1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Merangkul Taiwan

as29 Mei 2008

Cina merangkul kembali Taiwan. Pemerintah di Beijing kini mengendurkan cengkraman tangan besinya terhadap Taipeh, dan lebih banyak berbicara penguasaan pasar di masa depan.

https://p.dw.com/p/E8ME
Ketua Partai Nasionalis Taiwan Wu Poh-hsiung, disambut Presiden Cina Hu Jintao di Beijing.Foto: AP

Pendekatan diplomatik yang dilakukan Cina dan Taiwan menjadi topik komentar sejumlah harian internasional.

Harian Italia La Stampa yang terbit di Turin dalam tajuknya berkomentar :


Pendekatan itu tidak berarti besok atau lusa, penyatuan kembali dua Cina sudah dapat dilakukan. Juga bukan pemecahan atas ribuan masalah dalam hubungan diplomatik Cina dengan Taiwan. Perbedaan yang ada diantara keduanya bukannya hanya sekedar istilah nama dalam huruf kanji. Melainkan amat mendalam. Meliputi nilai-nilai budaya dan haluan politik, yang landasannya harus disamakan terlebih dahulu. Taiwan adalah negara demokrasi, sementara Cina baru berjanji akan melakukan demokratisasi.


Sementara harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich berkomentar :


Jika Cina benar-benar hendak mendekati Taiwan, paling baik jika Beijing tidak lagi mencegah terwakilinya Taipeh dalam organisasi dunia. Hal ini akan menjadi kemajuan paling besar, dan merupakan bukti bahwa pemerintah di Beijing mengakui kemandirian dan demokrasi Taiwan. Akan tetapi masih dipertanyakan, apakah hal itu akan selaras dengan prinsip satu Cina. Berkaitan dengan dogma dari Beijing, yang pada akhirnya akan memicu masalah pelik di Taiwan, masih harus dilakukan akrobat semantik berikutnya.


Harian Perancis La Croix yang terbit di Paris berkomentar :


Hubungan antara Cina dan Taiwan memang tidak dimulai dari titik nol. Cina sejak beberapa dekade terakhir adalah mitra perdagangan terpenting Taiwan. Pertemuan ini, kelihatanya hendak menutup pasal permusuhan diantara keduanya. Akan tetapi hal itu tidak akan terwujud, jika Beijing tidak memperoleh keuntungan di panggung politik internasional. Penguasa di Beijing merasa kekuasaannya diakui, dan kini mengubah taktik. Sekarang tidak banyak lagi digunakan ancaman kekerasan. Dan lebih banyak dibicarakan penguasaan pasar serta persiapan menghadapi masadepan.


Terakhir harian independen Perancis Le Monde lebih menyoroti kekuasaan pemerintah di Beijing yang kini semakin kokoh. Dalam tajuknya harian yang terbit di Paris ini berkomentar :


Partai komunis Cina berubah menjadi aparat yang mampu bereaksi cepat. Sukses ekonomi yang diraih memungkinkan hal tsb. Beijing mengukuhkannya dengan patriotisme, yang menampilkan sebuah Cina yang besar, yang bangkit melawan komplotan busuk negara-negara barat. Operasi ini sukses melebihi perhitungan semula. Pendapat umum menyokong penguasa di Beijing menentang para pengritik barat. Bencana gempa bumi justru mempersatukan rakyat Cina. Artinya, dalam waktu dekat ini, kekuasaan partai komunis Cina tidak akan melemah.