1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Daging Buatan Solusi Kekurangan Pangan di Masa Depan?

Lena Solberg
29 September 2023

Sejumlah perusahaan start up dan kelompok peneliti sudah mulai membuat daging buatan. Bukan hanya membuat steak, melainkan daging sesuai keinginan. Misalnya, mudah dikunyah, atau mengandung lebih banyak vitamin D.

https://p.dw.com/p/4Wh2M
Essen der Zukunft | Laborfleisch
Foto: Dagmara Jakubczak/DW

Di Laboratorium Sekolah Tinggi Reutlingen, Jerman dikembangkan daging masa depan. Di sana ahli biomedis Petra Kluger sedang mengembangkan apa yang disebut "daging bersih". Sebagai kepala proyek penelitian, bersama timnya, dia sudah melakukan riset sejak 2019.

Awalnya, para peneliti mengambil jaringan otot dari sepotong daging asli. Mereka kemudian mengisolasi sejumlah sel induk, lalu mereka kembangbiakkan. Dari situlah dikembangkan daging buatan.

Petra Kluger mengungkap, daging buatan dari laboratorium bisa jadi sangat penting di masa depan. Bagi dia mengejutkan, bahwa di Jerman hanya ada sedikit orang dan kelompok yang melakukan penelitian di bidang ini, karena pangan adalah tema penting.

"Jumlah penduduk bumi trus meningkat", tegas Kluger. "Saya rasa kita semua tahu, dalam 20 tahun kita tidak bisa lagi membasmi kelaparan dengan cara biasa." Salah satu batu penunjangnya adalah daging dari laboratorium.

Lebih dari 80 perusahaan start up dan kelompok penelitian di seluruh dunia, bekerja dalam pembuatan daging dari laboratorium. 2013 start up Mosa Meat mempublikasikan hamburger pertama. Ketika itu harganya lebih dari 200.000 Euro.

Sphäroide: bongkah sel untuk daging buatan

Petra Kluger mengatakan, sebagai langkah awalnya adalah mencari tahu banyak hal. Karena sudah ada produk yang dihasilkan. Walaupun sudah lebih murah daripada dulu, tapi masih sangat mahal dibanding daging asli. "Jadi harus ada perkembangan dalam proses pembuatannya. Tepatnya, kita perlu massa sel dalam jumlah besar", ujar ahli biomedis itu.

Petra Kluger dan timnya mengambil langkah istimewa. Mereka membuat bongkah sel yang terdiri dari ribuan sel, dan disebut Sphäroide. Dari itulah dikembangkan daging buatan. 

Sel biasanya perlu sebuah permukaan yang bisa ditumbuhi. Jika itu tidak ada, maka dalam satu-dua hari, beberapa sel akan saling mengikat diri.

Ahli biomedis Petra Kluger mengatakan, ia dan timnya tentu akan senang, jika ide Sphäroide sukses dan bisa dgunakan dalam produksi massal. Namun pengembang daging buatan masih harus mengatasi beberapa tantangan.

Daging steak, misalnya, punya tekstur. Daging ini memiliki jaringan lemak dan konsistensi yang padat. Tekstur semacam itu belum bisa diciptakan para peneliti di laboratorium. Tapi para peneliti sudah bisa meniru daging cincang dengan lebih baik, karena konsistensinya tidak padat, sehingga lebih mudah dibuat.

Hanya 14% konsumen Jerman bersedia mencoba

Sejauh ini, orang Jerman skeptis dengan daging buatan. Sebuah jajak pendapat dari Juni 2021 menunjukkan, hanya 14% konsumen bersedia mencoba daging buatan. Orang muda biasanya lebih bersedia mencoba makanan baru itu.

Daging dari laboratorium kedengarannya seperti fiksi ilmiah. Demikian diungkap Jana Fischer dari pusat pelayanan konsumen Hamburg. "Jadi kalau orang membayangan laboratorium seperti itu, maka banyak orang membayangan peneliti gila."

Apalagi kalau soal daging, yang biasanya dikenal sebagai sesuatu dari makhluk hidup. Jadi gambaran yang muncul di pikiran orang membuat orang skeptis.

Selain itu, kata "laboratorium" punya konotasi yang berlawanan dengan "alamiah." Tapi orang juga bisa mempertanyakan, sejauh mana industri daging hewan skala besar yang ada saat ini, masih berkaitan dengan alam dan produk alamiah."

Negara-negara lain sudah lebih maju dibanding Jerman. Start up SuperMeat dari Israel misalnya, mengundang orang secara teratur ke acara "Burger Events" di restoran, di mana orang bisa mencoba daging burger yang mereka buat di laboratorium. Di Singapura "nugget" daging ayam buatan laboratorium sudah diperdagangkan secara resmi.

Membuat daging sesuai kebutuhan

Walaupun Petra Kluger dan timnya belum meraih sukses sejauh itu, mereka punya cita-cita tinggi. "Kami bisa membuat daging sesuai kelompok sasaran," kata Petra Kluger. Misalnya untuk perempuan hamil, dengan ditambahkan asam folat. Mereka juga bisa menambahkan Vitamin D.

Sedangkan untuk orang-orang lanjut usia, kami bisa membuat daging yang lebih lunak dan diperkaya dengan gizi. "Untuk itu, fantasi tidak ada batasnya."

Sekarang jalannya masih panjang. Tetapi daging dari laboratorium jadi kunci masa depan pasar bahan pangan yang baru. (ml/as)