1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Giliran Jerman Kritik Politik Keuangan Inggris

12 Desember 2008

Di Brussel, kepala negara Eropa membahas antara lain, kesepakatan Lissabon, paket perlindungan iklim dan krisi keuangan global. Saling kritik terjadi karena perbedaan pendapat dalam menangani krisis keuangan global.

https://p.dw.com/p/GEZq
Menteri Keuangan Jerman Peer SteinbrückFoto: AP

Kamis pagi (11/12), nada tak suka masih terdengar dari Downing Street. Namun tak lama kemudian, Brown seakan melupakannya. Perdana Menteri Inggris itu hanya menyesalkan bahwa Berlin belum sejalan dengan Uni Eropa, Perancis dan Inggris dalam mengatasi krisis ekonomi global. Brown juga menunjuk pada hambatan yang muncul akibat perbedaan dalam koalisi partai yang memerintah di Jerman.

Lontaran kritik Steinbrück bukan hal aneh, bila mengingat Senin (08/12) lalu Kanselir Merkel tidak diundang ke pertemuan persiapan untuk KTT Uni Eropa ini, antara Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barosso, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris itu. Di pertemuan London, ketiga tokoh yang hadir menyepakati proposal 200 billion Euro ($262.5 billion) untuk menstimulasi ekonomi.

Dari segi diplomatik, tidak mengundang Merkel sama salahnya dengan mengritik kebijakan negara lain. Meskipun pendapat Steinbrück mengenai kebijakan baru Perdana Menteri Brown, sama dengan pendapat pihak oposisi Inggris. Pakar keuangan Inggris, Rober Peston, misalnya menilai amatan Steinbrück itu betul.

“Perlu jelas dikatakan, Inggris mengubah kebijakannya hanya dalam semalam. Dari negara yang anti defisit dan utang negara menjadi keharusan untuk mengeluarkan dana sebanyak mungkin. Bagi banyak orang hal ini amat mebingungkan.”

Perang kata antara Berlin dan Downing Street memanas saat Kanselir Jerman Merkel dan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown akan berangkat ke Brussel. Dalam sebuah wawancara dengan majalah Newsweek, Menteri Keuangan Jerman Peer Steinbrück mengritik kebijakan pemerintahan Brown untuk menurunkan pajak di Inggris, karena akan menyebabkan bengkaknya utang negara itu. Dengan pedas, Steinbrück mengomentari ditinggalkannya kebijakan anggaran ketat yang selama ini dijalankan Inggris.

Menurut Peston, di Inggris banyak tokoh ekonomi dan politisi yang mengerti sikap dan pandangan Steinbrück. Salah satunya adalah Howard Wheeldon, ahli ekonomi di perusahaan surat berharga BGC. Wheeldon menganggap penurunan pajak yang dicanangkan Brown tidak efektif. Menurut dia, pemerintah tidak bertugas mendorong pembeli untuk mengkonsumsi lebih banyak agar resesi bisa teratasi.

Menurut Wheeldon. “Kita membutuhkan orang-orang yang menabung, kita justru perlu mengubah kebiasaan masyarakat dari sifat konsumtif, menjadi masyarakat penabung.”

Hal ini juga merupakan perbedaan utama dalam politik keuangan Jerman dan Inggris. Dalam beberapa tahun terakhir, Jerman berhasil mengurangi utang negara dan tabungan masyarakat juga meningkat sampai 12% dari penghasilan. Sementara Inggris menghadapi tingkat utang yang sangat tinggi di berbagai sektor. Kini Brown telah memainkan kartu yang penting, dan menghapus ruang gerak dalam anggaran negaranya. Inggris tidak punya uang lagi, bantuan hanya bisa datang dari luar. (ek)