1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Forum Ekonomi Dunia Gagal Pecahkan Krisis Global

as2 Februari 2009

Dalam seluruh tema yang dibahas dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, yang mendominasi adalah ketidak berdayaan.

https://p.dw.com/p/Glh9
Forum Ekonomi Global di Davos Swiss dibarengi aksi protes mengecam pimpinan ekonomi dan politik dunia, yang tidak berhasil menemukan pemecahan konkrit dari krisis global saat ini.Foto: AP

Hasil forum ekonomi dunia di Davos menjadi tema komentar sejumlah harian internasional.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich dalam tajuknya berkomentar :

Krisis keuangan dan ekonomi global mendominasi forum di Davos. Tapi tidak ada jawaban tegas menanggapi pertanyaan, bagaimana dunia bisa keluar dari krisis.? Barang siapa mengharapkan petunjuk untuk bertindak secara konkrit dari para pimpinan ekonomi dan pimpinan politik, akan kecewa. Juga dalam tema politik aktual, seperti situasi di Timur Tengah, pengadaan bahan pangan untuk rakyat paling miskin atau masa depan perlindungan iklim berdasarkan Protokol Kyoto, semua orang tidak akan terlepas dari kesan mendalam, bahwa hal itu tetap ditentukan oleh orang-orang yang sama dengan argumen yang sama pula dari tahun-tahun sebelumnya.

Harian Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar :

Ekonomi dunia dalam kedaaan resesi. Menimbang situasi ini, pemerintah dan bank sentral sejumlah negara, bukan hanya berhasil tidak mengulangi lagi kesalahan dari masa lalu, namun juga mampu membuat kontras situasi darurat akut, seperti misalnya krisis perbankan dari bulan Oktober tahun lalu. Akan tetapi, tindakan politik ekonomi yang sudah diputuskan selama ini, tidak banyak menolong. Tantangan sebenarnya dalam politik ekonomi pada saat krisis adalah, menciptakan kembali iklim kepercayaan terhadap sistem, dengan merekayasa secara terarah penawaran dan permintaan.

Sementara harian Jerman Süddeutsche Zeitung yang terbit di München dalam tajuknya menulis :

Forum ekonomi global di Davos menunjukan, elite dunia tetap hanya menggaruk permukaan masalah. Padahal semua orang harus mengetahui, bahwa dalam krisis sekarang ini tidak hanya dapat dilakukan tindakan, sebagai pengendali di belakang layar dan selebihnya politik mengeluarkan blanko cek. Jika semudah itu masalahnya, boleh jadi dunia sudah menjadi lebih baik sejak lama. Masa depan dapat kita menangkan, jika kita menghentikan tindakan yang hanya sesaat, yang tidak memiliki konsep bahkan untuk dapat melewati minggu depan sekalipun. Namun hal itu tidak benar-benar dibahas di Davos. Sejauh ini, forum itu merupakan sebuah peluang yang terlepas.

Tema lainnya yang juga disoroti harian-harian internasional adalah pemilu regional di Irak. Jalannya pemilu di berbagai provinsi yang relatif lancar, menunjukan warga Irak mulai menikmati kebebasan.

Harian Inggris The Times yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar :

Pemilu ini, di satu sisi adalah pertarungan antara tokoh politik lama yang kembali dari pengasingan setelah jatuhnya Saddam Hussein, dan di sisi lainnya perebutan kekuasaan antara tokoh nasionalis yang lebih muda. Etnis-etnis di Irak yang ditindas oleh rezim Saddam Hussein, ingin memperoleh kembali kekuasaan tradisionalnya. Akan tetapi dalam pemilu baru-baru ini, demokrasilah yang menang. Setelah pertumpahan darah selama enam tahun, warga Irak mulai menyukai hak serta tanggung jawabnya bagi kebebasan.

Terakhir harian Spanyol El Periodico de Catalunya yang terbit di Barcelona berkomentar :

Perdamaian di Irak semakin mendekat. Pemilu regional merupakan simbol sukses bagi pemerintahan dari PM Nuri al Maliki. Akan tetapi, hal itu bukan berarti Irak sudah benar-benar kembali ke perdamaian. Untuk itu, terorisme harus diakhiri dan pertentangan antara kelompok etnis dihentikan. Sekarang semua mengikuti pepatah lama. Yakni, jika kamu tidak dapat mengalahkan lawan, kamu harus membelinya. Inilah yang dilakukan Washington terhadap militan Sunni, dan Al Maliki terhadap pimpinan Syiah serta pimpinan etnis.