1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikJerman

Duka, Tradisi, dan Kekerasan di Kota Industri Solingen

26 Agustus 2024

Setelah perburuan selama satu hari, tersangka pelaku penyerangan dengan pisau di Solingen, Jerman, menyerahkan diri. Kata pelaku, ia terafiliasi milisi teroris ISIS. Kota ini sering disorot karena kejahatan rasial.

https://p.dw.com/p/4juTO
Logo Zwilling, produsen pisau koki dan alat bantu terkemuka di dunia yang berbasis di Solingen
Logo Zwilling, produsen pisau koki dan alat bantu terkemuka di dunia yang berbasis di SolingenFoto: Deutzmann/Eibner/picture alliance

Serangan membabi buta dengan menggunakan senjata pisau tajam di Solingen di negara bagian Nordrhein-Westfalen, Jerman, pada Jumat (23/08) malam waktu setempat menewaskan tiga orang. Tersangka pelaku kini ditahan polisi.

Menteri Dalam Negeri Nordrhein-Westfalen (NRW) Herbert Reul mengatakan polisi telah mengikuti "petunjuk penting" sepanjang hari (Sabtu). Pria yang ditangkap adalah seseorang "yang sangat kami curigai."

Otoritas investigasi telah mengumumkan rincian awal tentang tersangka. Menurut informasi tersebut, tersangka adalah warga Suriah berusia 26 tahun yang datang ke Jerman pada akhir Desember 2022 dan mengajukan permohonan suaka di Bielefeld.

Dia sebelumnya tidak dikenal oleh otoritas keamanan sebagai seorang ekstremis Islam. Kantor kejaksaan federal kini sedang menyelidiki pria tersebut atas dugaan tiga pembunuhan, percobaan pembunuhan berulang kali, dan keanggotaan dalam kelompok teroris ISIS. Di Solingen, polisi bersama tim operasi khusus menggeledah akomodasi pengungsi.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Serangan pisau itu terjadi saat perayaan ulang tahun ke-650 kota Solingen. Serangan yang menyebabkan beberapa orang tewas ini menandai insiden kekerasan baru di kota yang sudah penuh sejarah kekerasan bersifat rasial ini.

Dan ini juga merupakan pukulan serius terhadap citra diri dan sejarah Solingen, lokasi industri tradisional di negara bagian terpadat Jerman, NRW. Hingga saat ini, Solingen masih dianggap sebagai pusat industri peralatan makan dan alat potong di Jerman. 

Seorang karyawan mengasah pisau cukur secara manual pada mesin gerinda
Seorang karyawan mengasah pisau cukur secara manual pada mesin gerinda. Produsen pisau cukur DOVO berbasis di SolingenFoto: Patrik Stollarz/AFP/Getty Images

Kota pengrajin pisau dan alat potong

Sejak awal abad ke-13 (sekitar tahun 1210) Solingen sudah mulai dipenuhi para pengrajin pisau dan benda-benda tajam lainnya atau disebut Klingenhandwerk.

Para pengrajin generasi pertama menetap di sepanjang area sungai di wilayah kota Solingen. Kota Bergisch telah dianggap sebagai pusat pengrajin alat tajam sejak Abad Pertengahan.

Perusahaan dari Solingen adalah pemimpin dunia dalam produksi pisau. Produsen pisau Solingen masih memproduksi pisau dapur atau berburu, pusau cukur, peralatan makan, dan pisau saku berkualitas tinggi. Sekitar 90 persen produsen alat makan dan peralatan makan di Jerman berbasis di Solingen. Sejak 19 Maret 2012, Solingen mempunyai akhiran nama resmi Klingenstadt.

Karena perubahan struktural di wilayah ini, industri peralatan makan tradisional tidak lagi menjadi salah satu lapangan kerja terbesar di Solingen. Akibat globalisasi, banyak perusahaan besar yang melakukan perampingan atau meninggalkan kota ini. Pengusaha terbesar di kota ini termasuk pemasok otomotif, pelapisan listrik, dan produsen permen Haribo. 

Jembatan Kaiser Wilhelm (Jembatan Müngsten) antara kota Remscheid dan Solingen di Jerman
Jembatan kereta api tertinggi di Jerman menghubungkan dua kota Solingen dan Remscheid dan diresmikan pada 15 Juli 1897Foto: gemeinfrei

Selain industri pisau, landmark paling terkenal di kota yang terletak di antara Köln dan Düsseldorf ini termasuk Jembatan Müngsten. Ini adalah jembatan kereta api tertinggi di Jerman dengan ketinggian 107 meter. Di kota ini juga banyak berdiri tradisional ynag terbuat dari kayu dan batu.

Kekerasan ekstremis sayap kanan di Solingen

Kota ini mulai dikenal dunia sejak 28 Mei 1993. Malam itu, pelaku ekstremis sayap kanan membakar rumah keluarga Genc yang berlatar belakang Turki di Solingen. Mereka menyiram bensin dan membakar rumah tersebut.

Lima orang tewas dalam serangan itu, termasuk tiga anak perempuan berusia empat, delapan, dan dua belas tahun. Empat belas orang lainnya menderita luka serius dan beberapa orang menderita luka permanen.

Serangan tersebut merupakan salah satu dari serangkaian serangan xenofobia yang terjadi pada tahun 1990-an. Selain itu, di Mölln dan Rostock-Lichtenhagen, rumah pencari suaka dan rumah keluarga imigran dibakar sementara warga sekitarnya menonton sambil bertepuk tangan.

Kekerasan terhadap migran

Solingen telah menjadi berita utama beberapa kali tahun ini. Pada bulan Maret dan awal Juni, terjadi serangan insiden pembakaran di kota itu. Empat orang tewas dan lebih dari 40 orang menderita luka-luka, beberapa di antaranya mengancam nyawa. Dalam kedua kasus tersebut, bangunan yang dibakar adalah tempat tinggal para migran.

Pada bulan Juni, media memberitakan penyelundupan orang dari Cina dengan bantuan sejumlah Perusahaan. Media juga memberitakan bahwa uang senilai 360.000 euro telah dibayarkan untuk visa. Kota Solingen dikabarkan mengeluarkan sebelas visa, tiga untuk orang di bawah usia 18 tahun. 

Sehubungan dengan kasus ini, Wali Kota Solingen Tim Kurzbach (SPD) tengah dalam penyelidikan. Kurzbach sendiri yang mengumumkan hal ini kepada pers dan mengatakan bahwa ia tidak bersalah. Dia dituduh oleh terdakwa lain sebagai kaki tangan dalam kasus ini.

Saat ini, terdapat warga dari 140 negara tinggal di Solingen. Berdasarkan data pemerintah daerah, pada akhir tahun 2022, dari total 164.000 penduduk, sekitar 101.000 merupakan warga Jerman tanpa latar belakang migrasi, 32.000 warga Jerman dengan latar belakang migrasi, dan 30.000 warga asing.

Aliansi "Bunt statt Braun" di Solingen secara rutin menyelenggarakan kampanye melawan xenofobia di kota tersebut. Baru pada bulan Januari tahun ini mereka menyerukan demonstrasi di pusat kota. Sekitar 6.000 orang datang ke rapat umum tersebut.

(ae/hp)

Astrid Prange
Astrid Prange de Oliveira Editor DW dengan fokus pada tema Brasil, globalisasi, agama, etika, hak asasi manusia