Diam-Diam Menapak di Tanah
8 Maret 2014Sebenarnya Andreas Wilting bukan peneliti perilaku, melainkan pakar lingkungan di Institut Leibniz untuk penelitian kebun binatang dan binatang liar di Berlin. Tetapi Februari lalu, bersama beberapa pakar biologi lainnya di Nature.com ia mempublikasikan studi yang menarik bagi peneliti primata. Orang utan jauh lebih sering berjalan di tanah daripada dugaan sebelumnya. Dengan demikian, primata ini mungkin lebih bisa menyesuaikan diri dengan penebangan pohon yang banyak terjadi di ruang hidup mereka.
Orang utan hanya ada di pulau Borneo dan Sumatra. Satwa ini adalah satu-satunya primata berukuran besar yang belum punah di Asia. Selama ini mereka dianggap mamalia terbesar yang hidup di pohon-pohon. Mereka tidak hanya makan dan tidur di puncak-puncak pohon tertinggi hutan Asia, melainkan juga melompat dari cabang ke cabang.
Setidaknya itulah dugaan orang selama ini tentang hidup sehari-hari orang utan. Studi yang diadakan Wilting kini menampilkan gambaran baru atas satwa yang pintar memanjat dan berrambut merah-coklat. Menurut hasil penelitian terakhir, mereka kerap berjalan juga menyantap makanan di tanah. Mengapa itu tidak diketahui pakar selama ini?
Kamera Tersembunyi Bantu Peneliti
Mudah saja. Wilting dan rekan-rekannya mendapat data bukan lewat pengawasan langsung atas orang utan, melainkan lewat kamera tersembunyi, yang ditempatkan di tanah hutan. Sebenarnya mereka ingin membuat foto binatang-binatang yang hidup di tanah. "Pengetahuan baru tentang orang utan diperoleh tanpa diduga sama sekali", dijelaskan Wilting.
Selama ini, pakar biologi prilaku satwa beranggapan, orang utan sangat jarang turun ke tanah. Sekarang timbul dugaan, orang utan tidak turun ke tanah karena menghindari peneliti yang datang ke tempat tinggal mereka. Tetapi kamera dari 16 wilayah penelitian di Borneo menghasilkan begitu banyak foto orang utan, sehingga ilmuwan yang sebenarnya melakukan studi tentang hal lain, memutuskan mengumpulkan foto dan menelitinya.
Kamera Tidak Bisa Gantikan Pengamatan Langsung
"Kamera yang disembunyikan semakin sering digunakan. Terutama untuk membuat foto binatang yang aktif di malam hari, atau binatang sang sangat penakut," kata Wilting. Kamera juga jadi alat bantu sangat baik untuk mencatat biodiversitas satwa di hutan.
Dalam hal orang utan, pengamatan tidak langsung ini memberikan masukan baru bagi peneliti perilaku binatang. Tetapi kamera tidak bisa menggantikan pengamatan langsung oleh peneliti. "Kamera hanya ada di satu posisi, dan tidak bisa mengikuti binatang. Kamera membuat foto atau film pendek. Tingkah laku kompleks binatang tidak bisa didata dengan cara ini," kata pakar ekologi itu. Tapi kamera jadi alat bantu pelengkap yang bagus.