1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Fitna" Diluncurkan Juga

28 Maret 2008

Masyarakat Belanda sedikit menarik nafas lega. "Fitna" ternyata tidak seprovokativ yang dibayangkan semula. Umat Islam juga sangat menahan diri dari reaksi berlebihan .

https://p.dw.com/p/DWh5
Geert WildersFoto: AP

Film itu berjudul Fitna, dibuat oleh politikus partai ultra kanan Belanda, Geert Wilders. Hari Kamis lalu, Fitna diluncurkan di situs partai yang dipimpin dan didirikan Wilders, yakni Partai Kebebasan Belanda. Karena tak ada stasiun televisi yang mau menyiarkannya. Selanjutnya berbagai situs lain turut memasangnya pula.

Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende melontarkan kecamannya:

"Film itu mendampingkan Islam dengan kekerasan. Kami menolak penafsiran seperti itu. Sebagian besar umat Islam justru menolak ekstrimisme. Dan bahkan seringkali justru kaum Muslim menjadi korban kekerasan."

Pemerintah Belanda pimpinan Jan Balkenende sudah mengecam film itu sejak masih dalam tingkat perencanaan. Pemerinrtah, parlemen, dan berbagai kalangan lain di Belanda, juga Eropa, berusaha membujuk, meminta bahkan menekan Geert Wilders untuk mengurungkan niatnya. Namun Geert Wilders jalan terus.

Sejak awal Geert Wilders memaklumkan, dengan film itu ia ingin menunjukan bahwa Islam dan Al Quran merupakan bahaya bagi kebebasan, karena sifatnya yang rasis serta identik dengan kekerasan dan pembunuhan. Ia bahkan pernah meminta agar pemerintah Belanda melarang Al Quran.


Geert Wilders sadar betul, bahwa tindakannya merupakan tantangan terhadap kaum ekstrimis yang berideologi kekerasan. dan bahwa nyawanya kini terancam. Katanya:

"Saya yakin telah membuat film yang bagus, dan tidak melanggar hukum apapun. Memang penuh penggambaran kekerasan, namun ada dasarnya. Sekarang, kalau sesuatu terjadi yang tidak diinginkan terjadi, penggunaan kekerasan, pelakunya harus mempertanggung jawabkan perbuatannya".

Geert Wilders memang manusia yang berpandangan sangat ekstrim. Karenanya ia dipecat dari Partai Liberal Belanda, yang juga beraliran kanan, sebelum mendirikan partainya sendiri, yang lebih kanan lagi. Wilders tak henti menunjukan kasus pembunuhan keji terhadap sutradara Belanda Theo van Gogh dan politikus kanan Pim Fortuyn oleh kaum ekstrimis Islam untuk mendukung tudingannya.

Hukum Belanda memang tidak memungkinkan dilarangnya film karya Geert Wilders. Namun sebagai ekstrimis, Wilders tidak memperoleh banyak pendukung. Walikota Amsterdam yang kharismatik, Job Cohen termasuk yang menolak mentah-mentah pandangan Wilders:

"Wilders melakukan penyamarataan. Ia menganggap perbuatan segelintir ekstrimis sebagai gambaran dari keseluruhan Islam. Saya menentang keras kesimpulan itu. Lihat saja buktinya pada kaum Muslim di Amsterdam."

Dalam film Fitna, Geert Wilder menggunakan gambar berbagai aksi teror seperti Peristiwa 11 September dan serangan bom Madrid diselang-seling dengan kutipan ayat Quran. Di akhir film, ia menggunakan karikatur karya seniman Denmark yang menghebohkan itu. Yakni manusia yang dikecam sebagai penggambaran nabi Muhamad, dengan surban berbentuk bom. Dalam film ini digambarkan bomnya meledak.

Secara umum tak ada ´yang baru di film itu. Bahkan seorang akademisi kelahiran Iran yang mengajar di Belanda, Afshin Allian dengan berseloroh mengatakan, bisa jadi Wilders memperoleh masukan dari para Mullah jempolan. Karena film itu menurutnya sepenuhnya tak melanggar aturan yang digariskan Shariah. Yakni tidak menggambarkan Muhammad dan Allah, serta tidak menunjukan gambaran yang tergolong penistaan.

Kedewasaan dan sikap menahan diri kaum Muslim juga diperlihatkan Fouad Sidali dari perhimpunan MUslim Belanda:

"Kami, setiap kaum Muslimin dan Muslimat Belanda menentang kekerasan dan agresi. Kami adalah warga negara Belanda. Kami mencintai negeri ini, dan setia pada konstitusi Belanda".