1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Dunia Digital

Debat Clinton vs Trump Toreh Sejarah

26 September 2016

Debat antara calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dan Partai Republik, Donald Trump bukan hal mudah bagi keduanya. Bagaimana hasilnya tergantung pada beberapa hal.

https://p.dw.com/p/2QafW
Kombibild Trump Clinton
Foto: picture alliance/abaca/O. Douliery/newscom/N. Redmond

Jika Hillary Clinton dan Donald Trump naik panggung di Hofstra University, New York Senin malam (26/09) waktu Amerika Serikat, untuk saling berhadapan langsung dalam acara debat pertama, keduanya dipastikan menoreh sejarah. Untuk pertama kalinya seorang perempuan tampil dalam debat calon presiden di negeri paman Sam. Ini juga untuk pertama kalinya, dua calon yang paling tidak populer dari kubu Demokrat dan Republik saling berhadapan. Dalam debat Senin malam untuk pertama kalinya Trump hanya akan menghadapi satu saingan.

Reed Galen pakar strategi politik dari Partai Republik mengatakan risiko dalam debat sangat besar bagi kedua calon. Robert Shrum, konsultan politik partai Demokrat juga mengamini pendapat kubu lawan. Menurut Shrum, ini kemungkinan jadi acara televisi yang paling banyak ditonton orang di dunia, mengingat kemampuan Donald Trump di ajang politik internasional sangat diragukan.

Tak bisa main gila

Faktor penting dalam debat adalah: seperti apa Donald Trump akan tampil. "Apakah ia akan tampil sebagai politisi tradisional yang mengungkapkan pendapat atas tema tertentu, atau seperti dalam debat selama ini, mengungkap hal-hal "gila" yang sama sekali tidak mengungkap apa pendapat dan program politik yang sebenarnya", demikian Galen.

Kedua pakar politik itub setuju, selama ini Trump selalu berhadapan dengan beberapa saingan, kadang sampai sepuluh. Sehingga setiap orang hanya punya waktu singkat untuk mengungkapkan pendapat dan ide politiknya. Jadi yang penting adalah mendominasi pembicaraan. 

Tapi taktik ini tidak mencukupi unhtuk dapat unggul dalam debat Senin malam, yang berlangsung 90 menit tanpa istirahat, dan menghadapi hanya seorang lawan. Demikian pendapat Jennifer Mercieca, yang mengajar retorika politik pada A&M University, di Texas.  

USA Wahlkampf Republikaner Diskussion der Kandidaten
Para calon dari Partai Republik ketika debat dalam kampanye (14/01/2016)Foto: Reuters/R. Hill

Adu pengetahuan politik

Dalam debat-debat selama ini, tiap calon hanya punya satu menit untuk menjawab pertanyaan. Dan untuk itu Trump sudah tampak kurang mampu mengatakan sesuatu yang substansial. Sedangkan dalam debat mendatang, tiap calon punya waktu dua menit untuk menjawab. Itu sangat panjang bagi Trump, kata Mercieca.   

Konsultan Partai Republik, Reed Galen berpendapat taktik debat "menipu dan menyerang" saja tidak akan cukup. Trump bisa saja menggunakan metodenya itu sampai waktu berakhir. Atau menyerang moderator karena ia tidak suka pertanyaannya. Trump pasti tetap disambut pendukungnya. Tapi itu tidak akan meyakinkan pemilih yang sejauh ini belum menentukan sikap.

Menurut Galen rakyat Amerika mengharapkan calon yang mengerti politik internasional dan dalam negeri, juga memberikan ide-ide konkret bagaimana masalah yang sudah ada sekarang bisa diselesaikan, demikian Galen. Ia menambahkan, Trump harus buktikan ia mengenal dan mengerti topik-topik penting.

USA Präsidentschaftskandidaten Clinton und Sanders
Hillary Clinton dan Bernie SandersFoto: Reuters/L. Jackson

Bisa dipercaya dan jujur

Para pakar berpendapat, dibanding Trump, Hillary Clinton yang memiliki pengetahuan dan pengalaman berpolitik, kemungkinan bisa menangani dengan mudah isu-isu yang didebatkan. Sejak pencalonan diri jadi Senator tahun 2000, Clinton sudah beberapa kali ikut dalam acara debat serupa. Terakhir menghadapi Bernie Sanders, yang juga mencalonkan diri untuk jadi presiden dari Partai Demokrat. Tapi Hillary Clinton tidak boleh tampak terlalu akademis. Menurut Mercieca, masalah Clinton adalah, ia terlalu banyak menjelaskan. Oleh sebab itu ia tampak dingin dan kaku, sehingga juga tampak seperti tidak bisa dipercaya. Akibatnya, orang mungkin tidak suka padanya.

Belakangan ini, banyak orang mempertanyakan apa Clinton bisa dipercaya, dan meragukan kondisi kesehatannya. Galen melihat, itulah tantangan terbesar bagi Clinton. Sebenarnya menurut jajak pendapat terakhir, baik Clinton maupun Trump dianggap tidak jujur dan tidak bisa dipercaya oleh banyak orang Amerika.

Walaupun citra tidak bisa dipercaya sulit diperangi Clinton. Tapi ia akan menampilkan diri sebagai calon yang logis dipilih dan lebih meyakinkan. Demikian Galen.

Donald Trump Megyn Kelly Debatte Republikaner Vorwahlkampf
Donald Trump dan Megyn KellyFoto: Getty Images/C. Barritt

Masalah jender

Galen yang jadi pakar strategi Partai Republik juga berharap, Clinton tidak lagi menggunakan kata-kata yang menghina, seperti ketika ia menyebut sebagian pendukung Trump "patut dikasihani". Galen memperkirakan, dalam debat Clinton akan mengingatkan warga Hispanik dan warga kulit hitam Amerika, bahwa Trump adalah calon presiden yang tidak menyukai mereka, dan didukung oleh orang-orang yang tidak menyukai mereka. Itu memang berulang kali dikatakan Trump dalam kampanyenya.   

Sementara Mercieca memperkirakan, karena ucapan-ucapan kontroversial Trump terhadap perempuan, misalnya pada moderator Fox News Magyn Kelly dan saingan dari Partai Republik Carly Fiorina, ditanbah sikapnya terhadap Clinton juga akan jadi tema penting. "Biasanya orang Amerika tidak suka, jika pria bersikap agresif dalam debat dengan perempuan. Tapi saya pikir, pendukung Trump akan senang, jika calonnya agresif terhadap Clinton.“ Mercieca mengungkapkan, ia tidak bisa memperkirakan, bagaimana efeknya terhadap orang-orang yang belum menentukan pilihan.

Tidak ada pakar yang bisa memberikan prognosa hasil debat. Sebaiknya tunggu saja, apakah Trump akhirnya akan mengeluarkan kartu joker.