tiga petugas Badan Perserikatan Bangsa Bangsa Urusan Pengungsi, UNHCR, yang tewas dalam tugas tahun 2009 ini. Tahun 2008 lalu, secara keseluruhan 120 petugas PBB tewas saat melaksanakan tugasnya di daerah krisis. Jumlah ini meningkat dibanding 10 tahun silam, yaitu 36 orang. Semakin banyak pula petugas PBB yang diserang dan diculik.

Pendek kata, petugas organisasi bantuan menghadapi bahaya yang makin besar. Dan bahaya inilah yang ingin dijadikan titik pehatian pada Hari Internasional Untuk Bantuan Kemanusiaan, kata Veronique Taveau dari badan PBB Urusan Anak, UNICEF.

"Semua ancaman, serangan terhadap petugas bantuan adalah hal yang tak bisa diterima. Petugas PBB berada di lokasi untuk membantu orang yang paling membutuhkan bantuan, terutama anak-anak dan perempuan. Mereka hadir untuk meringankan kelaparan, melindungi anak-anak dan memperbaiki layanan medis“, tandas Taveau.

Saat ini, situasi paling berbahaya adalah di Sudan, terutama di kawasan krisis Darfur. Para petugas bantuan juga senantiasa menghadapi bahaya di Somalia, Afghanistan, Chad, Irak dan Pakistan. Di keenam negara itu, petugas PBB sering menjadi sasaran serangan, karena kelompok teror atau milisi menganggap mereka sebagai wakil dunia Barat.

Sejumlah organisasi PBB terpaksa mundur dari daerah krisis akibat ancaman bahaya yang terus membesar. Walau bahaya menyertai tugas di lapangan, PBB tidak kesulitan merekrut tenaga baru untuk petugas bantuan. Sekalipun tak bisa melupakan pengalaman buruknya di Pakistan, Elaine Caux juga tidak berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya di UNHCR.

Ia mengatakan, "Itu dilema besar bagi kami para petugas bantuan. Di satu pihak kami ingin menunaikan tugas, karena kalau kami tidak bekerja maka ada sekitar 1000 pengungsi yang mungkin tidak akan bertahan hidup, dan di pihak lain ada keinginan untuk melindungi nyawa sendiri, karena tidak ada yang lebih berharga daripada hidupmu sendiri."

Sepulangnya ke Jenewa, Elaine Caux butuh waktu dua minggu untuk merenungkan dan mengolah pengalaman traumatisnya di Pakistan. Dan meski negara itu termasuk yang paling berbahaya bagi petugas bantuan, Elaine kembali berpikir untuk terbang ke sana, melanjutkan tugasnya memberi bantuan. .

Pascal Lechler/ Renata Permadi

Editor. Hendra Pasuhuk