1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikInggris

Mantan PM David Cameron Jadi Menteri Luar Negeri Inggris

14 November 2023

Mantan PM David Cameron hari Senin (13/11) secara sensasional kembali ke pemerintahan Inggris sebagai menteri luar negeri. PM Rishi Sunak rombak kabinet menghadapi pemilihan umum yang diharapkan digelar tahun depan.

https://p.dw.com/p/4Ym2I
Menlu baru Inggris, David Cameron
Menlu baru Inggris, David CameronFoto: Suzanne Plunkett/REUTERS

Kembalinya David Cameron ke panggung politik terjadi ketika PM Rishi Sunak memecat tokoh sayap kanan Suella Braverman sebagai menteri dalam negeri. Sebagai penggantinya ditunjuk James Cleverly, yang sebelumnya menjabat menteri luar negeri.

Pengamat politik melihat penunjukan David Cameron dan pemecatan Suella Braverman sebagai upaya Sunak untuk memposisikan dirinya dalam pertarungan pemilu berikutnya tahun depan. Dalam jajak pendapat, popularitas kubu konservatif memang terus anjlok dan tertinggal dari kubu Partai Buruh. Suella Braverman diberhentikan setelah para kritikus menuduhnya meningkatkan ketegangan selama berminggu-minggu karena sikap kerasnya terhadap demonstrasi pro-Palestina.

David Cameron mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2016 setelah kekalahan dalam referendum Brexit. Pada tahun yang sama, dia meletakkan mandatnya sebagai anggota parlemen. Secara umum, rekam jejak kebijakan luar negerinya sebagai perdana menteri dianggap sangat baik.

David Cameron mengatakan dia "dengan senang hati menerima” peran barunya ketika Inggris sedang menghadapi serangkaian tantangan internasional yang berat. "Meskipun saya telah keluar dari politik garis depan selama tujuh tahun terakhir, saya berharap pengalaman saya – sebagai pemimpin Konservatif selama 11 tahun dan perdana menteri selama enam tahun – akan membantu saya dalam membantu perdana menteri untuk menghadapi tantangan-tantangan penting ini,” kata Cameron menunjuk pada perang Rusia di Ukraina dan konflik Israel-Hamas saat ini.

David Cameron appointed UK foreign secretary

Terjerumus skandal dan berselisih pendapat dengan Sunak

David Cameron berperan penting dalam memimpin intervensi negara-negara barat di Libya pada tahun 2011, yang membantu menggulingkan diktator Muammar Khadafi. Namun setelah itu Libya jatuh ke dalam keruntuhan politik dan ekonomi.

Pada tahun 2013, da menjadi perdana menteri pertama dalam lebih dari 150 tahun yang kalah di parlemen ketika mengusulkan serangan ke Suriah, setelah ada berita pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia terhadap gerakan anti-pemerintah.

Keluar dari panggung politik, David Cameron terperosok dalam skandal pada tahun 2021, setelah melobi pemerintah Inggris untuk kelompok keuangan Greensill Capital, yang kemudian bangkrut. Dia dan Sunak juga pernah berselisih di depan umum terkait hubungan Inggris dengan Cina. Tahun lalu, Rishi Sunak menyatakan bahwa "era keemasan” hubungan hangat Inggris- Cina selama masa jabatan Cameron tahun 2010-2016 adalah sesuatu yang "naif”.

David Cameron sekarang mengatakan, dia menerima tanggung jawab kolektif untuk berada di pemerintahan. "Tentu saja secara individu saya bisa tidak setuju dengan beberapa keputusan, namun politik adalah sebuah kerja tim,” katanya, dan memuji Rishi Sunak sebagai "perdana menteri yang baik.”

Langsung berbicara dengan menlu AS Blinken

Kembalinya David Cameron bahkan mengejutkan para komentator politik, yang menyatakan bahwa hal itu bertentangan dengan usulan Rishi Sunak baru-baru ini pada konferensi kubu konservatif, ketika dia menyatakan konservatif harus mengakhiri "status quo 30 tahun” dalam politik Inggris.

David Cameron hari Senin malam (13/11) langsung berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang mengucapkan selamat kepadanya. Percakapan telefon itu juga membahas hubungan AS-Inggris, perang Israel-Hamas, perang Ukraina, dan hubungan dengan Cina, kata juru bicara departemen luar negeri Matthew Miller dalam sebuah pernyataan.

Tim Bale, profesor politik di Queen Mary University of London mengatakan, Rishi Sunak mungkin berharap untuk menarik pemilih moderat yang semakin tidak puas, namun ia "skeptis” hal itu akan membawa banyak perbedaan.

Jajak pendapat pada bulan September menunjukkan 45 persen pemilih Inggris merasa tidak senang terhadap David Cameron, sementara hanya sekitar seperempatnya yang berpandangan baik. "Saya pikir mereka sudah kehabisan ide, dan mereka sudah kehabisan orang-orang yang kredibel untuk menduduki posisi senior di kabinet," kata warga Inggris Nick Waymark, 59 tahun, kepada kantor berita AFP.

hp/as (rtr, ap, afp)