1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

COP26: Pemimpin Dunia Desak Aksi Nyata Lawan Perubahan Iklim

2 November 2021

Lewat pertemuan COP26 di Glasgow, Skotlandia, para pemimpin, pakar lingkungan, maupun aktivis menyerukan tindakan tegas untuk menghentikan pemanasan global yang mengancam masa depan Bumi.

https://p.dw.com/p/42SOn
Para pemimpin dunia berkumpul di KTT Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (01/11)
Para pemimpin dunia berkumpul di KTT Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (01/11)Foto: picture alliance/dpa/AP POOL

Para pemimpin dari 130 negara bertemu di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-26 tentang Perubahan Iklim atau COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (01/11). Mereka berkumpul untuk menentukan langkah dan kebijakan dalam mengatasi perubahan iklim.

Pertemuan yang berlangsung hingga tanggal 12 November ini bertujuan untuk mempertahankan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris yakni menjaga pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

COP26 disebut harus menjadi agenda untuk "menyelamatkan umat manusia" dan melindungi Bumi, demikian kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada upacara pembukaan pada hari Senin (01/11).

"Sudah waktunya untuk mengatakan: Cukup. Cukup mencederai keanekaragaman hayati. Cukup membunuh diri kita sendiri dengan karbon. Cukup memperlakukan alam seperti toilet. Cukup membakar dan mengebor dan menambang lebih dalam. Kita menggali kuburan kita sendiri," ungkapnya.

Namun, para pakar dan aktivis lingkungan menilai rencana negara-negara saat ini tidak akan memungkinkan untuk memenuhi tujuan itu. Mereka menyerukan pengurangan lebih banyak emisi untuk menghindari efek "bencana" dari perubahan iklim.

"Hewan-hewan menghilang, sungai-sungai kering, dan tanaman kita tidak berbunga seperti sebelumnya. Bumi berbicara. Dia memberi tahu kami bahwa kita tidak punya waktu lagi," ujar Txai Surui, seorang pemimpin pemuda adat berusia 24 tahun dari hutan hujan Amazon dalam pidato pembukaan di Glasgow.

Sementara aktivis remaja Greta Thunberg mengimbau jutaan pendukungnya untuk menandatangani surat terbuka yang menuduh para pemimpin berkhianat.

"Ini bukan latihan. Ini kode merah untuk Bumi," demikian bunyi surat itu. "Jutaan orang akan menderita karena planet kita hancur - masa depan yang mengerikan yang akan diciptakan, atau dihindari, oleh keputusan yang Anda buat. Anda memiliki kekuatan untuk memutuskan."

Desakan untuk menetapkan harga pada emisi

Dalam pertemuan ini, Kanselir Kanselir Jerman Angela Merkel, menyerukan tindakan segera untuk mencapai tujuan 1,5 derajat Celcius yang disepakati dalam Perjanjian Iklim Paris.

"Kita telah mengambil sejumlah keputusan tahun 2015 (tahun kesepakatan Paris) sebagai pedoman," kata Merkel dalam pidato pembukaannya. "Kita harus dan kita bisa mengimplementasikan kesepakatan Paris."

"Masyarakat dunia berharap bahwa kita menghadirkan diri kita lebih baik dan lebih siap di akhir konferensi ini daripada yang kita hadirkan di awal," tambah Merkel.

Perempuan berusia 67 tahun ini juga mendesak negara-negara lain untuk menetapkan harga pada emisi karbon, yang merupakan penyebab utama pemanasan global.

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pencemar iklim terbesar untuk meningkatkan ambisi lingkungan mereka dan mendesak negara-negara industri agar berkontribusi lebih secara finansial dalam melawan perubahan iklim.

AS minta maaf

Dalam pertemuan ini, Presiden AS Joe Biden menyampaikan permintaan maaf karena mantan Presiden AS Donald Trump menarik AS dari perjanjian Paris pada November 2020 lalu.

"Ini adalah dekade yang akan menentukan jawabannya. Sains menjelaskan," kata Biden, dikuti dari kantor berita AFP.

"Saya seharusnya tidak meminta maaf. Tetapi saya meminta maaf atas fakta bahwa Amerika Serikat, pemerintahan terakhir, menarik diri dari Kesepakatan Paris dan menempatkan kami sedikit tertinggal," lanjut Biden.

Presiden AS Joe Biden meminta maaf karena AS menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris
Presiden AS Joe Biden meminta maaf karena AS menarik diri dari Perjanjian Iklim ParisFoto: Yves Herman/AP Photo/picture alliance

Jokowi sampaikan komitmen Indonesia

Presiden RI Joko Widodo yang juga turut menghadiri COP26, dalam pidatonya menyampaikan komitmen kuat Indonesia dalam membantu menangani perubahan iklim yang terus memburuk.

"Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global merupakan kunci," kata Jokowi.

"Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 82 persen di tahun 2020," lanjutnya.

Di hadapan forum KTT, Jokowi pun mengatakan bahwa kontribusi megara maju berperan penting dalam mengatasi masalah perubahan iklim di negara-negara berkembang.

"Indonesia akan dapat berkontribusi lebih cepat bagi net zero emission dunia. Pertanyaannya, seberapa besar kontribusi negara maju untuk kami? Transfer teknologi apa yang bisa diberikan? Ini butuh aksi, butuh implementasi secepatnya," ujarnya.

'Waktunya untuk bertindak'

Melalui pesan video, Ratu Inggris Elizabeth mengatakan bahwa "waktunya untuk bertindak" telah tiba seraya menambahkan bahwa para pemimpin dunia perlu "mengatasi dampak perubahan iklim."

"Adalah harapan banyak orang bahwa warisan KTT ini - yang ditulis dalam buku-buku sejarah yang belum dicetak - akan menggambarkan Anda sebagai pemimpin yang tidak melewatkan kesempatan, dan bahwa Anda menjawab panggilan generasi masa depan itu," kata Ratu Elizabeth.

India targetkan emisi 'nol bersih' pada tahun 2070

Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pidatonya menetapkan tanggal yang jauh lebih lambat bagi negaranya untuk mencapai target emisi nol bersih daripada negara-negara lain di KTT COP26.

Modi mengatakan negaranya akan mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2070. Target tersebut 20 tahun lebih lambat dari target yang diusung AS dan 10 tahun lebih lambat dari Cina.

Modi juga mengatakan perlu ada dorongan untuk gaya hidup berkelanjutan "daripada konsumsi yang sembrono dan destruktif."

rap/pkp (berbagai sumber)