1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Clinton Jalankan Strategi Cerdik Dengan Dukung Obama

as28 Agustus 2008

Pidato Hillary Clinton merupakan strategi cerdik untuk masadepan karier politiknya sendiri. Namun juga menyiratkan ketakutan partai Demokrat akan kalah dalam pemilu presiden.

https://p.dw.com/p/F6VV
Barack Obama menonton pidato dukungan Hillary Clinton lewat televisi.Foto: AP


Pidato dukungan Hillarry Clinton terhadap Barack Obama sebagai kandidat presiden partai Demokrat pada kongres partainya di Denver, menjadi topik komentar dalam harian-harian internasional.


Harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid dalam tajuknya berkomentar :


Hillary Clinton kelihatan dengan tulus mengimbau pengikutnya untuk mendukung Barack Obama. Namun imbauan itu tidak dapat menutupi bahwa partai Demokrat sudah kelelahan. Dalam partai semakin terasa suasana kebingungan. Semakin terasa ketakutan dalam partai, bahwa mereka akan kalah dalam pemilu presiden bulan November mendatang. Tapi tersisa cukup waktu bagi Obama untuk memulihkan diri dan mengubah strateginya. Ia harus memusatkan diri pada tema ekonomi dan kesalahan politik George W.Bush, serta hubungan John McCain dengan presiden Bush.


Harian Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar :


Ibaratnya dalam sebuah striptease virtual, Hillary Clinton membuang semua atribut kosongnya. Air mata kelembutannya, perannya sebagai ibu dan sekaligus istri mantan presiden. Di bawah sorotan lampu dan kamera televisi, Clinton kini berdiri telanjang, dengan seluruh kecerdasannya, kebengisannya, perhitungan serta taktiknya, yang membuatnya menjadi politsi tulen.


Sementara harian Jerman Saarbrücker Zeitung berkomentar :


Hillary Clinton menunjukkan kecerdikannya dalam kongres partai Demokrat. Dukungan tanpa syarat secara tiba-tiba terhadap Obama, didasari perhitungan kepentingan masadepan politiknya sendiri. Hillary Clinton tahu persis, apa dampak dari permainan politik yang culas. Dengan serangan frontal terhadap John McCain, ia mengalihkan kekecewaan para pendukungnya. Dengan begitu, ia dapat merebut pengaruh, tanpa harus tunduk pada Obama.


Tema lainnya yang dikomentari harian-harian Jerman adalah serangan pembunuhan terbaru terhadap serdadu Jerman di Afghanistan.


Harian Westdeutsche Zeitung yang terbit di Düsseldorf dalam tajuknya berkomentar :


Kelemahan politik penugasan militer Jerman di luar negeri ditekan ke bawah sadar. Jerman tidak mempersiapkan militernya untuk perang. Juga jawaban dari pertanyaan kebebasan macam apa yang akan dipertahankan di Afghanistan, itu adalah urusan parlemen Jerman dalam sidangnya bulan September mendatang.

Harian Augsburger Allgemeine yang terbit di Augsburg berkomentar :


Kelihatannya di Berlin tidak ada rencana alternatif. Juga terhadap ancaman bahaya yang semakin meningkat, bahwa Pakistan akan dapat berubah menjadi kawasan persembunyian Taliban dari Afghanistan, pemerintah di Berlin dan penguasa pelindung di Kabul juga tutup mata. Secara keseluruhan, peluang untuk meraih kemenangan secara meyakinkan di Afghanistan juga tidak cemerlang.


Terakhir harian Märkischer Oderzeitung yang terbit di Frankfurt an der Oder berkomentar :


Jika situasi keamanan semakin kacau balau, pembangunan kembali pasti akan macet dan dampaknya suasana menjadi tidak enak, maka akan muncul pertanyaan mengenai strategi di Afghanistan. Sebuah kegagalan, tidak ada satupun anggota NATO yang mau yang mengakuinya. Karena itu berarti pernyataan bangkrut sebuah aliansi pertahanan paling kuat di dunia. Di sisi lain, pemerintah Jerman terus memelihara legenda, bahwa di Afghanistan hanya dilakukan bantuan pembangunan oleh serdadu bersenjata.