1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Dilanda Krisis, VW Harus PHK Massal atau Tutup Pabrik?

Dirk Kaufmann
6 September 2024

VW mengatakan tidak tertutup kemungkinan adanya PHK massal atau penutupan pabrik. Serikat pekerja mengeritik pernyataan itu. Di masa lalu, PHK adalah hal tabu bagi VW.

https://p.dw.com/p/4kJ5M
Para pekerja tengah merakit satu mobil di pabrik VW di Emden
Pabrik VW di EmdenFoto: Sina Schuldt/dpa/picture alliance

Pengumuman perusahaan otomotif terbesar Jerman, Volkswagen (VW) pada Senin (2/9) menjadi kejutan besar. VW menyatakan mereka kemungkinan harus menutup salah satu pabrik  di Jerman, sesuatu yang belum pernah terjadio sebelumnya dalam 87 tahun sejarah VW.

Manajemen VW juga mengumumkan, terpaksa mengakhiri program jaminan tempat kerja yang dijalankan sejak tahun 1994. Produsen otomotif terbesar Eropa itu saat ini memiliki seitar 680.000 karyawan di seluruh dunia.

VW selama ini dikendalikan oleh pemiliknya, keluarga Porsche, dan oleh pemerintah negara bagian Niedersachsen, yang memegang seperlima saham perusahaan dan punya kursi permanen di Dewan Komisaris.

Sejak beberapa tahun terakhir, VW dilanda krisis karena salah urus dan perubahan di pasar mobil global. Tahun lalu, VW meluncurkan program penghematan biaya, yang bertujuan untuk menghemat €10 miliar sampai tahun 2026. Namun menurut harian ekonomi Jerman Handelsblatt, VW masih harus menghemat €4 miliar lagi untuk bisa bertahan.

Brand Manager VW Thomas Schäfer berdiri disamping mobil VW ID.2all di CCH (Congress Center Hamburg).
Brand Manager VW, Thomas SchäferFoto: Marcus Brandt/dpa/picture alliance

Rencana penghematan dan restrukturisasi yang gagal

Dalam sebuah surat kepada karyawannya hari Senin, Direktur VW Thomas Schäfer menggambarkan situasi saat ini sebagai "sangat tegang" dan di luar cakupan "langkah-langkah pemotongan biaya yang sederhana." Direktur Utama Group Oliver Blume menambahkan, pasar otomotif Eropa secara keseluruhan sedang berada dalam "situasi yang sangat menantang dan serius,” dan Jerman telah tertinggal dalam hal daya saing.

Akibatnya, 10 merek mobil dalam Grup VW harus direstrukturisasi secara komprehensif, dan "penutupan pabrik tidak lagi dikecualikan,” kata Blume, seraya menambahkan bahwa PHK melalui pensiun dini dan paket pesangon juga tidak lagi memadai. Oleh karena itu, VW merasa "terpaksa mengakhiri perjanjian perlindungan tenaga kerja yang telah berlaku sejak tahun 1994".

VW belum memberikan angka-angka spesifik mengenai berapa banyak dari sekitar 120.000 tempat kerja yang ada di Jerman yang harus ditutup. VW juga belum mengidentifikasi, unit pabrik mana yang mungkin ditutup. Namun menurut pernyataan serikat pekerja VW, manajemen menganggap setidaknya satu pabrik kendaraan dan satu pabrik komponen di Jerman harus ditutup.

Serikat pekerja VW mengecam keras keengganan manajemen untuk memberikan klarifikasi, pabrik mana dan siapa saja yang mungkin terkena dampak langkah penghematan ini, dan bagaimana kelanjutannya. "Hal ini menempatkan semua lokasi di Jerman dalam garis bidik – terlepas dari apakah itu lokasi VW atau anak perusahaannya, di Jerman bagian barat atau bagian timur,” kata Daniela Cavallo, kepala serikat pekerja VW. Dia menyatakan pihak pekerja akan melakukan "perlawanan sengit".

Awal transformasi rumit industri otomotif Jerman

Banyak ahli percaya bahwa penutupan pabrik VW di Jerman tidak dapat dihindari. Helena Wisbert, direktur Pusat Penelitian Otomotif CAR di Duisburg, Jerman, berpendapat, memang "tidak ada jalan lain". Dia mengatakan kepada majalah berita "Spiegel" pada hari Selasa (4/9) bahwa hingga saat ini, pemanfaatan kapasitas yang rendah di pabrik dapat diimbangi dengan penghematan dari pemasok. "Itu jelas tidak  cukup lagi,” tambahnya.

Moritz Schularick, presiden Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia, IfW Kiel, melihat langkah-langkah pemotongan biaya yang diumumkan sebagai awal dari transformasi industri otomotif Jerman. Dia mendesak pemerintah untuk tidak melakukan intervensi terhadap produsen mobil yang sedang kesulitan. "Kita tidak boleh menghalangi perubahan struktural. Industri-industri baru sedang putus asa mencari pekerja,” katanya kepada mingguan bisnis Jerman, Wirtschaftswoche, mengacu pada kelangkaan pekerja terampil di Jerman.

Pendiri dan direktur CAR, Ferdinand Dudenhöffer, melihat "masalah VW yang sudah lama ada" karena produsen mobil tersebut "lebih seperti perusahaan negara ketimbang perusahaan yang digerakkan oleh pasar". Masalahnya akan terus berlanjut, katanya kepada DW, selama struktur perusahaan VW masih "cacat”. Pemerintah Daerah Negara Bagian Niedersachsen saat ini memegang 20% saham dan kursi di dewan direksi VW. Selain itu, mereka juga diberikan hak minoritas dalam pengambilan keputusan penting.

(hp/yf)