1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Embargo senjata terhadap China/ Kasus penembakan di sekolah di AS

23 Maret 2005

Embargo penjualan senjata kepada China dan penembakan di sebuah sekolah di AS disoroti harian-harian internasional.

https://p.dw.com/p/CPOr
Kongres Nasional China merestui UU anti-pemisahan
Kongres Nasional China merestui UU anti-pemisahanFoto: AP

Di Uni Eropa semakin kuat kecenderungan untuk menunda rencana pencabutan embargo penjualan senjata kepada China, yang rencananya akan dilakukan sebelum Juni mendatang. Pertimbangan UE untuk menunda pencabutan embargo kepada China , antara lain karena situasi di Asia Timur memanas, setelah China mengeluarkan UU antipemisahan terhadap Taiwan. AS sebagai negara pelindung Taiwan , terlibat langsung dalam perkembangan ini. UE mengkhawatirkan, pencabutan embargo akan merusak hubungan transatlantik yang sedang dipulihkan baik oleh AS maupun UE.

Perdebatan mengenai pencabutan embargo senjata ditanggapi kritis oleh harian konservatif Inggris The Daily Telegraph:

UE dalam sikapnya terhadap China tidak punya prinsip dan tidak diplomatis dalam soal embargo . Gagasan bagi pencabutan embargo berasal dari Jacques Chirac yang menganggapnya tak beralasan dan tidak logis. Jerman, eksportir terbesar ke China, mendukung pencabutan embargo. Padahal , terjaminnya stabilitas di kawasan itu , persyaratan utama bagi kemungkinan pencabutan embargo . Namun pada tanggal 14 Maret lalu , Kongres Nasional China menyetujui UU yang mengizinkan aksi militer terhadap Taiwan, bila kepulauan itu menyatakan kemerdekaannya. Jadi sikap UE terhadap China diwarnai tidak-kesetiaan pada prinsip.

Sementara harian Italia La Repubblica mencela sikap Eropa sebagai sikap yang munafik:

Bila Eropa tetap memberlakukan embargo penjualan persenjataan terhadap China, media massa di negara itu akan mengabaikan berita tsb, untuk tidak membingungkan rakyat di negaranya. Namun sikap munafik dalam soal embargo senjata bukanlah monopoli China. Semua negara Eropa, termasuk Inggris, di masa lampau melanggar embargo tsb dan penjualan senjata kepada China berjalan terus. Pemasok kedua terbesar teknologi militer kepada China, setelah Rusia, justru salah satu sekutu terdekat AS, yakni Israel.

Kita beralih tema: Peristiwa penembakan di sebuah sekolah menengah umum di Red Lake, sebuah kota kecil di negara bagian Minnesota di AS. Penembaknya, seorang remaja. Sebelum melakukan penembakan di sekolahnya yang menewaskan 9 orang dan melukai 14 orang lainnya , remaja itu menembak mati kakek dan pacar kakeknya. Akhirnya, remaja itu melakukan bunuh diri.

Harian Jerman Stuttgarter Zeitung berkomentar:

Sudah lewat zaman, di mana setelah peristiwa penembakan membabi-buta di sebuah sekolah di AS, semua orang menuding orang Amerika, seakan-akan kejahatan seperti itu, tidak mungkin terjadi di tempat lain. Tampaknya orang tidak waras terdapat di mana-mana, namun juga kegagalan mekanisme perlindungan terhadap keluarga dan masyarakat, dapat terjadi dimana pun di dunia.

Dan tanggapan harian Spanyol El Pais mengenai peristiwa mengerikan di sekolah-sekolah Amerika:

Pelaku penembakan berdarah di Minnesota , dan juga penembakan massal pada tahun 1999 di Columbine, Colorado, akan mendapat simpati dari kaum neo-Nazi. Namun diragukan, apakah perbuatan gila para remaja itu diilhami oleh ideologi. Yang lebih tampak adalah meningkatnya aksi kekerasan di sekolah-sekolah di Amerika. Pada paruhan kedua tahun 90-an, 200 murid tewas akibat aksi kekerasan. Tahun ini , selama ini telah tercatat 20 korban. Yang mencolok, juga peran penting dari internet bagi para remaja yang punya kecenderungan untuk melakukan aksi kejahatan.