1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat antar calon presiden AS ; Pendekatan Jerman-Libya

15 Oktober 2004

Debat antar kedua calon presiden AS , dan juga pendekatan Jerman-Libya dikomentari harian-harian Jerman dan internasional.

https://p.dw.com/p/CPQY
Kanselir Gerhard Schröder dan Moammar el Khadafi
Kanselir Gerhard Schröder dan Moammar el KhadafiFoto: AP

Setelah debat yang ketiga dan terakhir tampak bahwa Presiden George W Bush sulit mengejar keunggulan calon Partai Demokrat John Kerry. Dalam debat itu dibahas berbagai masalah dalam negeri dan sosial, dari soal pelayanan kesehatan, pendidikan, aborsi sampai homoseksualitas. Rupanya tema-tema ini merupakan kekuatan Partai Demokrat. Harian Jerman Tageszeitung – TAZ menulis:

Kaum republik hendak mencap Kerry sebagai bahaya bagi AS dan sedapat mungkin menyinggung masalah-masalah ideologi, seperti aborsi, pajak, perkawinan homoseksual, dan pengawasan senjata. Siapa yang tidak menginginkannya harus memilih Bush, demikian pesan yang hendak disampaikan. Namun ketidak-pekaan Bush bukanlah suatu kesalahan, melainkan itu programnya. Karena itu pemilihan presiden kali ini mempunyai makna penting khusus.

Sementara harian Stuttgarter Zeitung dalam komentarnya mengenai pemilihan presiden mendatang menulis:

Siapa yang akan dipilih sulit diprediksikan. Dalam keadaan normal, John Kerry akan menang. Namun sejak 11 September 2001, pemilihan kali ini tidak seperti pemilihan sebelumnya. Karena itu mungkin , bahwa presiden yang meremehkan politik luar negeri AS yang telah berusia setengah abad , dan dengan alasan yang terbukti salah , memberikan instruksi untuk invasi ke Irak, tetap akan dipilih lagi, paling tidak oleh separoh warga AS. Bill Clinton telah memperingatkan partainya, di zaman krisis , kuat dan salah lebih baik daripada lemah dan benar.

Harian konservatif Denmark Berlingske Tidende berkomentar , Kerry punya lebih banyak gagasan dan yang lebih baik ketimbang Bush.

Bush telah melalui masa jabatan yang sulit empat tahun belakangan ini. Masa pemerintahannya akan selalu dikaitkan dengan peristiwa 11 September. Namun dalam debat juga jelas, penantangnya dari Partai Demokrat John Kerry memang punya gagasan dan rencana untuk masalah-masalah , untuk mana Bush tidak punya resep yang ampuh.

Juga harian Italia Corriere della Sera mengenai pemilihan presiden di AS, berkomentar:

Untuk pertama kalinya Amerika memilih presiden di bawah ancaman teror. Namun juga untuk pertama kalinya negara adi daya itu berada di ambang krisis keuangan. Siapa pun yang akan menang pada 2 November mendatang , akan menghadapi masalah yang oleh pimpinan Bank Sentral AS Alan Greenspan disebut sebagai gelembung air sabun yang sebentar lagi akan pecah. Yang dimaksud dengan gelembung air adalah mata uang dollar yang dinilai terlampau tinggi.

Kita beralih tema: Pendekatan Jerman-Libya.

Kanselir Jerman Gerhard Schröder dalam kunjungannya ke Libya menyatakan, kedua negara sepakat untuk memperluas kerjasama , setelah dicabutnya sanksi PBB mau pun AS dan UE , terhadap negara di Afrika Utara tsb.

Harian Jerman TAZ mengomentari kunjungan kanselir Gerhard Schröder ke Libya:

Betapa cepatnya perubahan, yang dulu dijauhi kini menjadi mitra. Hendaknya kanselir Jerman mengadakan dialog yang kritis. Sebab juga Libya di zaman baru masih jauh dari keadaan yang beradab , apalagi demokratis. Di negara itu tidak ada kepastian hukum, penganiayaan dan penangkapan semena-mena merupakan kejadian sehari-hari. Schröder sebagai Tokoh Eropa yang mendukung kuat masuknya Turki dalam UE , hendaknya bersikap kritis terhadap negara di depan pintu Eropa.

Sementara Financial Times Deutschland menulis:

Pemimpin Libya Moammar al Khadafi kembali mengharapkan banyak. Kali ini dari kanselir Jerman Gerhard Schröder yang datang ke Libya bersama 25 manajer Jerman. Pada awal baru hubungan bilateral yang diutamakan adalah masalah ekonomi. Namun hendaknya Schröder jangan melupakan, Libya di bawah Khadafi bukanlah mitra yang normal. Masa lampau Khadafi terkait dengan peristiwa berdarah , seperti pemboman di Eropa , dan penembakan jatuh pesawat. Negara itu tetap merupakan sebuah diktatur , meski ingin diterima kembali dalam masyarakat dunia. Hendaknya jangan hanya mengejar order dan lisensi minyak , yang mendatangkan keuntungan besar .