1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eks Presiden Taiwan Divonis Penjara Seumur Hidup

11 September 2009

Mantan presiden Chen Shui-bian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh sebuah pengadilan Taiwan hari Jumat (12/9), karena korupsi. Pejuang kemerdekaan Taiwan dari Cina itu mengecamnya sebagai balas dendam politik.

https://p.dw.com/p/JdDQ
Mantan Presiden Chen Shui-bian mengangkat tangannya yng diborgol November lalu, saat digiring dari kejaksaan Taipeh, 11 Nov, 2008.Foto: AP

Tuntutan kejaksaan Taiwan cukup panjang. Mantan Presiden Chen Shui-bian dituduh menggelapkan 2 juta Euro, menerima uang suap senilai 9,5 juta Euro, melakukan pencucian uang, pemalsuan dokumen, pemerasan dan menggunakan pengaruh politiknya secara ilegal. Pengadilan di Taipeh lalu menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada mantan Presiden, yang selama delapan tahun masa jabatannya memperjuangkan kemerdekaan Taiwan dari Cina. Hakim utama mengatakan, Chen Shui-bian yang pernah menjadi pengacara, anggota legislatif dan memiliki reputasi baik, sebagai presiden bersama keluarganya telah memperkaya diri.

Masalah Chen mengemuka di tahun 2006, ketika menantunya Chao Chien Ming ditangkap atas dugaan kolusi di pasar bursa. Dalam investigasi selanjutnya terhadap sepak terjang keluarga besar Chen Shui Bian, juga putra, menantu perempuan serta istrinya dinyatakan terlibat sejumlah tindak korupsi.

Sepanjang pengadilan, ratusan warga Taiwan pro-kemerdekaan berdemonstrasi di depan gedung. Sementara di dalam, Chen Shui-bian yang berusia 58 tahun, mengecam pengadilan itu sebagai balas dendam politik. Pasalnya, politik Presiden Taiwan saat ini, Ma Ying-jiu bertolak belakang dengan dirinya. Sejak menjabat awal 2008, Presiden Ma Ying-jiu mempromosi hubungan baik dengan Cina. Karenanya, ketika dijebloskan ke penjara November 2008, Chen Shui-bian menyuarakan rasa tidak puasnya, “Ma Jing Yiu menangkap saya sebagai tumbal untuk memenuhi tuntutan Cina”.

Chinas Top-Gesandter von Demonstranten in Taiwan im Hotel belagert
Protes pro-kemerdekaan Taiwan kerap masih digelar.Foto: AP

Bagi Cina yang teguh berpegang pada “politik satu Cina”, upaya memerdekakan Taiwan bagaikan duri yang menusuk. Karenanya, Cina menyambut hangat Presiden Ma Ying-jiu dari partai Kuo Min Tang yang pro Cina. Sedangkan bagi Taiwan kini, kedekatan dengan Cina menjamin sejumlah kemudahan ekonomi.

Di Taiwan, sejumlah pengamat menyayangkan, bahwa pengadilan terhadap Chen Shui-bian akhirnya menjadi dagelan politik. Penahanan Chen Shui-bian yang mencapai 285 hari sebelum diadili merupakan yang pertama kalinya di Taiwan, bagi kejahatan yang bebas kekerasan. Sejumlah peristiwa lain juga menunjukan keberpihakan jaksa dan pengadilan, serta kecenderungan status quo politik Taiwan saat ini untuk mencemooh Chen Shui-bian sebagai lawan politik yang kalah.

Menurut para pengamat, hal-hal itulah yang menimbulkan keraguan masyarakat akan keadilan proses ini. Apalagi Taiwan memiliki track-record yang baik dalam mengatasi korupsi. Menurut seorang pengamat internasional, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir Taiwan telah berhasil menyapu sebagian besar korupsi dengan mengadopsi standar internasional.

Selain Chen Shui-Bian juga istrinya, Wu Shu-Chen dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, disamping denda senilai lebih dari 5 juta Euro. Wu Shu-Chen yang berkursi roda dinyatakan bersalah atas tujuh butir tuduhan kepadanya. Sedangkan putra serta menantu Chen dijatuhi hukuman antara 20 hingga 30 bulan penjara untuk pelanggaran yang terkait.

EK/HP/dpa/rtr/ap/afp