1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiArab Saudi

Harga Minyak Merosot, Saudi Pangkas Produksi Satu Juta Barel

5 Juni 2023

Arab Saudi mengumumkan pengurangan produksi minyak baru, Minggu (04/06). Pemangkasan ini bagian dari kesepakatan negara anggota OPEC+, yang menghadapi kelesuan harga minyak dan kelebihan pasokan.

https://p.dw.com/p/4SCR6
Instalasi minyak di Pelabuhan Teluk Jubail, timur laut Arab Saudi
Per Juli 2023, Arab Saudi akan mengurangi produksi minyak satu juta barel per hariFoto: Bilal Qablan/AFP/Getty Images

Pertemuan 13 negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak, OPEC, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan 10 mitranya, yang dipimpin oleh Rusia, mengalami beberapa negosiasi yang alot.

Tetapi pengurangan produksi minyak Arab Saudi sebesar satu juta barel per hari (bpd) yang akan diberlakukan mulai Juli mendatang kemungkinan bisa diperpanjang, kata Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada wartawan setelah pertemuan OPEC+ di Wina, Austria.

Sebagian besar analis berharap negara-negara yang tergabung dalam OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan mereka saat ini, tetapi 23 negara tersebut justru sedang mempertimbangkan pemangkasan produksi minyak yang lebih jauh.

Pada April lalu, OPEC+ menyetujui pemangkasan minyak secara sukarela sebesar 1,6 juta barel per hari yang berlaku pada Mei hingga akhir 2023. Keputusan itu merupakan sebuah langkah mengejutkan yang secara singkat mampu menopang harga, tetapi gagal menghasilkan pemulihan yang bertahan lama.

"Semua orang senang"

Produsen minyak bergulat dengan penurunan harga dan volatilitas pasar yang tinggi di tengah perang Rusia di Ukraina, yang telah menjungkirbalikkan ekonomi di seluruh dunia.

Harga minyak anjlok sekitar 10 persen sejak pengurangan minyak pada April lalu diumumkan, dengan minyak mentah Brent turun mendekati $70 per barel, level terendah sejak Desember 2021.

Pedagang cemas bahwa permintaan akan merosot, ditambah dengan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global di mana Amerika Serikat berjuang melawan inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi, sementara rebound Cina usai COVID-19 tersendat.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pengurangan produksi minyak saat ini diperpanjang hingga akhir 2024 setelah memeriksa masalah "untuk waktu yang lama".

Menurut tabel OPEC+ dari tingkat produksi yang diperlukan untuk tahun depan, Uni Emirat Arab akan dapat memompa lebih banyak dari saat ini, sementara beberapa negara termasuk Angola, Republik Kongo, dan Nigeria telah memotong kuotanya.

Kantor berita Bloomberg melaporkan negara-negara Afrika enggan menyerahkan sebagian kuota mereka meskipun gagal memenuhinya.

"Kami memiliki kesepakatan yang membuat semua orang senang," kata Menteri Hidrokarbon Republik Kongo Bruno Jean-Richard Itoua setelah pertemuan.

Analis mengatakan harga minyak diperkirakan akan naik dalam jangka pendek menyusul langkah baru Riyadh.

"Tanda tanya adalah sisi permintaan... Jika tekanan inflasi yang berlarut-larut mengarah ke revisi penurunan permintaan minyak global, pengurangan pasokan mungkin dinetralkan," kata Tamas Varga, analis PVM Energy.

Negara-negara OPEC+ menghasilkan sekitar 60 persen minyak dunia. Pertemuan berikutnya dijadwalkan pada 26 November mendatang.

ha/hp (AFP)