1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Claudia Ingin Punya Sekolah Musik

Miranti Hirschmann
11 November 2019

Perjalanan hobi bermusik Claudia Emmanuela Santoso mengantarnya menjadi pemenang di ajang pencari bakat Voice of Germany 2019. DW berkesempatan mewawancarai Christine Santoso, ibu dari Claudia.

https://p.dw.com/p/3SqQC
Finale  The Voice of Germany Claudia Emmanuela Santoso
Foto: picture-alliance/dpa/B. Pedersen

Bertempat di blok H, Studio Adlershof, Berlin, pada hari Minggu (10/11/2019) lebih dari 1000 pemirsa memberikan standing ovation ketika Claudia dan coach-nya Alice Merton menyanyikan single pertamanya berjudul Goodbye. Lagu itu ditulis Alice berdasarkan kisah hidup Claudia yang meninggalkan keluarga dan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di Jerman. Dari tiga lagu yang dibawakan Claudia malam itu, semua mendapatkan sambutan riuh penonton studio, bahkan saat lagunya belum selesai dinyanyikan.

Claudia yang banyak membawakan lagu bergenre Ballad tampil tenang. Ia menguasai not dan teknik vokal yang baik. Tak gentar ia diiringi instrumen musik yang dibawakan para musisi profesional. Ia pun tampak santai bersaing dengan kandidat lainnya asal Jerman. 

Ibu dari Claudia, Christine Santoso, mendampingi putrinya sejak masuk babak semi final. Keberadaanya di Jerman memenuhi janji pada putirnya. Kopernya penuh dengan makanan yang disukai Claudia, "Marie Regal dan biskuit lainnya," kata Christine.

Ditemui pada hari menjelang final, Christine bercerita tentang bakat Claudia dalam bermusik.

Christine: Claudia senang menyanyi sejak lahir. Ia akan berhenti menangis bila dipasangkan musik dan diayun-ayun hingga tidur. Kira-kira saat umur dua tahun, dalam perjalanan mobil yang agak panjang seperti dari Cirebon ke Bandung, kita pasangkan musik anak di mobil. Claudia kecil pasti ikut menyanyi bahkan menhafal lagi lagu yang kami pasang. Jaman itu yang sedang hits adalah Trio Kwek-Kwek. Hingga sebelum tidur pun ia harus mendengarkan musik dari CD Trio Kwek-Kwek. Claudia sangat mengidolakan personal Trio Kwek Kwek, Leony. Saya bikinkan kliping foto-foto Leoni dari majalah atau tabloid. Kliping ini selalu dibolak-baliknya di kamar.

Claudia Santoso bersama ibunya, Christine Santoso.
Claudia Santoso bersama sang bunda, Christine Santoso.Foto: Privat

DW: Dimana Claudia belajar menyanyi?

Sekitar umur empat tahun, saya menyekolahkan Claudia di sebuah sekolah musik di Cirebon. Kami sempat ditolak karena Claudia dianggap terlalu kecil karena belum bisa membaca. Saya mendesak dan mengatakan saat itu Claudia sudah dapat membaca dan senang menyanyi. Saat masuk pertama kali, pelatihnya mengatakan suaranya tidak false. Sejak itu ia terus latihan. Selama sebelas tahun, dan bagian terakhir ia ikut resital, sebuah konser tunggal di Cimahi, Bandung. Saya mengursuskan Claudia menyanyi pada sekolah musik Purwacaraka. Dalam persiapan konser resitel sembilan lagu itu, kami bolak-balik Cirebon-Bandung pada akhir minggu dalam kurun waktu satu tahun.

Bagaimana peran sekolah dalam mengasah bakat Claudia dalam bernyanyi?

Claudia tergabung dalam paduan suara di sekolahnya. Sekolah punya andil cukup besar. Mereka banyak tampil dimana-mana dan ini membantu Claudia berlatih tampil di muka umum. Mereka juga pernah tampil di ajang lomba paduan suara tingkat nasional.

Apa cita cita Claudia dalam bermusik?

Ia ingin punya sekolah musik. Makanya dia harus bekerja keras, tidak boleh santai santai dan harus bertanggung jawab. Menghadapi lomba pun, ia harus banyak latihan.

Bagaiamana rasanya saat Claudia harus berangkat pergi ke Jerman?

Awalnya berat. Karena Claudia harus mengurus apa apa sendiri. Termasuk membagi waktu untuk sekolah, masak, mencuci. Belum lagi menjalani berbagai tahapan untuk kuliah di Jerman. Ada kursus bahasa, ada studkol (Red: Studienkolleg).  Tetapi saya perhatikan orang yang sekolah di Jerman adalah orang yang mau kerja keras. Dengan bersekolah di Jerman, Claudia menjadi lebih tangguh. (Ed: yp)

 

Wawancara untuk DW Indonesia dilakukan oleh Miranti Hirschmann dan telah diedit sesuai konteks.