1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

060511 9/11 Porträt Deutschland Fritz Urbach

Banyak orang melihat 11 September 2001 sebagai hari penentuan nasib. Serangan yang mengerikan di New York membawa dampak bagi orang-orang di seluruh dunia, juga di Eropa. Salah seorang di antaranya Kolonel Fritz Urbach.

https://p.dw.com/p/129vf
Foto: DW

Fritz Urbach, usia 52 tahun, menikah dan punya tiga orang anak. Ia menjadi anggota angkatan bersenjata Jerman atau Bundeswehr sejak tahun 1997. Saat serangan terror 11 September 2001, Urbach yang saat itu berpangkat letnan kolonel, bertugas di pangkalan militer di Koblenz. Seorang penjaga mengatakan kepadanya supaya menyalakan televisi dan melihat apa yang terjadi di New York. Ia kemudian melihat World Trade Center terbakar, asap tebal yang tak akan pernah dilupakannya:

“Saya awalnya tidak yakin, apakah yang saya lihat itu benar-benar terjadi. Kelihatannya begitu tidak realistis, begitu surealistis. Bagi saya ini begitu sulitnya untuk dimengerti. Lalu saya berpikir, apa konsekuensinya ini bagi kami, bagi dunia Barat.”

Serangan teroris pertama kalinya di sejarah pakta militer NATO itu memicu kewajiban koalisi. Beberapa bulan kemudian, setelah disetujui parlemen Jerman, Bundeswehr ikut serta dalam misi internasional di Afghanistan dengan tujuan ikut mengupayakan stabilisasi di negeri itu.

Misi di Afghanistan

“Saya saat itu bertugas di komando angkatan bersenjata langsung di bagian perencanaan yang mengatur misi pertama ini, kontingen pertama ke Kabul saat itu. Saya terlibat dalam pelatihan dan penyusunan kontingen pertama itu,” kenang Fritz Urbach.

Awal Desember 2011 Fritz Urbach juga ditugaskan mengikuti pelatihan NATO di Turki. Saat itu perhatian sudah diarahkan ke Afghanistan. Jejak asap pesawat pengebom B-52 yang terbang ke arah Afghanistan terlihat. Urbach menceritakan, saat itu ia menyadari, misi di Afghanistan tidak lagi abstrak melainkan sesuatu yang sangat nyata.

Perubahan tertentu kemudian terjadi pada keluarga perwira yang pada tahun-tahun berikutnya berulang kali ditugaskan ke Afghanistan. Yang pertama kali tahun 2003. “Anak-anak masih kecil, isteri saya sejak awal tahu bahwa suatu saat saya akan ditugaskan dalam misi luar negeri. Isteri saya berasal dari keluarga tentara. Jadi ia tahu risikonya. Ia selalu mengerti, bahkan mendukung agar saya dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab ini sepenuhnya.”

Flash-Galerie 10 Jahre nach 11. September Oberst Urbach Familie
Fritz Urbach bersama ketiga anaknyaFoto: privat

Situasi Keamanan

Kolonel Fritz Urbach ambil bagian dalam misi pembangunan kembali di Afghanistan. Diawali di Kabul, kemudian ia bergabung dengan tim pembangunan kembali di utara, lalu menjadi pemimpin Provincial Reconstruction Team di Feyzabad. Secara keseluruhan ia telah ditugaskan lebih dari dua belas kali di Hindukush.

“Itu merupakan sebuah proses. Tugas pertama Bundeswehr mulai tahun 2002. Awalnya kondisi keamanan relatif tenang dan stabil. Saya mengatakan relatif, karena lambat laun kami menyadari bahwa keadaan sebenarnya tidak begitu. Tetapi kami punya waktu untuk mengenal proses ini, bahwasanya ancaman itu memang dekat sekali dan keamanan memburuk.”

Pengalaman Buruk

Bagi pimpinan Bundeswehr juga kini semakin jelas bahwa tujuan semula, terutama membangun demokrasi yang stabil di Afghanistan, tidak realistis. Sisi buruk fundamentalis juga dikenal Fritz Urbach. Akhir September 2010, saat seorang pendeta radikal Amerika Serikat menyatakan akan membakar Al Quran, rakyat Afghanistan berang.

Demonstrasi besar digelar di depan pangkalan militer. Tentara Jerman dilempari dengan batu. Polisi Afghanistan yang datang untuk membantu menangani situasi, melepaskan tembakan peringatan. Kemudian dilakukan pembicaraan perdamaian dengan sejumlah pemimpin demonstran:

“Saya pikir, semua pemimpin itu adalah fundamentalis muda yang fanatik. Penampilan mereka, cara berargumentasi mengenai kasus apa pun menurut saya selalu sama. Mereka tampak seperti seseorang yang juga bisa melancarkan serangan dengan sebuah pesawat udara. Usia yang sama, argumentasi sama. Mereka menunjukkan sikap bersikukuh, dan tidak mau mendengar.”

10 Jahre nach 11. September Oberst Urbach Afghanistan
Fritz Urbach saat bertugas du FeyzabadFoto: Privat

Tetapi peristiwa itu bukan satu-satunya pengalaman yang tidak nyaman bagi Kolonel Urbach. Sama dengan tentara lainnya, ia juga berhadapan dengan soal hidup dan mati. Tiga orang bawahannya tewas selama ia menjadi komandan di Feyzabad.

Hingga kini, lebih 50 tentara Bundeswehr tewas dalam misi di Afghanistan. Kolonel Urbach tahu, tidak ada jaminan bahwa setelah penarikan pasukan internasional dari Afghanistan, negeri ini suatu saat tidak akan kembali menjadi pusat aktivitas teroris.

Urbach mengatakan, sebenarnya tujuan dari misi Afghanistan dari Bundeswehr adalah membantu proses demokrasi, HAM dan persamaan hak bagi perempuan. Namun itu sudah tidak lagi merupakan sasaran misi saat ini. Menurutnya, yang diutamakan sekarang adalah membantu Afghanistan agar dapat menangani pengamanan negerinya sendiri dan agar mendapat pemerintahan yang kuat. Bila itu berhasil maka, Afghanistan akan dapat secara bertahap berdiri sendiri.

Daniel Scheschkewitz/Christa Saloh-Foerster
Editor: Yuniman Farid