1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Duel Langsung Pertama Obama vs McCain

27 September 2008

Dibayangi oleh krisis keuangan global, perdebatan televisi pertama antara Barack Obama dan John McCain dilangsungkan hari Jumat.

https://p.dw.com/p/FQB7
Foto: AP

Debat pertama di televisi kandidat persiden AS Barack Obama dan John McCain akhirnya dilaksanakan juga. Kandidat Partai Republik, John McCain menyatakan mengikuti perdebatan itu hanya beberapa saat sebelum pelaksanaannya. Awalnya, ia menyatakan akan mengikutinya bila pemerintah dan Kongres di Washington telah menemukan kompromi menyangkut paket penyelamatan ekonomi senilai 700 miliar dollar. Namun karena kandidat Partai Demokrat Barack Obama menyatakan akan tetap tampil dalam debat televisi, McCain akhirnya datang.


Topik perdebatan pertama ini sebenarnya seputar politik luar negeri dan keamanan. Tapi, seperti yang diduga sebelumnya, masalah yang disoroti sejak awal adalah krisis keuangan. Kandidat Partai Demokrat Barack Obama mula-mula menunjukkan sikap nyata ketika mengutarakan bahwa paket penyelamatan ekonomi sebesar 700 miliar dollar harus segera disahkan. Namun semuanya harus dilaksanakan dengan hati-hati .

Obama:
"Nomor satu kita harus mengawasi proses ini. Nomor dua, kita harus memastikan bahwa pembayar pajak yang menyimpan asetnya dalam bentuk surat-surat berharga yang berisiko tertolong jika nilai aset kembali meningkat. Ketiga, kita harus mencegah agar dana bantuan tidak mengalir untuk pesangon bagi para manager papan atas yang dipecat. Keempat, kita harus membantu pemilik rumah. Karena akar permasalahan terletak pada pelelangan paksa rumah-rumah yang terjadi di seluruh negeri."

Tidak lama setelah itu, kedua kandidat presiden terjebak dalam diskusi rinci kendati berhubungan dengan perekonomian pada umumnya, namun tidak berkaitan dengan krisis saat ini. Obama kembali mengulangi targetnya untuknya menurunkan pajak bagi sebagian besar warga. Sedangkan McCain menolak tegas penurunan pengeluaran.

Dalam topik kebijakan politik luar negeri dan keamanan kedua senator pada dasarnya mengulangi apa yang sudah mereka kemukakan berulang-ulang sebelumnya. John McCain terus-terusna menekankan puluhan tahun pengalamannya, sembari menuding Obama tidak punya pengalaman. Juga dalam persoalan Irak:

McCain:
„Senator Obama masih saja belum mengerti, atau tidak bisa memahami. Kegagalan di Irak akan menguatkan organisasi teror Al Qaida. Mereka akan bermarkas di sana. Rencana Obama untuk menentukan jadual penarikan pasukan bertahap tanpa peduli keadaan di lapangan, menurut para panglima militer kita, menurut semua pakar, akan berujung pada kekalahan di sana. Ini berarti, semua yang telah kita korbankan akan menjadi sia-sia saja.“

Mengenai Iran, kedua kandidat presiden adu argumen mengenai prospek pembicaraan langsung dengan pemerintah Iran. McCain mengecam Obama yang pernah mengemukakan kesiapannya berunding dengan pemimpin Iran tanpa syarat. Obama menegaskan lagi, ia siap memang berbicara dengan siapapun pada waktu dan tempat yang cocok dipilihnya, jika itu demi menjaga keselamatan Amerika. McCain sebaliknya berpendapat, pembicaraan semacam itu dengan Iran hanya akan memberikan legitimasi yang terlalu banyak bagi Presiden Mahmoud Ahmadinedjad. Namun McCain dan Obama sepakat bahwa mereka tidak bisa membiarkan Iran memiliki senjatanuklir. Karena bukan hanya akan merupakan ancaman bagi Israel, sekutu dekat Amerika, tapi juga akan memicu perlombaan senjata nuklir di wilayah itu. Dalam hal ini McCain mengetengahkan strategi lain:

"Saya sudah sejak lama mengajukan suatu usulan dan membicarakannya dengan sejumlah pemimpin dunia, tentang pembentukan suatu Liga Demokrasi. Blak-blakan saja, Rusia terus mencegah Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan berarti terhadap Iran. Usul saya mengenai Liga Demokrasi adalah sekelompok orang, sekelompok negara, yang memiliki kesamaan kepentingan, kesamaan nilai, kesamaan tujuan, yang memiliki kekuatan ekonomi yang menentukan di dunia. Dengan itu kita bisa menerapkan sanksi yang tegas, berarti, dan membuat Iran menderita. Itu saya kira akan memiliki dampak yang luas".

McCain juga mengulang kekerasan sikapnya tentang Rusia, yang disebutnya sebagai suatu negara yang kini kaya dengan uang minyak, namun dijalankan dengan gaya dinas rahasia Sovyet tempo dulu, KGB. Obama menyatakan sependapat bahwa sikap Rusia tidak bisa diterima. Katanya suatu Rusia yang agresif sangat berbahaya untuk negara-negara di kawasan itu.

Obama:

"Kita juga harus memperlihatkan dukungan kuat terhadap negara-negara demokrasi yang baru tumbuh di kawasan itu. Estonia, Lithuania, Latvia, Polandia, Ceko. Bahwa kita mendukung dan solider terhadap persoalan mereka. Dan terhadap negeri seperti Georgia dan Ukraina, kita harus menegaskan bahwa mereka bisa menjadi anggota NATO jika mereka sudah memenuhi persyaratan, dan bahwa mereka harus memiliki rencana yang rinci untuk memenuhi persyaratan keanggotaan di NATO secepatnya."

Hasil sejumlah jajak pendapat menunjukan, menurut publik Obama menang tipis dalam duel televisi tersebut. Namun terlepüas dari itu, publik menganggap keduanya layak sebagai presiden.