1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Hukum dan PengadilanIndia

Demo di India usai Dokter Magang Diperkosa dan Dibunuh

Roshni Majumdar (Mizoram)
14 Agustus 2024

Kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang dokter magang di Kolkata, India timur, memicu aksi mogok kerja para tenaga medis di India. Para dokter menuntut perlindungan yang lebih baik bagi profesi mereka.

https://p.dw.com/p/4jQyB
Protes para dokter di India
Pekerja medis di India sering jadi sasaran kekerasanFoto: Satyajit Shaw/DW

Ribuan dokter di berbagai kota besar di India, termasuk Ibu Kota New Delhi, pada Selasa (13/08), bergabung dalam aksi protes yang dipicu oleh kasus dugaan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang dokter magang pekan lalu.

Dokter muda perempuan berusia 31 tahun itu sebelumnya ditemukan tewas di Rumah Sakit dan Sekolah Medis RG Kar, salah satu rumah sakit pemerintah terbesar di Kolkata, Jumat (09/08). Laporan otopsi menunjukkan adanya bukti kekerasan seksual, di mana ditemukan banyak luka di tubuhnya.

Para dokter pun menggelar aksi mogok kerja di sejumlah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah setelah insiden tersebut. Mereka menuntut upaya perlindungan dan keselamatan yang lebih baik bagi para petugas kesehatan.

Kepala Rumah Sakit dan Sekolah Medis RG Kar dilaporkan telah mengundurkan diri pada Senin (12/08).

Protes para dokter di India
Warga membawa spanduk, menuntut keadilan, dan menyerukan diakhirinya kekerasan seksual terhadap perempuan.Foto: Satyajit Shaw/DW

Para dokter tuntut perlindungan yang lebih baik

Aksi protes sebelumya pecah di seluruh fasilitas rumah sakit yang dikelola pemerintah di Ibu Kota Benggala Barat, Kolkata, pada hari Senin, dengan para dokter mengatakan akan menangguhkan pelayanan darurat medis hingga setidaknya sampai Selasa (13/08).

"Sebagai dokter residen, kami berada di garis terdepan dan menangani banyak pasien, yang membuat kami cukup rentan terhadap serangan-serangan seperti ini," ungkap Dokter Rajat Sharma, wakil presiden Federasi Asosiasi Dokter Residen India (FORDA), kepada DW.

"Ini adalah situasi menakutkan yang kami hadapi setiap hari. Para dokter di Benggala Barat ini memprotes hak-hak mereka. Kami ingin memiliki perlindungan yang lebih baik bagi para dokter residen kami," tambahnya.

Menurut survei dari Asosiasi Medis India, sekitar 75% dokter di India menghadapi sejumlah bentuk kekerasan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Sementara itu, rekan Sharma di FORDA, Sarvesh Pandey, mengatakan kepada media India bahwa para dokter juga menuntut dibuatkannya sebuah undang-undang khusus tentang perlindungan bagi para petugas kesehatan terhadap aksi kekerasan.

"Harus ada upaya perlindungan yang lebih ketat di rumah sakit dan kamera CCTV juga harus dipasang," kata Pandey.

Para mahasiswa dari berbagai universitas di Kolkata juga ikut serta dalam aksi protes tersebut. Mereka juga menuntut upaya perlindungan, khususnya bagi para perempuan. 

Kekerasan seksual terhadap perempuan telah menjadi masalah besar di India. Biro Catatan Kejahatan Nasional melaporkan, rata-rata ada 86 kasus pemerkosaan dan 49 kasus kejahatan terhadap perempuan yang tercatat setiap jamnya pada 2021.

Layanan kesehatan terhambat akibat protes

Di ibu kota negara bagian Maharashtra barat, Mumbai, sebanyak 8.000 dokter dari rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah turut menggelar aksi mogok kerja, pada Selasa juga

Sementara di New Delhi, para dokter junior berunjuk rasa di luar rumah sakit, menuntut penyelidikan terhadap insiden terbaru itu. Dengan mengenakan jas putih, mereka mengangkat spanduk bertuliskan: "Dokter bukanlah samsak tinju".

Selain di Mumbai dan New Delhi, protes besar-besaran ini juga menghambat pelayanan medis di kota Lucknow, negara bagian Uttar Pradesh yang paling padat penduduknya, serta di negara bagian Goa yang merupakan destinasi wisata yang cukup populer.

Respons otoritas India terkait kasus ini

Pengadilan Tinggi Kolkata pada Selasa (13/08) telah memerintahkan agar kasus ini dilimpahkan ke badan federal, yang berarti bahwa polisi Kolkata harus menyerahkan semua dokumen kasus ini ke badan tersebut.

Polisi Kolkata sebelumnya telah membentuk sebuah tim investigasi khusus dan telah menangkap seorang pria terkait kasus ini.

Menurut Komisaris Polisi Kolkata Vineet Kumar Goyal, sebuah kasus terhadap terduga pelaku telah didaftarkan berdasarkan ketentuan UU terkait pemerkosaan dan pembunuhan. 

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia India pada hari Selasa juga telah mengirimkan pemberitahuan kepada direktur jenderal polisi dan kepala sekretaris negara bagian Benggala Barat, untuk meminta laporan lebih rinci mengenai kasus ini dalam kurun waktu dua minggu. 

Ketua Menteri Benggala Barat Mamata Banerjee juga telah menemui keluarga korban pada hari Senin, dan mengatakan kepada wartawan bahwa pihak polisi saat ini "sangat memprioritaskan penyelidikan." 

(kp/gtp)