1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Go Public di Tengah Pandemi, Saham Airbnb Langsung Melejit

10 Desember 2020

13 tahun setelah pendirinya menyewakan kasur di ruang tamu mereka di San Fransisco, Airbnb kini resmi melantai di bursa saham AS. Harga awalnya dipatok $44 sampai $50, sekarang ditawarkan pada $68.

https://p.dw.com/p/3mVm4
Pendiri dan Direktur Utama Brian Chesky di San Fransisco.
Pendiri dan Direktur Utama Brian Chesky di San Fransisco.Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Risberg

Airbnb resmi masuk bursa saham AS hari Kamis (10/12), dengan nama saham menggunakan simbol "ABNB". Pada Rabu malam perusahaan berbagi rumah itu menetapkan  patokan harga saham 68 dolar, setelah permintaan awal terus meningkat. Tadinya Airbnb mematok harga sahamnya pada kisaran 44 sampai 50 dolar.

Secara keseluruhan, Airbnb ingin meraup dana USD 47 miliar, kata seorang narasumber yang dekat dengan transaksi itu namun menyatakan dia tidak berwenang untuk berbicara tentang itu. Melantainya Airbnb di bursa saham AS pada masa pandemi memang sering dianggap berisiko.

"Saya tidak berpikir banyak orang mengharapkan kami untuk go public tahun ini," tulis pendiri dan Direktur Utama Airbnb Brian Chesky ketika mengumumkan rencana go public. "Saya tahu beberapa orang mempertanyakan apakah kami akan berhasil atau tidak."

Salah satu pendiri Airbnb dan kini menjabat DIrektur Utama, Brian Chesky.
Salah satu pendiri Airbnb dan kini menjabat DIrektur Utama, Brian Chesky.Foto: Selcuk Acar/NurPhoto/picture alliance

Bersaing di tengah pandemi

Airbnb memang perlu dana saat ini. Neraca sembilan bulannya menunjukkan bahwa perusahaan yang berbasis di San Francisco itu cukup terpukul oleh pandemi virus corona. Pendapatan perusahaan turun 32% menjadi USD$ 2,5 miliar, karena banyak pelancong terpaksa membatalkan rencana mereka. Kerugian Airbnb naik berlipat ganda dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi hampir USD 700 juta.

Airbnb awalnya merencanakan IPO untuk musim semi tahun ini, namun membatalkannya ketika virus corona menyebabkan pandemi global. Beberapa bulan setelahnya, bisnis Airbnb ternyata bisa pulih lebih cepat dibandingkan perhotelan, karena banyak orang merasa lebih aman memesan rumah pribadi di luar pusat-pusat kota yang padat.

Airbnb memang bisa mengatasi krisis corona jauh lebih baik daripada industri hotel tradisional. "Airbnb telah menikmati peningkatan permintaan selama pandemi dari orang-orang yang ingin menjauh dari kota," kata konsultan strategi Peter Cohen, yang mengajar di Babson College di Massachusetts.

Gagasannya muncul 13 tahun lalu

Sementara penjualan apartemen di kota metropolitan dunia telah turun secara signifikan, pasar rumah peristirahatan di kawasan luar kota berkembang pesat. Di sinilah Airbnb memiliki keunggulan dibandingkan jaringan hotel tradisional. Ditambah lagi biaya operasionalnya relatif rendah. Untuk menjalankan bisnisnya sendiri, Airbnb hanya memiliki sedikit karyawan, sedangkan biaya rumah dan apartemen jadi tanggungan pemilik properti. Tidak seperti hotel, Airbnb tidak harus mengeluarkan biaya untuk perawatan akomodasi yang kosong.

Bisnisnya memang anjlok di tengah pandemi, tetapi lebih cepat pulih juga. Airbnb mengatakan jumlah pemesanan tempat menginap anjlok sampai 72% pada April lalu dibandingkan tahun sebelumnya, namun pada bulan September hanya turun 20% dibanding tahun lalu.

Tak lama setelah pindah ke San Francisco pada Oktober 2007, Brian Chesky dan teman sekamarnya Joe Gebbia mendapat ide untuk menyewakan tempat tidur di ruang tamu mereka dan menawarkan "bed and breakfast", tidur dan sarapan. Beberapa bulan kemudian, Nathan Blecharczyk bergabung sebagai Chief Technology Officer. Pada 11 Agustus 2008 mereka resmi meluncurkan situs internet yang diberi nama Airbedandbreakfast.com, yang kemudian dikenal sekarang dengan trademark Airbnb.

hp/gtp (ap, afp)