1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dampak pemberitaan Newsweek

18 Mei 2005

Kasus majalah berita Newsweek masih tetap disoroti media massa internasional.

https://p.dw.com/p/CPOG
Demonstrasi Newsweek di India
Demonstrasi Newsweek di IndiaFoto: AP

Laporan kontroversial yang muncul di Newsweek pada tanggal 9 Mei lalu , telah menimbulkan kerusuhan berdarah di Afganistan, dan kecaman meluas di dunia Muslim. Meski majalah Newsweek teleh menarik berita tsb dan meminta maaf, berbagai kalangan Muslim meminta pemerintah AS meneruskan investigasinya mengenai kasus pelecehan Al Quran di Guantanamo oleh para tentara AS.

Harian Jerman Abendzeitung yang terbit di München menulis:

Majalah AS itu telah menodai citranya sebagai media investigatif. Pemerintah Bush senang dapat menodai citra majalah yang kritis itu. Namun perdebatannya menuju ke arah yang salah. Kini sudah terdengar tuntutan untuk tidak lagi mengutip sumber yang anonim. Itu suatu hal yang berbahaya , dan tidak realistis. Tidak akan ada skandal, dari Watergate sampai skandal KKN, yang mungkin dapat terungkap tanpa informan anonim. Dan mengatakan bahwa demonstrasi anti-Amerika di Afganistan atau Pakistan, ditimbulkan oleh sebuah pemberitaan majalah, adalah absurd. Sikap anti-Amerika di kawasan itu berlatar belakang banyak alasan. Penyiksaan di Abu Ghoreib dan ketidakpastian hukum di Guantanamo hanya beberapa contohnya. Dan skandal itu memang benar-benar ada.

Suratkabar Swiss Neue Zürcher Zeitung juga menyoroti dampak pemberitaan Newsweek itu bagi para jurnalis:

Tidak mengherankan, kalau citra media massa terus merosot. Dalam situasi panas, banyak hal dan banyak isu tiba-tiba dianggap benar. Tidak hanya di kawasan dimana masyarakat menjunjung tinggi Al Quran. Media massa dan terutama media cetak , punya tugas untuk menggunakan akal sehat dan memegang teguh prinsip-prinsip jurnalistik, dan bukan mencari berita-berita yang tidak berdasar, relevansinya diragukan, untuk membuktikan hal-hal tertentu. Besar bahaya bahwa era informasi ini , semakin menjadi zaman desinformasi.

Sebaliknya harian New York Times menuduh pemerintah Bush memanfaatkan kasus Newsweek:

Setelah harian itu sendiri mengalami satu atau dua badai jurnalistik, dapat disimpulkan bahwa transparansi merupakan resep yang paling manjur, untuk memperbaiki kesalahan Newsweek. Sudah ada diskusi mengenai metode jurnalistik , antara lain mengenai penggunaan sumber-sumber anonim. Hal itu harus didiskusikan , terutama di zaman perang, ketidak-stabilan nasional, dan dengan ketat merahasiakan berita oleh pemerintah. Namun mengkhawatirkan bahwa pemerintah Bush menggunakan kasus Newsweek untuk tujuan politiknya. Menggelikan bahwa para juru bicara Gedung Putih dan Pentagon, berbicara tentang tanggung jawab, keterbukaan dan kekhwatirannya akan citra AS di luar negeri.