1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Diabetes Tipe 2 Bisa Diwariskan Secara Genetis

2 November 2017

Diabetes Tipe 2 dikenal sebagai penyakit yang disebabkan oleh pola makan tidak sehat dan kelebihan berat badan. Namun ilmuwan Jerman membuktikan lewat tikus percobaan, Diabetes Tipe 2 juga bisa diwariskan secara genetis.

https://p.dw.com/p/2mtQg
Deutschland Diabetes (Symbolbild)
Foto: AP/J. Sarbach

Diabetes Tipe 2 Bisa Diwariskan Secara Genetis

Seperti sebuah epidemi: hampir sepuluh persen penduduk dunia mengidap diabetes tipe 2. Tendensinya, meningkat makin cepat. Kegemukan dan faktor genetis memainkan peran penting. Namun, para ilmuwan menduga ada lebih banyak faktor pemicu kenaikan kasusnya.

Di Helmholtz Zentrum, München, para peneliti melacak teka-teki ini. Untuk itu, mereka membutuhkan percobaan di mana mereka dapat mengendalikan kondisi lingkungannya. Tikus sangat cocok untuk penelitian semacam itu. Metabolismenya berfungsi mirip seperti pada manusia.

Ada tikus kurus dan gemuk, yang mengembangkan jenis penyakit seperti manusia. Termasuk diabetes. Sebagaimana kembar identik, tikus ini semua memiliki gen yang sama. Jika kondisinya berbeda, berarti penyebabnya bukan terletak pada genomnya.

Para peneliti memberi makan tikus dengan diet kaya kalori selama enam minggu. Sebagai dampak pola makan yang salah, tikus menjadi tambun dan mengembangkan gejala diabetes - mirip seperti manusia. Ada dugaan: tikus bisa mewariskan karakteristik ini pada keturunannya.

Pewarisan penyakit secara genetis

Pewarisannya hanya bisa lewat sel telur dan sperma. Untuk menyingkirkan pengaruh lainnya dari tikus induk tambun, peneliti hanya mengambil sperma dan sel telur untuk inseminasi buatan.

24 jam kemudian telur yang telah dibuahi berkembang jadi embrio tikus. Para peneliti menaruhnya pada rahim ibu pengganti.

Ibu tikus yang dititipi embrio ini sehat dan langsing. Tak hanya melahirkannya, induk titipan ini juga merawat anak-anak tikus. Induk tikus tambun tidak lagi memainkan peranan pada  anak-anaknya. Jadi mereka tidak bisa menjadi panutan pola makan yang buruk.

Johannes Beckers, peneliti dibetes mengatakan: "Kami dapat mengesampingkan, bahwa kontak sosial dengan orang tua, efek rahim atau bahkan selama proses menyusui, memainkan peranan. Kami dapat menyingkirkan kemungkinan bahwa, bakteri usus ditularkan dari satu generasi ke berikutnya. Artinya semua perubahan yang kami amati dari generasi anak tikus ini, hanya berkaitan dengan informasi yang ada di sel germinalnya."

Diabetes dampak gaya hidup

Para peneliti sekarang mengamati perkembangan lebih lanjut dari anak-anak tikus ini, dan membandingkannya dengan anak tikus dari induk yang ramping. Semua mendapat makanan yang sama.

Perlu diingat, tikus-tikus ini secara genetis identik dan tumbuh dalam kondisi lingkungan yang sama. Satu-satunya perbedaan: orang tua biologisnya gemuk atau langsing. Dan ini nampak jelas menentukan.

Keturunan tikus gemuk lebih cepat mengidap diabetes, ketimbang  anak tikus yang induknya ramping. Kecenderungan ini hanya bisa diwariskan. Namun, kecenderungan ini didapat dari orang tua yang mula-mula memiliki pola makan yang salah.

Ayah dan ibu meneruskan kecenderungan diabetes dan kelebihan berat badan pada anak-anaknya.

(DW Inovator)