Dunia Gagal Sepakati Pembatasan Sampah Plastik
2 Desember 2024Perundingan perjanjian internasional untuk membatasi sampah plastik berakhir tanpa kesepakatan. Para delegasi yang mewakili lebih dari 170 negara, telah bertemu di Busan sejak Senin (25/11) untuk sesi kelima Komite Negosiasi Antarpemerintah Ke-5 (INC-5). Pertemuan kali ini awalnya diharapkan menghasilkan perjanjian hukum yang mengikatuntuk mengakhiri polusi plastik. Namun hingga hari terakhir perundingan, tujuan tersebut tidak tercapai.
Sudah dua tahun lamanya perundingan ini berlangsung untuk mencapai perjanjian "ambisi tinggi” antara negara-negara yang "berpikiran sama”.
Para pengamat mengatakan perjanjian tersebut sebenarnya bisa menjadi salah satu perjanjian perlindungan lingkungan hidup paling signifikan yang pernah ditandatangani, dan sejalan dengan pengurangan emisi karbon yang dicantumkan dalam Perjanjian Iklim Paris tahun 2015.
Saat sesi pleno terakhir dimulai hari Minggu (01/12), dua opsi diajukan. Yang pertama, diusulkan oleh Panama dan didukung oleh sekitar 100 negara. Isinya: Berupaya menciptakan jalan untuk menetapkan pemotongan produksi plastik global. Proposal kedua tidak mencakup pembatasan produksi.
Pembatasan produksi plastik, pengelolaan produk plastik dan bahan kimia yang menjadi perhatian, dan bantuan pembiayaan bagi negara-negara berkembang untuk melaksanakan perjanjian tersebut merupakan poin-poin penting selama negosiasi.
Kritik: Menambah pembicaraan tidak akan memperbaiki 'masalah serius' polusi plastik
Luis Vayas Valdivieso, yang memimpin pertemuan tersebut, meminta lebih banyak waktu yang disediakan untuk menegosiasikan kesepakatan.
Valdivieso mengatakan meskipun kemajuan telah dibuat: "Kita juga harus mengakui bahwa beberapa masalah kritis masih menghalangi kita mencapai kesepakatan yang komprehensif. Masalah-masalah yang belum terselesaikan ini tetap menantang dan waktu tambahan akan dibutuhkan untuk mengatasinya secara efektif."
Pemimpin kebijakan plastik global WWF Eirik Lindebjerg geram menghadapi kegagalan tersebut, "KIta tahu apa yang perlu kita lakukan untuk mengakhiri polusi plastik... menambah lebih banyak pertemuan bukanlah solusinya!"
Rusia dan Arab Saudi halangi kemajuan saat produksi melonjak
Sebuah rancangan resolusi dari Busan menggambarkan polusi plastik sebagai "masalah lingkungan dan kesehatan manusia yang serius."
Sudah banyak riset yang menghubungkan antara produksi dan limbah plastik dengan masalah kesehatan, termasuk "infertilitas, obesitas, dan penyakit tidak menular termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, dan banyak kanker," demikian menurut Koalisi Ilmuwan untuk Perjanjian Plastik yang Efektif.
Menurut penyedia data Eunomia: Cina India, Arab Saudi, Korea Selatan, dan Amerika Serikat adalah lima produsen produk polimer teratas di dunia.
AS dan Cina secara mencolok absen dari konferensi pers hari Minggu (01/12) di pertemuan puncak negara-negara yang menyerukan perjanjian yang kuat.
Negara-negara yang mendukung pembatasan produksi plastik mengatakan negara-negara penghasil minyak telah menggunakan taktik menunda untuk mencegah kemajuan perjanjian. Tanpa menyebut nama, tersirat selama pembicaraan bahwa Arab Saudi dan Rusia adalah pihak yang dicurigai melakukan penundaan.
Produksi plastik akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050. Para ilmuwan terus menemukan semakin banyak mikroplastik dalam tubuh dan lingkungan kita, termasuk dalam persediaan makanan dan air serta udara yang kita hirup.
"Jika Anda tidak berkontribusi secara konstruktif, dan jika Anda tidak mencoba bergabung dengan kami dalam membuat perjanjian yang ambisius... maka silakan keluar," kata Menteri Iklim Fiji Sivendra Michael, saat terjadi kebuntuan.
ap/hp (AFP, Reuters)