1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

May Day Diwarnai Intimidasi Terhadap Pekerja Media

1 Mei 2019

Mulai dari turun ke jalan hingga mendengar pidato capres no 02 dari atas panggung di Jakarta, ragam peringatan Hari Buruh Internasional Rabu (01/05). Namun di tengah May Day, awak media kembali jadi sasaran intimidasi.

https://p.dw.com/p/3HlXh
Indonesien Jakarta - Demonstrationen zum 1. Mai
Foto: Reuters/W. Kurniawan

Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, Mereka yang curang akhlaknya seperti lutung...

Demikian cuplikan pantun yang dibacakan Prabowo saat menyampaikan pidato kebangsaan di atas panggung pada peringatan Hari Buruh di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Rabu (01/05). Peringatan Hari Buruh Internasional dipakai capres nomor urut 02 itu sebagai momentum untuk kembali mempermasalahkan dugaan kecurangan selama Pemilu 2019.

Namun tak semata penyelenggara pemilu yang mendapat sorotan tajam, di hadapan sekitar 40 ribu buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Prabowo juga memperingatakan awak media yang hadir di lokasi.

"Itu banyak TV ya? Entah ditayangkan (atau) enggak ditayangkan, gue nggak tahu. Karena media, hati-hati, kami mencatat kelakuan-kelakuanmu satu-satu," ucap Prabowo.

Dalam peringatan May Day yang mengambil tajuk "Kesejahteraan Buruh dan Demorkasi yang Jujur dan Damai", Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menyinggung bahwa media turut andil atas kondisi demokrasi di Indonesia pasca pemilu 2019.

"Ada kalanya, ada saatnya, rakyat itu mengerti, rakyat itu sadar, dan rakyat itu mengatakan 'cukup, cukup sudah kebohongan, kecurangan'...Dan kalau kau tidak mengerti kata cukup ya, itu media-media juga, gue salut sama lo masih berani ke sini. Akan tercatat dalam sejarah, hai media-media, kau ikut merusak demokrasi di Indonesia," pungkasnya.

Wartawan jadi sasaran?

Kinerja wartawan saat meliput tak hanya disoroti di  Tennis Indoor Senayan, ketika demonstrasi peringatan May Day berlangsung di Bandung, Jawa Barat wartawan juga menjadi sasaran. Dua jurnalis foto, Prima Mulia dari Tempo dan jurnalis lepas Iqbal Kusumadireza diduga mendapatkan intimidasi dan kekerasan dari polisi saat meliput pergerakan buruh yang sempat kisruh di Gedung Sate, Bandung, Rabu (01/05). Saat mengambil gambar, Reza tiba-tiba dihalangi aparat yang diduga satuan Tim Prabu Polrestabes Bandung.

“Sebelum kamera diambil juga udah ditendang-tendang. Saya mempertahankan kamera saya. Sambil bilang saya jurnalis,” kata Reza seperti dikutip dari Tribunnews. 

Prima Mulia juga mengalami hal yang sama. Hanya saja, Prima tidak mendapat kekerasan fisik dari polisi. Prima mengaku disekap oleh tiga orang polisi. Dia diancam dan foto-fotonya dihapus. Namun, dugaan bahwa pelaku adalah aparat ditampik Ketua Tim III Prabu Polrestabes Bandung Ipda Suyanto.

"Jadi justru saya yang tadi meminta anggota mengembalikan kamera dia (wartawan)," kata Suyanto seperti dikutip dari Detik News.

Wartawan ikut May Day

Intimidasi dan kekerasaan yang masih dialami wartawan ini pula yang membuat pada May Day tahun ini sejumlah organisasi jurnalis yang tergabung di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar aski demonstrasi di sekitar Monumen Nasional.

Ketua AJI Indonesia Abdul Manan mengatakan, aksi ini bentuk protes kepada pemerintah karena banyak wartawan yang menjadi korban kekerasan.

Indonesien Jakarta - Demonstrationen zum 1. Mai
Aliansi Jurnalis Independen ikut menggelar aksi Hari Buruh Internasional dengan memakai topeng Foto: Reuters/W. Kurniawan

"Banyak pemukulan terhadap wartawan. 64 kasus kekerasan pada 2018, itu masih tergolong besar. Dan belum lagi kekerasan yang sifatnya non fisik, bullying di media sosial, terutama tahun kemarin," katanya.

Terkait kekerasan yang dialami wartawan saat peringatan Hari Buruh Internasional, Sandiaga Uno yang berada di Bandung, Jawa Barat, turut berkomentar. Menurutnya awak media adalah pilar demokrasi yang harus dilindungi.

"Kita harus pastikan tidak ada kekerasan terhadap wartawan. Kita sangat berharap semua pihak untuk memastikan proses mengawal dan meliput setiap kegiatan itu yang dilindungi sebaiknya," ucap cawapres nomor urut 02 itu sambil menambahkan, "Kalau ada kekerasan kepada wartawan apapun dalam aksi May harus dikutuk."

ts/hp (detik.com, kompas.com, tribunnes.com)