1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAfrika

E-commerce dan Pasar Digital Meningkat Pesat di Afrika

Okeri Ngutjinazo
19 Juni 2024

Belanja online sedang berkembang pesat di Afrika, dengan pasar digital yang diperkirakan akan tumbuh hingga $75 miliar pada tahun 2025. Bagaimana potensi e-commerce di Afrika bisa terbuka?

https://p.dw.com/p/4hEAD
Logo Amazon
Salah satu pemain besar e-commerce, AmazonFoto: Zacharie Scheurer/dpa-tmn/picture alliance

Warga Afrika mulai menikmati kemudahan belanja online. Namun, tren ini masih dalam tahap awal di Afrika, dibandingkan dengan pasar yang lebih maju seperti Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Proyeksi McKinsey Global Institute menunjukkan bahwa pada tahun 2025, e-commerce akan menyumbang 10% dari seluruh penjualan ritel di negara-negara dengan perekonomian terbesar di Afrika seperti Nigeria, Afrika Selatan, dan Mesir.

Menurut para ahli, meski sektor e-commerce memiliki potensi yang signifikan di Afrika, sektor ini menghadapi tantangan terkait faktor budaya dan logistik. Pertimbangan ini sangat penting ketika menyesuaikan produk dan layanan agar selaras dengan preferensi lokal.

Nigeria Lagos | Mitarbeiter im Lager von Jumia
Belanja online di Afrika masih relatif dalam tahap awal dibandingkan dengan di benua lainFoto: Guox Jun/Xinhua/IMAGO

Siapa saja pemain e-commerce utama di Afrika?

Pasar online terbesar di Afrika adalah Jumia, sebuah perusahaan e-commerce yang menarik 23 juta pengunjung setiap bulan. Diikuti oleh platform belanja online Takealot.com, yang memiliki 10 juta pengunjung per bulan, 96% di antaranya berasal dari Afrika Selatan, negara asalnya. 

Souq.com, sebuah perusahaan dari Timur Tengah yang diakuisisi oleh Amazon pada tahun 2017, memiliki sekitar 10 juta kunjungan bulanan, sebagian besar berasal dari Mesir. Sementara itu, retailer "fashion" dan gaya hidup, Shein, menjadi aplikasi belanja paling populer di Afrika Selatan.

CEO regional Jumia di Afrika Timur, Vinod Goel, mengatakan kepada DW bahwa pasar online di Afrika masih dalam tahap awal perkembangan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

"Kita juga bisa melihat apa yang terjadi di pasar, di mana e-commerce sudah sangat matang, misalnya di Cina,” kata Goel. 

"Asia Tenggara, India, Eropa dan Amerika Serikat -- di pasar-pasar ini, e-commerce telah mengambil persentase yang lebih tinggi, dan kita dapat melihat bahwa hal ini juga akan terjadi di Afrika,” katanya.

Goel pun menambahkan bahwa industri ini sedang memasuki masa pertumbuhan, yaitu sebuah "fase manis yang menarik ketika hambatan-hambatan tersebut mulai hilang."

Jumia, yang terdaftar di Bursa Efek New York, menarik penjualan dari Nigeria, Mesir, Maroko, Kenya, dan Afrika Selatan, di antara berbagai negara lainnya.

Online Shopping Gaya Baru

Menarik pembeli baru di media sosial

Penetrasi internet telah berkembang di Afrika, dengan sekitar 570 juta pengguna internet pada tahun 2022 — jumlah yang meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2015, menurut statista.

Nigeria, negara terpadat di Afrika, memiliki jumlah pengguna terbesar yang turut mendorong peningkatan belanja online. 

Olisa Chukwumah, koresponden DW di Nigeria mengatakan bahwa media sosial telah menjadi alat yang terdesentralisasi untuk menemukan dan menjangkau pelanggan secara langsung melalui platform seperti Instagram.

"Anda bisa menjangkau mereka melalui gambar, Anda bisa menjangkau mereka dengan kualitas yang Anda tawarkan, Anda bisa menjangkau mereka dengan harga sehingga mereka bisa menghubungi Anda secara langsung,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa penetrasi internet telah menjadi pendorong utama khususnya untuk Nigeria dalam hal industri belanja online ini.

Tantangan terhadap pertumbuhan belanja online

Namun, agar e-commerce bisa berkembang di benua ini, ada beberapa hambatan yang perlu diatasi.

Beberapa warga Nigeria yang diwawancarai DW mengatakan bahwa kredibilitas dan layanan pengiriman yang efisien sangat penting untuk kepuasan pelanggan.

"Kadang-kadang mereka mengiklankan satu hal, Anda memesan, tapi ketika Anda mendapatkan apa yang Anda pesan, itu bukan seperti yang Anda harapkan,” kata seorang warga Nigeria.

Layanan pelanggan adalah masalah yang meluas di Nigeria.

"Jadi kami memiliki vendor yang selama mereka mendapatkan uangnya dan Anda sudah membayarnya, mengelola emosi pelanggan masih menjadi tantangan. Terkadang mereka tidak mengangkat telepon Anda,” kata seorang warga Nigeria kepada DW.

Koresponden DW, Chukwumah, setuju dengan tantangan tersebut dan menambahkan bahwa penipuan masih menjadi masalah saat membeli secara online.

"Nigeria adalah salah satu negara di mana mereka akan membanjiri timeline Anda, mereka akan membanjiri komentar Anda dengan tuduhan, mereka akan melapor ke pihak berwenang. Jadi mereka akan menangkap Anda,” katanya.

Amazon menginjakkan kaki di Afrika Selatan

Pada bulan Mei, Amazon mulai beroperasi di Afrika Selatan. Raksasa e-commerce ini memasuki pasar yang sebagian besar didominasi oleh perusahaan e-commerce lokal, seperti Takealot, dan banyak peritel online yang masih dalam tahap awal dan berharap untuk berkembang.

Peritel online Paula Maseko mengatakan bahwa kedatangan Amazon di Afrika Selatan dapat merugikan usaha kecil seperti miliknya karena Amazon "memiliki lebih banyak sumber daya dibandingkan kami, dan kemungkinan besar mereka akan memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan kami.”

Maseko optimis dan mengatakan bahwa bisnisnya, seperti bisnis lainnya, harus berubah dan beradaptasi agar dapat bertahan.

mel/hp