1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demo Besar Anti Pemerintahan Thailand

21 Juni 2008

Puluhan ribu demonstran menerobos barikade polisi dan mengepung kompleks perkantoran pemerintah Thailand. Mereka menuntut mundur Perdana Menteri Samak Sundaravej.

https://p.dw.com/p/ENkp
Aliansi Rakyat untuk Demokrasi kembali turun ke jalan di Thailand seperti dua tahun laluFoto: AP

Di depan kompleks perkantoran pemerintah Thailand, puluhan ribu demonstran yang mengenakan ikat kepala atau kemeja kuning - warna keluarga kerajaan Thailand - mengusung poster-poster anti Thaksin. Namun kali ini para demonstran Aliansi Rakyat untuk Demokrasi yang termasuk anggota sebuah sekte Budhis, seorang pensiunan Jenderal dan pengusaha media Sondhi Limthongkul menuntut mundur Perdana Menteri Samak Sundaravej .

Partai Peoples Power, atau PPP yang dipimpin Perdana Menteri Samak Sundaravej bersama koalisinya Desember lalu memenangkan pemilihan parlemen Thailand. Meski begitu, oposisi tetap menuduhnya sebagai pemerintahan boneka bagi mantan Perdana Menteri Thaksin Shinwatra, yang digulingkan pada tahun 2006.

Sondhi Limthongkul yang memimpin aksi protes ini menegaskan, para demonstran memperjuangkan demokrasi dan perlindungan Thailand. Organisator demo menyebutkan sekitar 100 ribu orang turun ke jalan. Sementara polisi memperkirakan jumlah total demonstran lebih mendekati empat belas ribu orang. 5000 polisi dikerahkan untuk berjaga-jaga lengkap dengan gas air mata dan meriam air. Namun Jurubicara pemerintah Thailand, Nuthawut Saikua menegaskan bahwa perangkat itu hanya akan digunakan sebagai jalan terakhir. Selain itu, pemerintahan ini merupakan pilihan rakyat Thailand.

Sementara itu Perdana Menteri Samak Sundaravej memindahkan kegiatannya ke Kementrian Luar Negeri, sedangkan para petugas pemerintahan diperbolehkan pulang. Polisipun bertindak sesuai perintah dan mempertahankan barikade selama tiga jam, sebelum arus demonstran dengan damai berhasil menerobos lewat dan meneruskan unjuk rasa itu sampai jauh malam.

Seorang demonstran mengatakan dengan optimis, “Pemerintahan ini tak akan bisa bertahan melampaui hari ini. Sistem parlemen ini tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah negara ini. Hari ini adalah awal sebuah babak baru dalam sejarah negara kami.”

Demonstrasi ini merupakan yag terbesar sejak mulainya aksi-aksi protes empat minggu yang lalu dan diperkirakan akan berlangsung terus menerus. Seperti puluhan demo yang menggulingkan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra dua tahun silam.

Sejak Mei lalu, desas desus akan adanya kudeta serta ketegangan politik telah menyebabkan jatuhnya nilai di pasar bursa Thailand lebih dari 13%. Menghadapi aksi protes berkelanjutan ini, Perdana Menteri Samak Sundaravej mengadakan pembicaraan dengan sejumlah pemimpin militer Thailand. Para Jenderal mengatakan, perbedaan pandangan politik harus diselesaikan di parlemen.

Sementara itu, divisi infantri kerajaan Thailand memperingatkan demonstran agar tidak panik bila melihat pasukan militer dan panser-panser di jalan pada hari itu. Disebutkan, pasukan dan panser-panser itu hanyalah bagian dari satuan militer, yang baru kembali dari manuver latihan. (ek)