1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat Gelar Pahlawan Nasional

11 Januari 2010

Tidak lama setelah pengusulan gelar pahlawan nasional bagi Abdurrahman Wahid, Fraksi Golkar didukung Fraksi Hanura juga mengusulkan agar Soeharto juga dianugrahi gelar pahlawan nasional.

https://p.dw.com/p/LQq1
Foto: DW

Abdurrachman Wahid alias Gus Dur meninggal akhir tahun 2009 lalu. Kalau perasaan kehilangan sampai sekarang masih meliputi banyak orang, itu karena Gus Dur merupakan tokoh langka. Ia merupakan cendikiawan Muslim yang lantang menyuarakan kebebasan, plurailsme, HAM, demokrasi. Membela dengan gigih hak-hak kaum non Muslim dan minoritas lain. Mendobrak berbagai tabu strereotip kalangan Islam lama, misalnya soal kaum Yahudi, hak perempuan, dan banyak lagi. Ia keras menentang radikalisme, fundamentalisme, fanatisme, kekerasan atas nama agama. Ia memenuhi arti nama yang diberikan padanya saat lahir: Abdurrachman Addakhil, atau Abdurrachman Sang Pendobrak.

Menyusul kepergiannya, sejumlah kalangan mengusulkan agar mendiang secara resmi diberi gelar pahlawan nasional. Usulan secara resmi disampaikan Fraksi PKB dan PDI-P di parlemen. Namun tak lama berselang, Fraksi Golkar, didukung Fraksi Hanura juga mengusulkan agar mendiang bekas presiden Soeharto juga dianuegerahi gelar pahlawan nasional. Yang terakhir ini banyak ditentang, karena catatan Soeharto soal pelanggaran HAM dan korupsi. Lalu ada juga politikus yang menganggap dua-duanya sama pantasnya jadi pahlawan.

Bincang-bincang DW bersama Fachri Hamzah, wakil sekretaris jendral Partai keadilan Sejahtera PKS, dan Nursyahbani Katjasungkana, bekas politikus Partai Kebangkitan Bangsa yang kini kembali pada bidangnya, sebagai aktifis penegakkan hak-hak perempuan.

Ging Ginanjar

Editor: Hendra Pasuhuk