1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikUkraina

Gencar Serangan Rusia, NATO Kirim Serdadu ke Ukraina?

Roman Goncharenko
30 Mei 2024

Serangan gencar terhadap Ukraina kian sudutkan doktrin Barat untuk tidak menyerang wilayah Rusia atau mengirimkan serdadu ke Ukraina. Kini dipertimbangkan penempatan pelatih militer demi mempercepat perekrutan serdadu

https://p.dw.com/p/4gS60
Sasaran serangan Rusia di Kharkiv, Ukraina
Sasaran serangan Rusia di Kharkiv, UkrainaFoto: Ukrinform/photonew.ukrinform.com/dpa/picture alliance

Langit seakan runtuh, ketika Kanselir Jerman Olaf Scholz mengamini usulan Presiden Macron, yang dalam kunjungannya di Jerman pekan ini mendesak agar NATO mengizinkan Ukraina menggunakan persenjataan Barat untuk membidik sasaran militer di wilayah teritorial Rusia. Hukum Internasional bukan hambatan, jawab Scholz singkat.

Sang kanselir selama ini menolak pengiriman senjata bagi Ukraina yang bisa menjangkau wilayah Rusia. Namun sikapnya perlahan berubah, seiring kian lantangnya suara-suara dukungan di barisan sekutu.

Belum lama ini, Sekretaris Jendral NATO Jens Stoltenberg, ikut menyuarakan dukungan bagi gagasan Macron, sebagaimana pemerintah Inggris, Polandia dan negara-negara Baltik. Adapun AS mengambil posisi Jerman dengan alasan serupa, yakni menghindari eskalasi perang di wilayah yang lebih luas.

Membidik Rusia dengan senjata Barat

Hari-hari ini, Presiden Volodomyr Zelenskyy rajin berkeliling ibu kota Eropa untuk melobi negara UE agar diizinkan melanggar tabu tersebut. Ukraina saat ini berada dalam posisi lemah, antara lain karena terhambatnya kiriman senjata dari Amerika Serikat.

Rusia sebaliknya berhasil memperluas wilayah pendudukan dan sedang gencar menyerang kota Kharkiv yang dekat dengan perbatasan. Selama ini, militer Ukraina hanya bisa menembaki posisi Rusia di dalam negeri. Keterbatasan itu dimanfaatkan Moskow dengan menembakkan rudal jarak jauh dari wilayah sendiri, sehingga tidak bisa dijangkau Ukraina.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Jahara Matisek, letnan kolonel Angkatan Udara AS dan profesor di US Naval War College, meyakini bahwa Ukraina tidak akan mampu mempertahankan Kharkiv tanpa mampu menyerang posisi Rusia di dekat perbatasan. "Membiarkan Moskow memiliki tempat berlindung yang aman di wilayahnya sendiri adalah strategi militer yang buruk,” kata Matisek kepada DW.

Serdadu Eropa di Ukraina?

Salah satu skenario yang digaungkan oleh pakar kebijakan luar negeri Prancis, Nicolas Tenzer, adalah mengirimkan tenaga pelatih militer ke Ukraina. "Prancis mungkin bersedia melakukan hal ini dalam tempo secepat mungkin," kata dia, menunjuk kota Lviv atau Kyiv sebagai lokasi penugasan.

Jika Prancis mengirim pelatih militer ke Ukraina, Polandia dan negara-negara Baltik siap mengambil langkah serupa. Pada Februari lalu, Macron memicu polemik ketika menjadi kepala negara Barat pertama yang mendukung pengiriman serdadu NATO ke Ukraina. Tuntutan ini sebelumnya dianggap sebagai salah satu garis merah dalam perang agresi Rusia, baik bagi Moskow maupun Barat. 

Ukraine asks NATO for air defenses against Russian attack

Pada awal Mei, Macron menegaskan niatnya mengirimkan pasukan. Jika Rusia terus menggencarkan serangan dan Ukraina meminta bantuan, maka pengiriman pasukan harus dipertimbangkan, kata dia. Sejauh ini, Zelensky belum mengajukan permintaan tersebut.

Pelatihan atasi kelangkaan serdadu

"Seiring Kemajuan Rusia, NATO Pertimbangkan Kirim Pelatih Militer ke Ukraina,” judul berita utama New York Times pada pertengahan Mei lalu. Bantuan pelatihan oleh NATO memungkinkan pemerintah di Kyiv untuk memobilisasi serdadu baru dengan lebih cepat demi mengisi kekosongan ke garis depan, tulis NY Times.

Namun demikian, pengiriman serdadu NATO ke Ukraina memiliki syarat wajib, yakni tidak boleh ada operasi tempur langsung dengan Rusia.

Jahara Matisek berpendapat pengiriman pelatih mudah dilakukan. "Anda dapat dengan mudah mengirim beberapa ribu tentara ke Lviv sebagai bagian dari misi pelatihan,” kata pakar militer tersebut. Uni Eropa telah memiliki misi pelatihan serupa dan dapat memindahkan pelaksanaannya ke Ukraina, imbuhnya lagi.

Ukraine war: West mulls easing weapons restrictions for Kyiv

Menurut Matisek, negara-negara Barat dapat menempatkan pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina dan pedalaman hingga ke tepi sungai terbesar Ukraina, Dnipro. "Saya pikir mobilisasi ini akan mengirimkan sinyal yang sangat jelas kepada Presiden Vladimir Putin di Rusia bahwa Barat tidak akan lagi membiarkan pencaplokan lebih lanjut wilayah Ukraina,” kata dia.

"Jika Eropa melakukan hal tersebut, maka sebanyak 20 brigade Ukraina akan leluasa untuk dipindahkan lebih dekat ke garis depan.”

Larangan terbang terbatas

"Pengiriman pasukan NATO ke Ukraina, akan serta merta mengundang pertahanan udara yang lebih kokoh, demi melindungi aset militer dari serangan Rusia, kata Matisek.

Dalam sebuah laporan di surat kabar Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung awal Mei lalu, anggota parlemen Jerman besikap terbuka mengenai bantuan pertahanan udara bagi Ukraina, baik partai koalisi pemerintah atau oposisi. Usulannya adalah melindungi wilayah udara di barat Ukraina sejauh 70 kilometer dari perbatasan negara-negara NATO seperti Polandia.

Usulan ini secara efektif menciptakan zona larangan terbang terbatas di langit Ukraina. Kanselir Olaf Scholz menentang keterlibatan NATO dan mengkritik gagasan tersebut. Dia sebaliknya berjanji akan mengirimkan lebih banyak sistem pertahanan udara ke Ukraina, antara lain rudal Patriot dan sistem pertahanan udara IRIS-T.

Menurut sejumlah pakar, zona larangan terbang terbatas akan sangat sulit diterapkan di Ukraina. Sejauh ini, belum ada kepala negara NATO yang mendukung usulan tersebut. Terlebih, Rusia mengancam bahwa tentara Barat di Ukraina akan menjadi sasaran serangan Rusia, dan menggunakan alasan penempatan pasukan NATO untuk meningkatkan kewaspadaan nuklir.

rzn/as