1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Enam Menteri Baru Dilantik, Pengamat: Fokus Persoalan Bangsa

23 Desember 2020

Presiden Jokowi resmi melantik enam menteri dan lima wakil menteri baru. Pengamat politik Idil Akbar mengatakan penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi menjadi tugas berat para menteri baru tersebut.

https://p.dw.com/p/3n816
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat mengumumkan reshuffle kabinet
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat mengumumkan reshuffle kabinet, Selasa (22/12)Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Preside

Rabu (23/12) pagi, bertempat di Istana Negara, Jakarta Pusat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik enam menteri dan lima wakil menteri baru. Mereka ialah Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.

Adapun lima wakil menteri yang dilantik adalah Wakil Menteri Pertahanan Herindra, Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Syarif Hiariej, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, dan Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansyuri.

Pembacaan sumpah jabatan menteri dan wakil menteri dipimpin langsung oleh Jokowi.

"Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darma bakti saya kepada bangsa dan negara," demikian petikan sumpah yang dibacakan Jokowi dan diikuti oleh pejabat yang dilantik.

Presiden Jokowi memimpin pembacaan sumpah dalam pelantikan menteri dan wakil menteri baru
Presiden Jokowi memimpin pembacaan sumpah saat pelantikan menteri dan wakil menteri baru di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12).Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden

Menanggapi reshuffle, pengamat politik dari Universitas Padjdjaran, Idil Akbar, berpendapat bahwa enam menteri baru yang dipilih Jokowi sudah cukup kompeten. Idil menilai bahwa mereka bisa memberikan perubahan di kementerian masing-masing.

Meski begitu, menurutnya keenam menteri baru tersebut masih akan menemui sejumlah tantangan. "Memang akan ada tantangan ke depan terutama pada dua hal. Pertama penanganan COVID-19 paling penting terutama bagi kementerian kesehatan dan yang kedua pemulihan ekonomi. Dua hal ini yang akan kita soroti ke depan," ujar Idil saat dihubungi DW Indonesia, Rabu (23/12) pagi.

Banyak pekerjaan rumah

Idil menyampaikan bahwa keenam menteri memiliki sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Maka dari itu, penting bagi mereka untuk bisa langsung beradaptasi dengan posisi yang ditempati saat ini dan langsung melakukan langkah-langkah strategis.

Idil Akbar
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Idil AkbarFoto: privat

"Saya pikir kondisinya mereka coba melanjutkan kembali pekerjaan rumah itu, tapi (mereka) juga punya program sendiri dan memberikan jawaban yang lebih baik terhadap pekerjaan rumah sebelumnya," imbuh Idil.

Belajar dari kejadian beberapa waktu lalu, Idil pun berharap agar menteri-menteri baru ini tidak tersandung kasus korupsi. "Ini jadi tantangan terutama menteri sosial Ibu Risma supaya tidak terjerat perilaku seperti itu,'' tambahnya.

Seperti yang diketahui, Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menggantikan posisi menteri sebelumnya yakni Juliari Batubara dan Edhy Prabowo yang ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena terjerat kasus dugaan korupsi.

Kepemimpinan dan manajerial

Dari enam nama yang dipilih Jokowi, ada satu nama yang mencuri perhatian publik. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN dan tidak memiliki latar belakang dokter.

Budi Gunadi yang menggantikan posisi menteri sebelumnya Terawan Agus Putranto merupakan seorang profesional yang memiliki latar belakang bisnis dan perbankan. Ia merupakan lulusan Teknik Fisika Nuklir Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kepada DW Indonesia, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) berpendapat dipilihnya mantan  Direktur Utama PT. Bank Mandiri Tbk. ini sebagai langkah "extraordinary" Jokowi dalam menangani masalah pandemi COVID-19 di Indonesia.

"Dugaan saya, hal ini berkaitan dengan skema penanganan masalah pandemi COVID-19 yang memerlukan langkah cepat dan tepat," papar Karyono.

Senada dengan Karyono, Idil menilai Budi Gunadi memiliki kemampuan memimpin dan manajerial yang baik. Terlebih Budi Gunadi nantinya akan didampingi Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono yang merupakan seorang dokter.

"Sejauh dia memiliki kemampuan soal kepemimpinan dan manajemen saya pikir itu tidak jadi masalah. Karena di bawah-bawahnya juga dokter-dokter. Dirjennya juga dokter-dokter, wakil menteri juga dokter," jelas Idil.

Sementara itu pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono melalui Twitternya mengatakan baik Budi Gunadi maupun Dante akan menghadapi tantangan besar dalam menangani pandemi seiring terus meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia.

Selesaikan permasalahan bangsa

Dipilihnya nama Tri Rismaharini dan Sandiaga Uno oleh Jokowi dinilai sejumlah pihak bisa menjadi panggung politik bagi mereka menuju Pilpres 2024. Apalagi dua nama ini kerap muncul dalam berbagai survei. Sebelumnya, Sandi bersama Prabowo merupakan rival Jokowi dan Ma'ruf Amin dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2019.

"Pak Jokowi itu sutradara juga. Dia atur siapa yang bagaimana 2024 nanti yang maju adalah sosok yang berhasil dan berprestasi di bidangnya masing-masing," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer, Qodari dikuti dari Tribunnews.com, Selasa (22/12).

Namun, meski kedua nama tersebut sering masuk dalam survei, pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Idil Akbar, berpendapat bahwa fokus utama yang harus dilakukan para menteri baru ini adalah menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi Indonesia.

"Ibu Risma lalu kemudain Sandiaga Uno sebetulnya memang masuk (survei) tapi tidak tinggi-tinggi amat. Sejauh yang saya tangkap ini masih jauh...karena apa yang perlu dilakukan saat ini adalah menyelesaikan permasalahan yang ada," ujar Idil.

"Ini akan dinamika, tapi sejauh itu saya menangkapnya mereka ditempatkan untuk menyelesaikan masalah soal bangsa," pungkas Idil.

rap/pkp (dari berbagai sumber)