1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Kasus Virus Hanta, Tak Perlu Panik

25 Maret 2020

Satu orang dilaporkan meninggal akibat infeksi Virus Hanta di Yunan, Cina. Berbeda dengan virus corona, virus hanta yang inang penularnya tikus, tidak menular lewat kontak personal.

https://p.dw.com/p/3ZzsY
Symbolbild Ratten
Foto: Colourbox/G. Dolgikh

Virus Hanta sudah sejak lama menyebar ke seluruh dunia. Inang virus ini adalah tikus atau binatang pengerat lain, yang menularkan lewat kencing maupun kotorannya. Cara penularannya, jika kita menghirup debu urin atau kotoran tikus pembawa virus.

Nama hanta diambil dari nama sungai Hantan di Korea Seatan, di mana pada tahun 1950 saat berkecamuknya perang Korea muncul wabah penyakit misterius. Ketika itu lebih 3.000 serdadu Amerika Serikat terjangkit penyakit demam tinggi, yang banyak dibarengi dengan efek gagal ginjal.

Pakar virologi dan epidemiologi Korea Selatan, Lee Ho Wang pada tahin 1977 berhasil mengisolasi virus hantaan HTNV yang hingga saat itu belum dikenal. Dari situlah muncul julukan virus hanta sebagi virus Korea.

Tapi keluarga virus hanta atau “hantaviridea“ juga memiliki banyak jenis dan variasi di berbagai kawasan, baik di Asia, Eropa atau Amerika. Di kawasan Amerika Tengah virusnya disebut Andes virus, di Eropa tengah virusnya bernama Dobrava atau Puumala.

Gejala penyakit dan penularan

Pusat pencegahan dan penanggulangan penyakit AS-CDC menyebutkan, kasus infeksi virus hanta sangat jarang dan biasanya menyebar akibat kontak langung dengan kencing, kotoran atau liur tikus. Virus hanta diketahui bisa menyebabkan gagal ginjal, radang paru-paru akut serta demam dengan pendarahan.

“Gejalanya berupa demam, sakit otot, sakit kepala, pusing, meriang, lemas dan masalah di perut. Batuk-batuk dan susah bernafas akan muncul kemudian, jika paru-paru penderita terisi cairan“, demikian keterangan di situs CDC.

Di Asia dan Eropa simptoma yang bisa muncul adalah demam dengan pendarahan dan renal sindrom dan kasus gawat bisa memicu gagal ginjal. Masa inkubasi penyakit antara satu hingga dua minggu setelah kontak dengan virusnya. Tapi dalam kasus langka, masa inkibasi bisa hingga 8 minggu

Sejauh ini penularan dari orang ke orang sangat jarang. Ini berbeda dengan penularan Virus Corona  Kasus jarang seperti itu terjadi saat wabah virus Andes di Argentina dan Chile tahun 2014 lalu. Tingkat fatalitas penyakit virus hanta bervariasi antara 1% hingga 30 persen, tergantung jenis dan kecepatan terapi.

Terapi pasien

Jawatan federal Jerman untuk pencegahan dan penangulangan penyakit infeksi dan non infeksi, Robert Koch Institut-RKI menyebutkan, hingga kini belum ada vaksin untuk virus hanta. Pasien yang terinfeksi akan diobati sesuai gejala yang muncul.

Pasien biasanya dirawat di ruang gawat darurat. Untuk menstabilkan fungsi organ tubuhnya dibantu dengan alat dialisa atau alat bantu pernafasan. Pada beberpa kasus pemberian obat anti virus Ribavirin secara dini terbukti ampuh, demikian RKI.

Karena penularan secara kontak sangat langka, pasien bisa ditangani sesuai prosedur medis biasa. Di Jerman kasus infeksi virus hanta mulai tahun 2001 dikategorikan sebagai penyakit yang wajib dilaporkan.

as/yf (CDC,RKI, berbagai sumber)